Sebelum Anda membaca tulisan
dibawah ini, izinkan kami memberitahu terlebih dahulu. Bahwa tulisan berikut
sama sekali tidak bertujuan untuk memprovokasi Anda agar tidak mengikuti sistem
pendidikan sekolah. Kami hanya mencoba membuka wawasan kita bersama, bahwa
sistem pendidikan sekolah bukanlah arti dari pendidikan manusia yang
sebenarnya.
Alasan utama sistem pendidikan
sekolah dibentuk adalah untuk membatasai
kreatifitas berpikir dan kecerdasan unik manusia. Bukti ini memang tersamarkan.
Namun kalau kita mau bukti, mari kita teliti sejenak apa-apa saja yang telah
kita lewati.
*Mata pelajaran sekolah adalah pengalihan*
Pernakah Anda memperhatikan buku
mata pelajaran yang pernah Anda pelajari dahulu. Bukankah kalau diperhatikan,
setiap tahun kita hanya mempelajari subject yang sama, lalu mengulang kembali
subject yang sama di kelas berikutnya?
Sahabatku… Selama beberapa
generasi melalui pendidikan sekolah, otak manusia memang sengaja diberi
pengetahuan yang banyak, tetapi sedikit demi sedikit. Tanpa diberitahu kenapa
dan mengapa pengetahuan itu harus dipelajari. Akibatnya terjadi penumpukan
pengetahuan yang tidak berguna didalam otak kita.
Ambil contoh, dari SD sampai SMA
kita mempelajari pelajaran sejarah, namun tema yang diajarkan hanya sekedar
informasi-informasi kecil yang selalu diulang-ulang, bahkan kita sendiri tidak
bisa membedakan mana yang fakta dan mana yang karangan. Yang kita tahu saat
itu, semua yang bersekolah mempelajari subject yang sama, jadi kita hanya
menerima saja setiap mata pelajaran yang masuk secara pasif. Bukan hanya mata
pelajaran sejarah, tapi kita juga memiliki begitu banyak mata pelajaran
lainnya.
Kalau dipikir-pikir untuk apa
semua pelajaran-pelajaran itu? Untuk sebuah pengetahuan kah, atau untuk sesuatu
yang disebut pengalihan?
Bagaimana kalau kami bilang semua
mata pelajaran di sekolah adalah untuk mengalihkan manusia dari pengetahuan
yang sebenarnya harus dipelajari.
Coba pikirkan untuk apa anak-anak
umur belasan mempelajari matimatika, fisika, kimia, geografi, biologi,
ketatanegaraan. Kumpulan pengetahuan yang bahkan belum bisa mereka aplikasikan
dalam kehidupan mereka sehari-hari bukan? Padahal sebaik-baiknya pengetahuan
adalah yang aplikatif. Karena menurut neurosciense,
kalau manusia tidak bisa mengaplikasikan pengetahuannya dalam waktu kurang 47
jam, maka otak akan menganggap bahwa pengetahuan yang masuk bukanlah sesuatu
yang penting dan secara otomatis menghapus memori tentangnya. Karena itu jangan
salah, kalau anak-anak Anda, bahkan kita dahulu begitu mudah melupakan
pelajaran sekolah.
Secara teori memang manusia
memiliki kemampuan untuk mengingat segala hal yang terinput ke dalam otaknya.
Hanya saja ada syaratnya agar manusia mampu mengakses memori itu. Syaratnya
adalah dengan mempertajam akses memorinya, dan satu-satunya cara yang paling
efektif adalah dengan mengaplikasikannya dalam kehidupan. Jadi bukan karena
memori kita buruk, makanya kita lupa, hanya saja otak kita menganggap itu bukan
hal yang penting untuk diingat.
Seorang anak remaja perempuan
mampu mengingat nama tiap-tiap personil grup band K-pop nya. Tapi kalau dia
berada di kelas ketatanegaraan dan gurunya menyuruhnya melist nama-nama menteri,
bisa jadi dia akan kesusahan meski dia baru saja mempelajarinya seminggu yang lalu.
Ini semua terjadi karena otak kita mengetahui prioritas pemiliknya sendiri.
Jadi untuk apa manfaat semua mata
pelajaran sekolah itu, kenapa sampai sekarang sekolah kita masih terus
mempelajari begitu banyak mata pelajaran, sementara kita melupakan bagaimana
caranya memori kita sebenarnya bekerja. Bukankah kalau dipikir-pikir secara
jujur, bahwa mata pelajaran sekolah hanyalah kesia-siaan dan pemborosan energi. Baru terpikir sekarang, kenapa dahulu kita
tidak mempelajari sesuatu yang lebih sesuai, sehingga bermanfaat buat diri kita
sendiri?
*Pendidikan sekolah menghilangkan keunikan manusia*
Sahabatku… Apakah kita
meng-amini, bahwa diri kita adalah unik, dan masing-masing kita memiliki
kompleksitas dan prioritasnya sendiri-sendiri?
Kalau begitu Anda juga
mang-amini, kalau tidak semua manusia harus jago dalam bidang mati-matika, sama
juga tidak semua manusia harus jago dalam bidang bahasa atau kimia dan fisika.
