SANG PENCIPTA menghidupkan kita untuk menjadi khalifah. Khalifah artinya pemimpin. Pemimpin untuk siapa? Pemimpin untuk diri sendiri. Kita adalah pimpinannya, dan pimpinan selalu menentukan arah. Pimpinan selalu melakukan yang terbaik. Pimpinan selalu mampu melihat kekurangan dan memperbaikinya. Pimipinan selalu melihat kedepan bukan ke belakang.
Jadi satu-satunya orang yang berhak kita tunjuk untuk
menjadikan dan merubah diri kita menjadi versi terbaiknya adalah diri kita
sendiri. Anda harus bertanya kepada diri sendiri “Seperti apa versi terbaik diri saya, menurut saya sendiri?”
Kita tidak bisa menjadi versi terbaik dimata orang lain. Masing-masing
orang memiliki penilaian tersendiri tentang versi terbaik Anda. Versi terbaik
Anda menurut ibu Anda pasti berbeda dari versi ayah Anda. Kalau Anda memiliki
tujuh sahabat, versi terbaik Anda menurut mereka pasti berbeda-beda untuk ke
tiap tujuh sahabat Anda. Anda memiliki pasangan? Tanyakan kepadanya tentang
versi terbaik diri Anda, dan pasti jawabannya akan berbeda dengan jawaban adik
Anda.
Bagaimana versi terbaik diri Anda menurut diri Anda sendiri
adalah yang terpenting. Kitalah penilai utama dalam hidup kita, bukan orang tua
kita, bukan pasangan kita, bukan anak kita, bukan pula sahabat kita. Jangan
sampai salah menilai, karena versi terbaik diri kedepan, hasilnya sangat
tergantung dari bagaimana sekarang Anda menilai diri sendiri.
Kita menilai diri sendiri bukan untuk membandingkannya dengan
orang lain. Namun untuk melihat batasan yang telah kita capai. Masing-masing
kita memiliki batasan tersendiri dalam hidupnya. Batasan-batasan diri bukan
untuk dibandingkan, tapi untuk dilampaui. Alasan kita melampauinya pun bukan
karena ingin dinilai lebih unggul dari yang lain. Tapi karena ini yang terbaik menurut
penilaian diri kita sendiri.
Kalau kita sangat peduli dengan hidup kita. Maka kita akan
bangun dan memilih untuk menjadi versi terbaik diri menurut penilaian diri kita
sendiri. Bukan menurut penilaian orang lain. Siapapun mereka. Karena saat kita
membiarkan penilaian orang lain sebagai prioritas hidup, kita telah sukses
menghilangkan hidup kita sendiri, dan memberikan hidup secara rela kepada para
penilai. Inilah kenapa hidup tidak pernah menjadi membahagiakan. Karena secara
sadar kita tidak sedang bekerja keras menjadi versi terbaik diri kita, tapi
kita sedang bekerja keras menjadi versi terbaik orang lain. Meskipun penilaian itu
datang dari orang tua atau orang yang paling kita cintai sekalipun. Tetap,
jangan membiarkan mereka membentuk versi terbaik diri Anda.
Akibat dari membiarkan hidup kita terbentuk dari penilaian
orang lain adalah : Kita tidak pernah
puas dengan hidup kita sendiri. Karena kita kehilangan nilai diri kita sendiri.
Kita tidak bisa lagi melihat diri sebagai versi terbaik, kecuali kita berhasil
menerima nilai positif dari luar diri sendiri. Kita kehilangan cara, bagaimana
menilai diri sendiri. Bagian terparahnya adalah, kita jadi tidak mampu memulai
langkah tanpa aba-aba dari penilai, bahkan untuk mengetahui apa yang kita
inginkan. Jadi, kita sudah benar-benar kehilangan control diri kita sendiri,
dan sukses memberikan hidup secara rela untuk mereka yang diluar diri.
Dipoint ini, dengan berhasil kita melupakan fitrah kita,
keunikan kita, tugas kita dan janji awal kita kepada SANG PENCIPTA. Sekarang
lah saatnya. Inilah saatnya kita menyadari diri, bangkit dari segala bentuk
versi ketidak sempurnaan diri. Lalu bertransformasi menjadi diri kita sendiri.
