Sahabatku… Apa itu sabar? Selama
ini sabar digambarkan dengan diam dalam ketidak berdayaan. Orang sabar selalu
digambarkan sebagai orang yang berdiam diri saat ditindas. Perhatikanlah
sinetron-sinetron itu. Seperti itukah sabar yang diajarkan olehNYA? Apakah DIA
sedang menyuruh kita berdiam dan semakin berdiam menghadapi segala macam
kenyataan hidup yang buruk? Logika kita menolaknya bukan?
Jujur saja jiwa kita monolak pola
sabar pasif seperti di sinetron-sinetron. Siapa yang mau berdiam diri dalam
kesedihan, godaan, siksaan dan hinaan seperti itu? DIA pun tidak mau makhlukNYA
seperti itu. Karena memang bukan sabar seperti itulah yang diajarkan olehNYA. Kita
telah keliru mendefinisikan kata “Sabar” itu sendiri.
Selama ini manusia sering
mengkaitkan kata ‘besabar’ dengan sikap pasif, yaitu menerima keadaan dan
menahan perasaan yang tidak sesuai dengan keinginan diri. Contoh :
Ada seorang istri yang sangat
baik hati, membiarkan dirinya disakiti secara fisik dan mental oleh suaminya
yang kasar. Tiap saat dia menahan diri menerima segala bentuk kekasaran yang
menyakiti dirinya dengan alasan bersabar.
Ada seorang karyawan yang sudah
bekerja selama bertahun-tahun, dan selama itu dia merasa diperlakukan dengan
tidak adil oleh bosnya. Namun dia tetap mempertahankan ketidak adilan itu. Dia
tetap membiarkan dirinya berada di posisi itu, selama bertahun-tahun dan
memendam semua keinginannya untuk berhenti dan mencari pekerjaan lainnya dengan
alasan bersabar.
Sahabatku… Manusia dibuat untuk
tidak menjadi selemah itu. Kita diciptakan SANG PENCIPTA dengan memegang
kekuatan penuh untuk memilih. Bersabar adalah pilihan kekuatan berdaya besar
apabila dilakukan dalam arti yang sebenarnya. Bukan dalam arti menahan perasaan
atau menerima keadaan secara apa adanya.
Memang sebelum bersabar kita
harus mengerti dahulu bahwa takdir dan hukum sebab akibat adalah sesuatu hal
yang berbeda. Takdir itu adalah ketetapanNYA sementara hukum sebab akibat adalah
hukum terlogis dari tiap tindakan manusia. Hukum sebab akibat tersusun
berdasarkan kehendakNYA. Sebuah sistem agung yang menjadikan kehidupan didalam
semesta ini seimbang.
(Sahabat bisa membaca selengkapnya
tentang hukum sebab akibat dengan mengklik link berikut https://www.pesansemesta.com/2019/04/memahami-hukum-sebab-akibat.html)
Jadi sahabatku… Sabar yang
dipesankan olehNYA itu bukan tindakan menyerah pada keadaan, tapi memilih untuk
tidak menyerah pada keadaan. Kenapa? Karena kita diberi akal pikiran olehNYA untuk
mampu menentukan mana yang baik dan mana yang buruk. Kita diberi akal pikiran
untuk mampu mengolah dan memikirkan hasil akhir dari sebuah tindakan. Kita
diberi akal pikiran untuk mampu memilih pilihan yang baik dan meninggalkan
pilihan yang buruk.
Itulah kenapa saat Ibrahim hendak
mengorbankan anaknya DIA menggantinya dengan binatang ternak. Karena pada zaman
Ibrahim, kaumnya memang memiliki tradisi mengorbankan manusia untuk sesembahan
para Dewa, dan pada saat datang giliran Ibrahim untuk berkorban, maka dengan
kasih sayangNYA DIA menyuruh Ibrahim untuk mampu memilih pilihan yang baik,
yaitu mengganti anaknya dengan binatang ternak, agar menjadi contoh bagi
kaumnya untuk meninggalkan pilihan yang buruk.
Sahabatku… Bersabar hanya akan
menjadikan kita lebih dekat pada kebaikan, bukan pasrah menerima keburukan.
Karena bersabar adalah pilihan merubah keburukan menjadi kebaikan, bukan
bertahan pada keburukan itu sendiri. Karena buruk dan baik adalah hukum sebab
akibat. Sementara hukum sebab akibat adalah pilihan, bukan ketetapanNYA.
Agar pembahasan ini lebih indah
mari kita bercerita singkat tentang khalifah Umar bin Khathab, karena ada
hikmah yang besar dari contoh seseorang yang mengerti betul arti takdir yang
sebenarnya; mari kita membersihkan penilaian dan menjadikan ini sebagai
pelajaran saja sahabatku, tanpa perlu menilai label kelompok apapun;
Singkatnya Umar, yang dikenal
sangat cerdas dan memiliki intelektualisme tinggi, mempunyai pemahaman menarik
mengenai takdir. Diceritakan, selaku khalifah Umar pernah berencana melakukan
kunjungan ke Suriah. Tiba-tiba terbetik berita bahwa di daerah itu sedang terjadi
wabah penyakit menular. Lalu, Umar membatalkan rencana kunjungannya itu. Para
sahabat banyak yang protes atas sikap Umar itu mereka bertanya ''Apakah Tuan hendak lari dari takdir Allah?''.