Tapi kenapa semua manusia yang notabennya unik dan terlahir dengan memiliki keunikan
sendiri-sendiri, dipaksa untuk mempelajari semua pengetahuan-pengetahuan secara
serempak dan bersamaan?
Ambil contoh, Lia adalah seorang
anak remaja introvert yang tidak suka
tampil dimuka umum, apalagi untuk membacakan sebait puisi. Hari ini dia
terpaksa harus tampil didepan kelas untuk membacakan tugas puisi dari guru bahasa,
sudah bisa dibayangkan bagaimana penampilan lia, sangat buruk. Lia pun harus
puas dengan nilai C- untuk tugas bahasa. Kasihan Lia, dia pulang sekolah dengan
mood yang kurang baik, mendadak dia merasa sama sekali tidak pintar. Padahal
dua hari yang lalu dia mendapatkan nilai A+ untuk project fisika, dan berhasil
masuk seleksi sebagai utusan untuk mengikuti olimpiade fisika dari sekolahnya.
Coba pikirkan kembali apakah
sekolah mampu menerima keunikan dan menjawab kompleksitas kecerdasan Anda?
Sahabatku… Wajar kalau tidak.
Karena sistem pendidikan sekolah jauh dari kebutuhan fitrah manusia itu
sendiri. Fitrah manusia yang memang sengaja diciptakan masing-masing unik. Karena
manusia memang diciptakan untuk berperan dengan keunikannya masing-masing, demi
menjaga keseimbangan dan harmonsasi kehidupan itu sendiri.
*Sekolah hanya memprioritaskan angka*
Sampai sini, mau tidak mau kita harus
mengakui bahwa memang sekolah hanyalah tempat untuk menyamaratakan keunikan dan
kompleksitas tiap-tiap individu demi mendapatkan sebuah buku berisi angka
per-semesternya. Inilah prioritas kita selama bersekolah, yaitu untuk mendapatkan
nilai. Bukan begitu?
Kalau memang untuk mendapatkan
kecerdasan, sudah bisa dipastikan semua kita yang bersekolah sudah menjadi ahli
dari apa yang telah kita pelajari disekolah. Namun nyatanya tidak, hanya
sedikit dari pengetahuan yang bisa kita pakai dari sekolah, dan sisanya semua
tersimpan diatas kertas sebagai angka yang berderet. Akhirnya hanya itulah gunanya
ilmu pengetahuan manusia, yaitu untuk mengisi kolom kosong dengan deretan
angka. Kalau memang angka-angka itu adalah sebuah prioritas, maka apalah
gunanya lagi ilmu yang telah kita pelajari? Bukankah prioritasnya telah
tercapai?
Sampai detik ini, kita masih
beranggapan bahwa nilai-nilai itu adalah nilai kecerdasan manusia. Padahal
nilai kecerdasan manusia dapat kita ukur dari seberapa bermanfaat ilmu yang dia
miliki demi kemakmuran bersama.
Kemakmuran bersama, itulah
prioritas yang sebenarnya. Namun sayangnya itu tidak diingatkan kepada mereka yang
masih belajar di sekolah. Mereka hanya diingatkan untuk selalu giat belajar agar
mendapatkan nilai yang bagus, karena angka yang bagus di dalam raport atau
ijazah, akan memudahkan mereka untuk mendapatkan pekerjaan.
Akhirnya selepas mereka sekolah,
prioritas mereka hanyalah memakmurkan diri mereka masing-masing, bukan lagi kemakmuran
bersama. Sistem pendidikan sekolah menjadikan manusia tidak bisa berpikir secara
majemuk dan hanya memiliki dorongan yang kuat untuk menjadi buruh atau pekerja.
Pola ini pun mengajarkan untuk mengubah target pendidikan menjadi hanya sekedar
angka sebagai suatu kebanggan akan makna kecerdasan yang salah.
Sahabatku… cukup 3 point saja
yang kita bahas kali ini, cukup 3 point untuk membuat diri kita termenung. Ternyata
kita telah di didik dengan pendidikan yang kurang tepat. Hasilnya kita
menganggap kecerdasan adalah suatu nilai yang bisa kita tukar, agar bisa
menerima kesenangan duniawi semata.
Sahabatku… Apabila tulisan ini
membuat Anda menjadi ragu dengan langkah yang sedang Anda ambil saat ini. Itu
tidak masalah. Hidup hanyalah kumpulan pilihan-pilihan. Kita hanya harus bijak
dalam memilih apapun dalam hidup ini. Selalu tersenyum dan berdirilah dengan
tegap, meski pilihan Anda tidak sesuai dengan kenormalan yang berlaku. Kita adalah
pilihan kita.
Bersekolah atau tidak bersekolah
hanyalah sebagian kecil dari pilihan yang akan kita pilih dalam hidup ini. Sementara
tiap pilihan hanyalah sebuah pembelajaran, dan itulah arti pendidikan. Pendidikan
adalah kemampuan untuk mencerna segala sesuatu dari berbagai sudut tanpa
melakukan penilaian, yang ada adalah keseimbangan yang membentuk harmonisasi antara
hidup kita dengan Semesta dan penciptaNYA. Sehingga manusia mampu memilih yang
terbaik bagi dan menurut dirinya sendiri.
Salam Semesta
Copyright © www.PesanSemesta.com
IG : @pesansemesta.ig - FB: pesansemesta.7