Fitrah kita sebagai makhluk SANG PENCIPTA yang unik apa adanya dan sempurna
Jadi, sekarang prioritas kita adalah tentang bagaimana
menjadi versi terbaik diri. Pada kesempatan ini kami ingin membagikan tips bagi
Anda untuk menjadi versi terbaik diri :
10 TIPS UNTUK MENJADI VERSI TERBAIK DIRI
Kita dihadirkan ke dalam hidup ini
bukan untuk menjadi sempurna, tapi untuk menjadi otentik. Lupakanlah
kesempurnaan, jadilah diri sendiri. Jangan terus-terusan meng-edit hidup, hanya
agar kita tampil sempurna dimata orang lain. Kita sudah sempurna dengan ketidak
sempurnaan kita.
Senyum Anda adalah senyum Anda!
Jangan mengubah gaya senyum itu hanya karena mereka tidak suka. Jangan mengubah
gaya bicara Anda hanya karena menurut mereka itu tidak enak didengar. Katakan
dengan jelas kepada diri sendiri : Ini adalah gaya saya, ini adalah
kesempurnaan saya. Ini akan saya lakukan karena saya, dan akan saya rubah juga
karena saya. Saya menghargai kesempurnaan diri saya sendiri, karena saya juga
ingin orang lain menghargai kesempurnaan dirinya.
Versi terbaik diri kita tidak akan
pernah terbentuk sempurna, selama kita masih dengan sengaja memasukkan
versi-versi terbaik diri orang lain didalamnya.
Kesempurnaan adalah kenyamanan
menerima diri sendiri, apa adanya. Masing-masing kita adalah sempurna. Mulai
sekarang jangan mencari-cari ketidak sempurnaan. Carilah kesempurnaan, lalu
tanyakan : Apakah ini adalah murni kesempurnaan diri saya, atau kesempurnaan
orang lain yang dengan sengaja masih saya lakukan untuk mereka?
Memangnya salah kalau mereka melihat
Anda acak-acakan? Apakah itu masalah, bila mereka harus melihat Anda tanpa make
up atau tanpa dasi? Apakah masalah, bila mereka harus melihat Anda sedang
berkotor-kotor didapur atau mencuci mobil? Apakah masalah, bila mereka melihat
Anda memakai baju tidur longgar atau kaos oblong?
Bagaimana pun penampilan Anda, itu
adalah penampilan Anda. Freedom of expression. Anda bebas meng-ekspresikan diri
Anda seperti apa, tanpa mengkhawatirkan penilaian mereka. Berhentilah untuk
selalu memaksakan diri tampil rapih dan tertata dimata orang lain. Tunjukkan
kepada mereka siapa diri Anda. Hapus make up itu! Biarkan mereka melihat Anda
menari-nari di dapur dengan sendal jepit dan baju tidur longgar itu. Kalau
mereka menilai, biarkan saja! Anda lebih bernilai dari semua penilaian itu.
Inti sebenarnya adalah, berhentilah
melakukan apapun, hanya dengan tujuan untuk dinilai oleh orang lain.
Berhentilah menempatkan diri dikotak kaca transparant, dan mempersilahkan
siapapun untuk lewat dan menilai isinya. Untuk menjadi versi terbaik diri. Kita
harus menutup tirai-tirai kaca itu, agar kita bisa melihat penilaian diri
kedalam dirinya sendiri. Semua prioritas ini adalah tentang bagaiamana diri
sendiri menilai kepantasan dirinya sendiri. Bukan mereka yang diluar diri.
Jangan mengaku sudah menjadi versi
terbaik diri. Kecuali kalau kita sudah berani menanggung tanggung jawab untuk
semua sebab-akibat pilihan. Kita memilih dalam hidup ini. Bukan
berati kita bebas memilih dan pergi begitu saja. Hidup ini adalah akibat dari
pikiran dan aksi-aksi kita sendiri, lalu kenapa masih berlari dan meminta
perlindungan kepada orang lain?
Masalah yang timbul akibat diri kita,
adalah proses pembelajaran untuk menjadi versi terbaik diri. Jangan melimpahkan
masalah-masalah itu ke orang lain. Belajarlah untuk bertanggung jawab pada
apapun yang terjadi di hidup kita, meskipun hasilnya tidak sempurna. Waktu yang
paling tepat untuk mulai meminta pertolongan adalah dipenghujung aksi, itu pun
hanya kalau diperlukan.