Jawab Umar, ''Aku lari dari takdir Allah
kepada takdir Allah yang lain.''
Sahabatku… Pelajaran yang bisa
kita petik adalah bahwa pemahaman kita tentang takdir memang harus diluruskan
kembali, agar pengaplikasian kita tentang sabar menjadi tidak keliru. Pilihan kebaikan
dan keburukan tentu harus diterima dengan sepenuh hati. Acceptance adalah sikap positif awal yang harus muncul. Namun,
manusia dengan semua potensi dan kemampuan yang telah DIA berikan wajib beraksi
untuk menggapai pilihan kebaikan.
Saat kita ber-aksi untuk
menggapai pilihan kebaikan, lalu ternyata aksi kita sama sekali tidak berbuah
sesuai harapan, bahkan berujung kegagalan. Lalu kita bersabar, maka kita akan
mengulang lagi dengan berbagai cara. Gagal lagi - mengulang lagi. Gagal lagi -
mengulang lagi.. Terus dan terus sampai akhirnya DIA datang membawa
pertolonganNYA. Jadi bersabar adalah proses merayu ketetapanNYA, dengan cara terus
ber-aksi dan tidak menyerah atas keadaan apapun yang terjadi, dan juga terus
memilih pilihan yang baik sambil terus melakukan aksi-aksi dinamis, bukan
berdiam diri.
Sahabatku… Harus diakui apabila
kita memilih untuk bertahan pada pilihan keburukan, maka itu adalah pilihan ego
yang menyerah untuk ber-aksi. Sabar adalah bagian terpisah dari ego. Ego kita sangat
mengerti apa itu lelah, bosan, menyerah, dan takut dalam menunggu hasil.
Intinya, ego kita adalah sekumpulan usaha yang bertolak belakang dengan kesabaran
yang baik itu sendiri. Kesabaran yang baik adalah terus berusaha dengan
sebaik-baiknya, lebih baik dari yang sebelumnya. Serta dengan sadar
menggantungkan hasil kepadaNYA, bukan kepada aksi itu sendiri.
Lalu apa yang harus kita lakukan saat ego kita terus membombardir untuk
berhenti bersabar?
Sahabatku… Bersabar memang bukan
tentang rasa yang indah. Ego kita yang halus pasti akan memangsa kita dari
dalam, pelan tapi pasti ego akan terus mencabik-cabik sabar yang sengaja kita
pilih. Lalu ego pula lah yang menimbulkan rasa perih didada saat kita bersabar
dengan cara yang baik. Kalau sudah begini, satu-satunya cara adalah kita harus
memiliki kekuatan bersabar yang lebih besar dari pada ego kita sendiri.
KEKUATAN BERSABAR adalah kekuatan
melakukan kesabaran yang baik dalam hidup. Tanpa berkegalauan, tanpa bersedih hati
dan ikhlas hanya karenaNYA.
Sahabatku… Pada esensinya hasil
dari kekuatan bersabar adalah the power of GOD to ACT! KekuatanNYA untuk bertindak! Apakah saat DIA
rela (ridha) dan akhirnya mau menetapkan sesuatu, apakah sesuatu itu adalah
sesuatu yang buruk? Pastilah tidak. Pastilah sesuatu itu jauh lebih baik dari
apa yang sudah ditetapkan sebelumnya, jadi lebih dari hanya sekedar hukum sebab
akibat.
KetetapanNYA itu bukan matimatika
manusia. KetetapanNYA pasti tidak akan pernah meleset. Bahkan melewati ekspektasi
akal logika manusia itu sendiri. Kita tidak akan pernah bisa mendikte DIA untuk
sebuah hasil akhir. DIA selalu berjalan dengan alurNYA sendiri.
Akhir kata sahabatku… Sekarang
setelah kita mampu meresapi apa itu bersabar. Maka apakah kita masih mau
mengartikan sabar seperti sabarnya orang-orang yang pasrah di sinetron.
Sabarnya orang-orang yang tidak mau mengoptimalkan nikmat dan karuniaNYA.
Sabarnya orang-orang yang tidak menjadikan imannya sebagai sumber kekuatan….
Apakah kita masih mau? Tentulah tidak, karena sabar nya orang yang beriman
bukanlah seperti itu.
Sahabatku… Beriman adalah
memilikiNYA. Sabarnya orang yang memilikiNYA adalah kekuatanNYA. Jadi kalau
Anda memiliki kekuatanNYA apakah Anda akan berhenti dengan kebaikan yang Anda
pilih karenaNYA?
Renungkanlah Sahabatku…
Salam Semesta
Copyright © www.PesanSemesta.com
IG : @PesanSemesta.ig . FB : PesanSemesta.7