Siang ini saya sangat berharap bisa memakan semangkuk bakso
yang segar. Saya sudah membayangkan kuah bakso yang becampur dengan sambal.
Hmm, air liur saya menetes. Saya selalu ingat bahwa DIA adalah pengabul segala
doa. Maka saya mulai berdoa “Andai saya bisa memakan semangkuk bakso hari ini”.
Lalu DIA memberi saya ide untuk melangkahkan kaki saya keluar
rumah. Berjalan beberapa meter dan belok kanan, sampai didepan warung bakso.
Tidak berhenti disana, saya pun melangkah masuk lalu duduk disalah satu bangku
yang tersedia di warung bakso itu. Sekitar lima menit saya duduk, lalu DIA
memberi saya ide lagi. Oiy.. ternyata diwarung bakso ini saya harus memesan
dulu didepan, baru baksonya akan dibawakan. Baiklah, maka saya pun bangun dan
melangkah lagi menuju penjaga baksonya. Saya pun akhirnya memilih menu yang
saya inginkan dan kembali ke bangku yang tadi. Tidak sampai lima menit seorang
pegawai datang membawa semangkuk bakso panas yang tampak sangat lezat.
Wow inilah se-mangkok bakso saya! Yes, saya seruput kuahnya
dengan sendok, hmm hambar tidak pedas. Lalu DIA memberi saya ide lagi untuk
mengambil botol sambal yang berada diujung meja. Saya ambil dan saya tuang
sambal itu ke dalam mangkuk bakso saya, lalu saya aduk. Kembali saya icip dan YES!,
inilah bakso yang sedari tadi saya harapkan. Aku bersyukur kepadaNYA, doa saya
memakan semangkuk bakso pedas terkabul!
Tampak remeh kah cerita diatas dimata Anda? Baiklah, kalau
begitu saya akan rubah dengan versi lain, yaitu versi kedua :
Siang ini saya sangat berharap bisa
memakan semangkuk bakso yang segar. Saya sudah membayangkan kuah bakso yang
becampur dengan sambal. Hmm, air liur saya menetes. Saya selalu ingat bahwa DIA
adalah pengabul segala doa. Maka saya mulai berdoa “DIA Andai saya bisa memakan
semangkuk bakso hari ini”. Dalam sekejap mata, turunlah semangkok bakso dari
langit tepat diatas telapak tangan saya, lengkap pula dengan sambalnya dan
sudah diaduk. YES!, inilah bakso yang saya harapkan. Aku bersyukur kepadaNYA,
doa saya memakan semangkuk bakso pedas terkabul!
Paragraf cerita kedua menjadi lebih pendek ternyata. Tapi,
mana yang tampak nyata buat kita. Cerita yang pertama atau versi cerita yang
kedua? Yang pertama? Baiklah kalau begitu jangan kita meremehkan cerita yang
pertama.
Sahabatku… Renungkanlah... Bahwa segala sesuatu memang telah
dibuat nyata olehNYA. Tapi tidak secara otomatis. Kita harus bergerak! Berdoa bukan
tentang bait-bait mantra. Berdoa adalah sekumpulan AKSI DINAMIS yang dijalankan
secara OPTIMIS dan kepercayaan bahwa diri ini selalu bersamaNYA..
Fitrah manusia bukan untuk diam saja dan menyusun harapan.
Fitrah manusia adalah untuk ber-aksi. Roda kehidupan hanya bermuara pada
AKSI-AKSI. Begitupun dengan doa bermuara pada AKSI juga. Tanpa aksi apalah kita
selain kumpulan kehampaan.
Hidup ini dibangun oleh aksi-aksi, inilah berdoa yang
sebenarnya, bukan sekedar harapan-harapan yang dipanjatkan secara optimis karena
DIA akan mengabulkan. Apakah kita akan bersembunyi dibelakang tameng bahwa DIA
adalah pengabul segala doa. Lalu kita menjamin diri, ber-optimis bahwa
harapan-harapan kita akan dibuat nyata secara otomatis?
Apabila kita benar-benar optimis bahwa DIA akan mengabulkan segala
harapan, maka kita pasti akan ber-Aksi. Harapan-harapan kita tidak akan
berwujud apa-apa selain wujud nyata kehampaan. Apabila kita tidak pernah
mengikuti ide-ide DIA untuk mewujudkannya.
Sahabatku… Mulai sekarang jangan menjadikan doa sebatas
mantra-mantra agar DIA mengabulkannya tanpa kita melakukan apa-apa. Berdoa artinya
dinamis, dengan kata lain penuh dengan harapan-harapan menuju perbaikan. Berdoa
bukan sekumpulan bait-bait mantra yang hampa. Tapi sekumpulan harapan yang
hidup.
Harapan yang hidup adalah harapan yang di-aksikan. Mana yang
lebih hampa; orang yang menyerahkan harapannya didepanNYA begitu saja, atau
mereka yang menempatkan harapannya ditempat yang benar dan terus beraksi
bersamaNYA untuk mewujudkan harapan-harapan itu ?
DIA membiarkan kita membuat harapan-harapan bukan untuk
membiarkan kita berdiam diri dalam kesendirian. Tapi untuk menemani kita
mewujudkannya. Membantu kita memunculkan sifat optimis didalamnya. Memberikan
ide-ide aksi tentangnya. Lalu membuat kita tersenyum dan berkata “Terimakasih
telah telah menemaniku dalam berharap, menemaniku dalam beraksi, lalu membuat
harapan-harapanku menjadi nyata. Aku sangat ber-bahagia”
Sekali lagi, berdoa bukan tentang bait-bait mantra. Berdoa adalah
sekumpulan AKSI DINAMIS yang dijalankan secara OPTIMIS dan kepercayaan bahwa
diri ini selalu bersamaNYA. Lalu apa DOA kita hari ini? Mari kita koreksi dulu
doa-doa itu. Tuliskan harapan-harapannya, temukan sisi dinamisnya. Hadirkan
optimisme nya dan lakukan aksi-aksinya.
Salam Semesta