Bukankah kita harus saling tolong
menolong? Betul, memang iya. Tapi ada waktu kita juga harus menolong diri kita
sendiri untuk menjadi versi terbaik dirinya. Dengan cara menanggung tanggung
jawabnya sendiri. Agar diri bisa tersenyum bangga, ini saya, dengan versi
terbaik diri saya sendiri.
4. MENYERAHLAH!
Anda meminta kami menyerah??? Iya
sahabatku betul, saya meminta Anda menyerah untuk menjalani hidup yang tidak
sesuai dengan diri Anda sendiri. Kebanyakan orang, setiap hari menjalani hidup
dengan sifat menerima yang salah. Mereka berkata “Aku menerima hidup ini apa
adanya” namun didalam hati mereka tersiksa, benar-benar tersiksa karena hidup
yang mereka jalani bukanlah keinginan mereka, namun keinginan orang lain.
Waktu berumur 15 tahun saya sangat
mencintai dunia programming, dan begitu antusias dengan kode-kode program
komputer. Entah kenapa, dan itu saya lakukan tanpa paksaan dari sudut manapun.
Sampai suatu hari saya mendatangi ibu saya, dan berkata “Mama, aku mau berhenti
sekolah, aku mau belajar programming, disekolah belum ada pelajaran programming
dan itu membosankan”. Karena ibu saya belum mengerti arti menjadi versi terbaik
diri, ibu saya langsung menolak permintaan saya. Dengan kecewa lalu saya
memutar otak, agar saya bisa memiiki banyak waktu untuk melakukan hal yang saya
suka. Pada saat itu, ibu saya belum mengizinkan saya untuk bergadang. Sementara
saya harus bersekolah dan mengikuti berbagai les sampai sore hari. Waktu untuk
melakukan hal yang saya suka, sangat sedikit.
Baiklah, posisi saya memang terjepit.
Tapi saya memilih untuk menyerah dengan sekolah, meski tidak sepenuhnya saya
menyerah. Pada saat itu, saya cukup senang karena memilih hanya bersekolah
sebanyak 2 atau 3 hari per-minggunya, dan berhenti mengikuti semua les setelah
jam sekolah. Itu semua saya lakukan hanya untuk memiliki banyak waktu membuat
program, sesuatu yang sangat saya suka. Sampai suatu hari surat panggilan
sekolah datang, absensi saya menurun. Hanya absensi bukan nilai mata pelajaran.
Saya masih belajar, demi agar nilai saya tidak anjlok. Tapi penilaian guru saya
adalah, saya murid yang tidak rajin, dan harus kembali menjadi rajin. Apakah
surat panggilan itu membuat saya menjadi rajin ke sekolah? Tidak! Bahkan
akhirnya saya harus diberhentikan dari sekolah. Pada posisi itu saya senang,
tapi tidak dengan ibu saya.
Apakah saya dimarahi? Iya betul.
Apakah saya dinilai? Iya betul. Apakah saya menyerah dengan apa yang saya suka?
Tidak! Saya terus mempelajari hal yang saya suka itu. Sampai akhirnya saya
mampu membuat aplikasi program sendiri dan menjualnya. Ibu saya heran, karena
diusia saya waktu itu, saya sudah mengantongi uang jutaan rupiah hanya dari
rumah. Barulah saat itu dia menyadari apa yang sedang dilakukan anaknya.
Dalam hidup ini kadang memang kita
harus menyerah dengan hal-hal yang menyiksa diri. Menyerah dengan mereka yang
merenggut hidup kita dan mencoba mendiktenya. Kita menyerah, karena kita ingin
memulai kembali hidup yang memberi arti untuk diri sendiri. Bukan hidup yang
terus menerus didikte oleh orang lain. Inilah kekuatan versi terbaik diri yang
sebenarnya, yaitu kita berani mengatakan “STOP! Ini bukan hidup yang saya mau
untuk diri saya, dan saya menyerah untuk menjalaninya lagi. Karena mulai hari
ini, saya hanya tidak akan menyerah menjalani hidup yang sesuai dengan diri
saya sendiri”.
