Selama ini manusia berkata, hidup
ini seperti berada diatas roda yang berputar. Saat roda ini berputar maju ke
depan, tiba-tiba rodanya bisa berputar mundur ke belakang. Mereka bilang,
roda-roda ini berputar secara otomatis, tanpa bisa dikendalikan. Menurut
mereka, kita hanya perlu duduk diatas roda ini, tanpa perlu memencet tombol
apapun untuk mengatur lajunya. Mereka juga bilang, tujuan akhir roda ini adalah
suatu tempat, yang tidak usah dipikirkan lagi keabsahannya.
Mereka yang berpendapat seperti
diatas tidak terlalu benar. Mereka sedikit keliru. Bagi Semesta roda hidup itu
tidak memutar secara otomatis, tapi kitalah yang memutarnya. Kita yang
mengendalikan putarannya ke arah mana. Kita yang mengatur kecepatannya. Kita
pula lah yang mengatur tujuan akhirnya. Kita adalah makhluk, didalam kita ada
SANG PENCIPTA. Dia menghidupkan kita tanpa keraguan, bahwa kita mampu memutar
roda kita sendiri. Dia menciptakan kita segala kesempurnaan, untuk terus
menerus memutar roda kita sendiri dimuka bumi.
Ngomong-ngomong, sudah sampai
mana kita memutar roda kehidupan ini? Ingat, kita tidak sedang berlomba, kita
hanya memutar. Saya teringat tentang anjuran, “berlomba-lomba lah dalam hidup”.
Saya tidak terlalu setuju dengan ini. Bagaimana kita bisa membuat satu aturan
dalam perlombaan, untuk satu tujuan hidup yang berbeda-beda? Kalau kita
menyadari tujuan hidup kita, segala kelebihan kita, lalu apa tugas kita,
pastilah dengan bijak kita akan menolak mengikuti arus perlombaan. Karena kita
paham, diri kita unik dan tidak untuk disamakan. Kita dihadirkan, untuk memutar
roda kehidupan bukan untuk berkompetisi, tapi untuk melengkapi.
Bagaimana kita seharusnya memutar
roda kehidupan menuju titik hidup yang kita inginkan, sesuai dengan keunikan
dan tugas kita masing-masing? Ini adalah pertanyaan yang seharusnya kita jawab.
Saatnya kita membuka mata untuk
memandang hidup yang baru dengan kembali menyusun hidup ini berdasarkan skala
prioritas kita masing-masing. Kembali menyusun skala prirotis berarti kembali
mempertanyakan ‘Untuk apa roda kehidupan kita berjalan?’ satu pertanyaan yang
sangat serius.
Mereka bilang hidup ini hanya
satu kali. Memang tidak akan ada kali kedua kita di bumi ini. Kita hanya
memiliki satu kesempatan untuk tetap hidup dibumi ini, untuk terus memantaskan
diri menuju kehidupan di dimensi selanjutnya. Jadi, cukup pastikan saja, roda
hidup kita betul-betul bermakna buat diri kita dahulu.
Kenapa? Karena sebelum bermakna
buat sesama, terlebih dahulu harus bermakna buat diri sendiri. Kita harus bisa
merasakan dan menikmati arti hidup sendiri, sebelum kita membaginya. Ini agar
kita tidak lelah. Agar kita tidak merasa diperas dan dipermainkan oleh dunia.
Jadi, saat kita siap untuk
menjadi bermakna buat sesama. Kita melakukannya dengan kegembiraan dan
keikhlasan. Kita bergerak sebagai diri sendiri bukan sebagai pengumpul pujian,
bukan sebagai pengumpul kata terimakasih, apalagi pengumpul uang, parahnya lagi
pengumpul pahala.
Artinya adalah, ketulusan
berbagi. Sama seperti tulusnya Anda saat mencari makna untuk diri sendiri,
begitupun seharusnya saat Anda memberi makna kepada sesama. Inilah goal kita
semua, yaitu untuk saling memberi makna dimuka bumi sesuai dengan keunikan dan
tugasnya masing-masing. Mulai sekarang, tidak usah memikirkan misteri dibalik
kematian, kalau hidup kita dibumi ini belum bermakna apa-apa buat diri sendiri,
apalagi buat sesama. Saatnya kita fokus dengan roda yang sedang kita putar.
Salam Semesta
Copyright © www.pesansemesta.com