Manusia memiliki keterbatasan didalam dirinya untuk menjawab
kebenaran yang hakiki. Apa itu kebenaran hakiki didalam lautan perbedaan. Hidup
dikeliling oleh dualitas. Benar dan salah. Saat berkata benar, maka akan muncul
beribu-ribu cabang kebenaran. Lalu kita bertanya mana yang paling benar? Mana yang
paling hakiki?
Siapa yang tidak suka dengan kebenaran? Manusia selalu
berharap bisa berdiri disisi yang benar. Namun tidak ada manusia yang mampu
menjawab apa itu kebenaran hakiki. Maka biarkan semesta yang memberi jawaban. Biarkan
semesta yang memberi arah dan pesan. Biarkan semesta yang menuntun dan
mengajari. Tugas kita hanya membuka diri dan menerima. Melepas ego untuk
menilai dan mencari keuntungan. Jadilah kertas putih dan biarkan semesta
mewarnainya dengan warna yang hakiki.
Satu penghalang kebenaran semesta selalu datang dari dalam
diri. Penghalang itu adalah ketakutan. Kebenaran semesta tidak akan datang,
sampai ketakutan menerima kebenaran itu hilang. Ketakutan adalah satu kata yang
menghalangi kebenaran itu. Tugas kita sebelum menerima kebenaran adalah dengan
menghilangkan ketakutan menerimanya terlebih dahulu.
Misalnya begini, perhatikan respon kita. Apakah kita masih
ragu dengan inputan yang masuk? Apakah kita masih takut disalahkan? Apakah kita
masih takut penilaian lingkungan? Apakah kita masih membandingkannya dengan
dogma dan doktrin lama? Kalau jawabannya adalah IYA. Maka itu bukan kebenaran
buat kita. Tapi itu kebenaran buat mereka yang sudah bisa merespon untuk tidak
menakuti apa yang kita takuti. Kebenaran semesta hanya akan datang, kalau kita
sudah siap menerima kebenaran itu. Karena kebenaran semesta tidak hadir untuk
dipertanyakan, namun untuk diterima.
Respon kita, itulah yang berlaku didalam hidup ini. Kita tidak
bertanggung jawab dengan apapun kejadian yang terjadi didalam hidup ini. Tapi kita
bertanggung jawab dengan apapun yang kita respon. Bagaimana kita meresponnya,
itulah tanggung jawab kita. Siang dan malam akan selalu sama. Tapi bagaimana
kita memberlakukan siang dan malam itulah yang membuatnya berbeda. Senang dan
sedih akan selalu sama. Tapi bagaimana kita merasakan senang dan sedih itulah
yang membuatnya berbeda. Kenyataan dan kebenaran akan selalu ada. Tapi bagaimana
kita menerimanya, itulah yang membuatnya berbeda.
Lalu bagaimana seharusnya kita merespon kebenaran-kebenaran
semesta yang tersibak, dan bagaimana kita menerima tiap detailnya?
Hal pertama yang paling utama adalah menghilangkan rasa takut
dan keraguan. Memang harus ada keberanian yang kita perjuangkan untuk hadir. Keberanian
menerima bahwa ini adalah yang benar. Keberanian mengakui kesalahan. Keberanian
menerima perbedaan. Keberanian menerima perubahan. Dan yang paling berat adalah
keberanian menerima rasa tersakiti karena mengetahui, apa yang terjadi selama
ini hanyalah suatu kebohongan terencana. Seluruh rasa yang muncul berbarengan
dengan kebenaran semesta pasti sama sekali tidak akan menyenangkan buat
siapapun, termasuk saya dahulu.
Kita menolak untuk tersakiti. Inilah yang ditakuti oleh kita.
Itulah kenapa sebagian kita lebih memilih untuk mengabaikan kebenaran yang
masuk, dan berhenti menerimanya. Karena menerima yang sebenar-benarnya tidak
akan pernah menyenangkan diawal. Apalagi kalau ditambah kita membiarkan
keragu-raguan memenuhi rongga jiwa. Kita pasti akan kalah. Karena respon
ketakutan dan keraguan adalah tameng sakti yang akan terus menjaga kita dari
menerima kebenaran semesta yang sebenarnya.
Akhirnya, hidup tidak akan berubah menjadi apapun, leyer-leyer
kebohongan tidak akan pernah tersibak, lalu yang hakiki akan meredup dari hadapan.
Kenapa? Karena semesta tidak ingin membuat kita ketakutan dengan rahasia hidup
yang ingin DIA singkap. Hidup kita tidak akan menjadi nyata sebagaimana bentuk
aslinya, sampai kita menghilangkan ketakutan itu sendiri. Semesta bekerja
dengan kasih sayang. Apakah DIA akan membiarkan kita dalam ketakutan? Tidak.
Pertanyaanya : Sampai kapan kita membiarkan diri teralihkan
dari kebenaran semesta. Karena rasa takut kita lebih besar dari keberanian
menerima kebenaran itu sendiri? Jadi, sekarang adalah tentang keberanian menerima kebenaran. Bagaimana
kita bisa mengendalikan rasa takut dalam menerima kebenaran semesta yang
datang, sekarang dan nanti.
Hidup ini memiliki dua zona yang bisa kita masuki, zona
pertama adalah kebohongan yang nyaman. Zona kedua adalah kebenaran yang tidak
nyaman. Memilih adalah tugas manusia. Silahkan menempatkan diri di zona mana
pun yang kita sukai. Semesta menuntun kita kepada kebenaran bukan untuk kita
respon dengan ketakutan. Mulai sekarang mari kita belajar untuk tidak menakuti
kebenaran secara brutal. Karena semakin brutal ketakutan kita, semakin jauh
kita dari kebenaran itu sendiri.
Selama ini kita selalu memprioritaskan diri untuk menerima
kesempurnaan hidup, tapi tidak kebenaran hidup. Padahal hidup akan sempurna
bila semesta menyingkap kebenaran yang sebenarnya. Apa yang sempurna dari
sebuah ketidak benaran?
Cobalah mencintai kebenaran semesta sebagai jati diri yang
memang seharusnya kita ketahui dan sadari. Jadi, apapun rasa yang muncul
berbarengan dengan datangnya kebenaran semesta tidak akan berlangsung lama. Ketidak
nyamanan itu hanya akan terasa sementara saja. Keberanian kita dalam menerima, serta
upaya kita untuk mengerti kebenaran semesta tidak akan pernah sia-sia. Hidup yang
berjalan didalam kebenaran semesta tidak akan pernah sama dengan kehidupan
fatamorgana. Nyatanya fatamorgana memang
tidak akan pernah menghapus dahaga bukan?
Salam Semesta
Copyright © www.pesansemesta.com