Saya tidak sedang mengajak Anda untuk
bertindak radikal. Saya hanya ingin Anda mencari nilai-nilai diri Anda yang
hilang karena harus mengikuti dikte-an orang lain. Bagaimana kita bisa menjadi
versi terbaik diri, kalaulah kita belum bisa membedakan, ini yang saya mau, dan
ini yang mereka mau. Kalau memang yang mereka mau adalah yang Anda mau, maka lakukanlah!
Berarti Anda beruntung, sudah berada dilingkungan yang sesuai. Kalau memang
berbeda, maka pikirkanlah kembali. Hidup adalah pilihan, kita bisa memilih
realita seperti apa yang ingin kita jalani. Hanya saja kita sendirilah yang
takut untuk menyerah, dan terus menjalani realita yang tidak sesuai.
Apa Anda bersemangat hari ini?
Selalu, selalu dan selalu mendekati diri dengan sesuatu yang membuat kita
bersemangat. Hadirkan selalu semangat yang menggelora di dada Anda. WOW! Rasakan
energinya, sangat hidup. YEY! Buatlah hidup Anda hidup.
Bagaimana caranya? Lakukanlah passion
Anda, yaitu apa yang Anda sukai, apa yang Anda cintai, lakukanlah apa saja yang
sesuai dengan hasrat hati Anda. Seseorang pasti akan bersemangat apabila melakukan
hal-hal yang mereka cintai. Lakukanlah! Apabila Anda selalu dekat dengan
sesuatu yang membuat diri Anda tersenyum, maka secara otomatis Anda telah
menjadi versi terbaik diri Anda.
Kita melihat sekumpulan anak-anak
yang tersenyum dan tertawa, lalu kita bingung apa yang membuat mereka begitu
senang. Itu tidak lain karena mereka hanya melakukan hal yang mereka suka.
Mereka berlari, melompat, berputar, mengambil mainan. Mereka melakukan itu
semua bukan karena beban, tapi karena suka. Saya tidak sedang mengajak Anda untuk
kembali bersikap kekanak-kanakan, hanya saja saya mengajak Anda untuk tidak
selalu merasa bersalah saat melakukan hal yang disuka. Do it for fun!
Jangan mendengar para pengkritik!
Saya tahu Anda adalah pendengar yang baik, tapi jangan pakai kebisaan itu untuk
mendengar para pengkritik berbicara. Saat para pengkritik berbicara, mereka
tidak benar-benar menilai kita dari sisi kita. Tapi mereka sedang menilai kita
dari sisi mereka. Apa yang terbaik menurut mereka dari kita, itulah yang akan
mereka katakan. Apa yang terburuk menurut mereka dari kita, itulah yang akan
mereka katakan.
Seberapa sering kita di kritik dan
membiarkan diri menerimanya? Mulai sekarang. Tutup telinga Anda untuk tidak
mendengar para pengkritik, apabila Anda berencana menjadi versi terbaik diri
sendiri. Buka telinga Anda untuk mendengar para pengkritik, apabila Anda
berencana menjadi versi terbaik dimata orang lain.
Sekali lagi, ini adalah hidup kita,
dan kitalah yang merespon dan mengendalikannya. Jadi jangan membiarkan
suara-suara itu mengacaukannya. Tapi ingat! Saat Anda tidak mau mendengar yang
diluar, berarti Anda harus mendengar yang didalam. Yang didalam jiwa tidak akan
pernah salah, kita lah yang kadang salah mendengar, karena selalu men-turut
sertakan ego saat mendengarNYA.
Kita belum bisa menjadi versi terbaik
diri, sebelum kita bisa mengendalikan diri untuk tidak menjadi narsis didepan
orang lain. Berhenti menjelaskan ke semua orang tentang kebaikan-kebaikan itu,
prestasi-prestasi itu, perasaan-perasaan itu, rencana-rencana itu. Kita tidak
perlu meneriaki isi hidup kita didepan orang lain.
Ini adalah kabar baiknya. Jadi, mulai
sekarang kita tidak perlu menghabiskan waktu berpuluh-puluh menit untuk berfoto
selfi, mengunggahnya dan membiarkan dunia mengetahuinya. Kita bisa memakai
waktu-waktu itu untuk melakukan prestasi-prestasi lain yang mendekat kita
menjadi versi terbaik diri.
