Dua manusia identik yang sama persis belum ditemukan secara
utuh dimuka bumi ini. Sampai sekarang, manusia dihidupkan dengan keunikannya
masing-masing dan dengan kompleksitas yang tidak pernah bisa sama persis satu
sama lain, serta peran tugas yang beragam. Intinya, dalam hidup ini tiap pribadi
bertanggung jawab penuh dengan fitrah mereka masing-masing.
Fitrah keunikan yang DIA buat untuk tetap dipertahankan
berbeda, bukan untuk disamakan rata, kenapa? Karena individu-individu yang berbeda ini akan
menjalani kompleksitas hidup yang berbeda pula. Lalu akhirnya, mereka akan berperan
dan bertugas berdasarkan keunikan mereka masing-masing, untuk saling melengkapi
satu sama lainnya.
Masalah rumitnya, fitrah kita ini tidak berbanding lurus
dengan pendidikan yang kita terima. Para orangtua lebih suka membawa anak-anak
mereka ke sekolah untuk menerima pendidikan. Akhirnya kebanyakan kita harus terpaksa
hidup untuk di sama ratakan di sekolah.
Ini terjadi karena sistem pendidikan sekolah tidak bisa
menyesuaikan diri dengan kompleksitas fitrah manusia. Sekolah tidak mampu menampung keunikan manusia, dan memperlakukan manusia sesuai keunikan fitrahnya masing-masing.
Jadi harus diakui bahwa sistem pendidikan sekolah jauh dari
kebutuhan fitrah manusia itu sendiri. Apapun yang dibicarakan seorang guru
didepan kelas adalah apa yang tertuang didalam buku pedoman. Buku itu sama
sekali tidak memecahkan masalah siapapun didalam kelas itu, bahkan masalah
gurunya sendiri.
Karena sekolah memang tidak akan bisa mengatasi kompleksitas
hidup, baik yang berat ataupun yang ringan sekalipun. Sekolah justru hanya
menyamaratakan keunikan dan kompleksitas tiap-tiap individu dalam satu kelas
demi mendapatkan sebuah buku berisi angka per-semesternya.
Inilah prioritas kita selama bersekolah, yaitu untuk
mendapatkan nilai. Jadi sebenarnya sekolah hanya membelokkan fokus kita dari prioritas pendidikan
yang sebenarnya. Padahal prioritas pendidikan si anak sebenarnya adalah
mengenal fitrah dan keunikannya, sehingga dia mampu mengenali bakat serta passionnya
lebih awal untuk nanti mengasah dan berperan dengannya.
Jadi untuk memahaminya seperti ini : Anda adalah unik, dia adalah
unik, dan dia-dia yang lain adalah unik. Lalu manusia-manusia yang
masing-masing unik ini dikumpulkan dalam satu ruangan, diberi satu set buku
pedoman untuk diajari. Yang mana buku-buku itu sama sekali tidak beruhubungan
dengan masalah apapun yang dihadapi oleh manusia-manusia yang ada diruangan
itu, bahkan oleh yang mengajari sekalipun. Lalu selama bertahun-tahun manusia-manusia
itu mempelajari masalah-masalah itu untuk satu prioritas yang di samakan
dan di anggap penting, yaitu demi mendapatkan angka-angka yang tertulis di
sebuah buku. Dengan iming-iming siapa yang paling tinggi angkanya, dialah yang
paling cerdas.
Coba pikirkan sejenak. Kira-kira apa yang akan terjadi dengan
manusia-manusia itu nantinya setelah keluar dari ruangan. Apakah mereka sudah mampu memecahkan masalah hidupnya? Apakah mereka akan mengenal keunikan mereka, passion mereka,
bakat mereka? Lalu Apakah mereka sudah mendapatkan kunci jawaban untuk
memecahkan apa itu peran hidupnya sendiri? JAWABANNYA : SAMA SEKALI TIDAK !
Karena pada kenyataannya selama diruangan itu manusia-manusia
itu sama sekali tidak memecahkan masalah-masalah dalam dirinya sendiri. Mereka
fokus memasukkan masalah-masalah baru dalam hidupnya yang sama sekali bukan
masalahnya, dan menjadikan angka-angka dalam sebuah kertas sebagai
prioritasnya. Bukan kah ini kesalahan?
Pada moment ini kebanyakan yang terdiam dan memahami betapa
sebenarnya kita berlari terlalu jauh dari diri kita yang sebenarnya. Hanya karena
membiarkan diri untuk dinilai. Dengan sengaja kita telah mempertaruhkan diri kita untuk arti pendidikan yang salah.
Pendidikan itu bukan IQ tinggi atau mampu menjawab seribu
soal dengan tepat. Pendidikan itu bukan untuk mempersilahkan diri dinilai dan
dibandingkan. Pendidik itu bukan kompetensi. Pendidikan itu adalah belajar untuk
kembali kepada fitrah. Karena manusia adalah kecerdasan yang tidak terbatas.
Salam Semesta
Copyright © www.pesansemesta.com
IG : @PesanSemesta.ig . FB : PesanSemesta.7