Percayalah! Mereka akan menyadari
sendiri setelah kita menjadi versi terbaik diri, tanpa kita harus repot-repot
berteriak didepan mereka. Kita menjadi versi terbaik diri bukan buat orang
lain, tapi untuk diri kita sendiri. Kita sedang dalam proses menyenangkan diri
sendiri, bukan orang lain. Lalu kenapa kita masih terus
berteriak? Itu tidak perlu lagi, karena kita akan kehabisan energi dan tamatlah
kita kalau begitu. Kita masih memerlukan energi-energi itu untuk menjadi versi
terbaik diri.
Anda harus siap dengan semua
kesempatan yang datang. Kenyataannya, kesempatan selalu datang diwaktu yang
kita sendiri ragu untuk mengambilnya. Tapi, mulai sekarang, Anda harus
mengambilnya. Jangan dilewati. Okelah, kesempatan kedua memang selalu ada.
Tapi, mereka tidak akan datang dengan wujud yang sama.
Cara terbaik dalam menghadapi sebuah kesempatan adalah dengan cara merubah mindset diri. Katakan kepada diri Anda “Kesempatan ini hadir bukan untuk menunggu saya siap. Tapi untuk membuat saya siap”. Anda mengerti point utamanya bukan? Yes, tidak perlu menunggu diri benar-benar siap. Lakukanlah saja, dan kita akan kaget, ternyata kita memang sudah sesiap ini menerimanya.
Mungkin saat ini Anda adalah
‘komentator’ yang baik. Mulai sekarang jangan lakukan itu, kecuali itu diminta.
Jangan biarkan energi Anda terkuras untuk mengurusi urusan-urusan yang bukan
urusan Anda. Kita tidak selalu harus menilai, kecuali menilai kedalam diri
sendiri. Kita saat ini dalam tahap menjadi
versi terbaik diri. Jadi mulai sekarang, hal terpenting yang harus kita nilai
adalah diri kita sendiri. Jangan merusak kecerdasan otak kita untuk selalu
menunjuk dan menilai.
Didalam tubuh yang sehat, terdapat
jiwa dan akal yang sehat juga. Menjadi versi terbaik dari diri. Bukan hanya
tentang karir atau pencapaian diri. Ini juga tentang tubuh yang sehat. Mulai
sekarang perhatikan apa yang Anda makan, apa yang Anda minum. Perhatikan siklus
hidup Anda, udara yang Anda hirup, gaya tidur Anda, kebersihan diri Anda.
Apapun itu yang berhubungan dengan kesehatan jasmani dan rohani Anda. Pastikan
kita benar-benar mencintai tubuh kita dengan menghindari hal-hal yang merusak
kesehatan diri sendiri. Saya yakin Anda sudah mengetahui apa-apa saja itu.
Segala sesuatu harus ber-operasi dengan baik dan benar, termasuk tubuh kita
sendiri.
Semoga 10 tips diatas, bisa membantu kita untuk menjadi versi
terbaik diri. Ingat! Versi diri sendiri, bukan versi orang lain. Kita adalah
pemimpin diri sendiri. Kalau kita tidak berhasil memimpin diri ini menuju versi
terbaik dirinya. Bagaimana mungkin kita bisa memimpin yang diluar diri?
Bagaimana mungkin kita bisa memimpin bumi ini dan merubahnya menjadi planet
yang harmonis?
Bumi ini akan dipimpin oleh kita-kita yang telah berhasil
menjadi pemimpin buat dirinya sendiri. Para pemimpin ini akan berkumpul, untuk
saling melengkapi satu sama lain menuju terciptanya keharmonisan hidup diplanet
bumi. Inilah tujuan akhir kita menjadi versi terbaik diri. Sangat mulia bukan?
Kita tidak menjadi versi terbaik diri untuk kesombongan hidup belaka. Apalagi untuk
memenangkan ego pribadi. Tapi ada tugas mulia yang sedang menunggu. Bumi ini
butuh pemimpin, masing-masing kita adalah pemimpin buat planet bumi ini. Jadilah
pemimpin yang terbaik!
Salam Semesta
Copyright © www.pesansemesta.com
IG : @PesanSemesta.ig . FB : PesanSemesta.7