Mari kita berbicara sebentar
tentang manusia yang masih melakukan pekerjaanNYA. Semoga jangan sampai lagi
ada salah satu dari pekerjaanNYA ini yang kita lakukan lagi.
1# Menilai ketakwaan
Sahabatku… Betapa sering kita
menggantikan posisiNYA dengan masih menilai-nilai taraf keimanan seseorang. Oh dia
lebih beriman karena memakai baju ini, oh dia lebih beriman karena sering
terlihat melakukan ibadah, oh dia lebih beriman karena lebih sering sedekah. Lalu
saat kita melihat manusia yang melakukan sebaliknya, kita beranggapan bahwa dia
kurang atau bahkan tidak beriman.
Sahabatku… Bukankah hanya DIA
yang mampu menilai ketakwaan seseorang? Lalu kenapa masih menilai seseorang hanya
dari segala kesan luar mereka, padahal kita tahu persis hanya DIA SANG MAHA
PENILAI.
Sahabatku… Mereka yang kita nilai
adalah sama makhluk sebagaimana kita yang menilai. Dan kita adalah makhluk
biasa, yang bahkan belumlah mengetahui tingkat ketakwaan dirinya. Sadarilah diri
untuk lebih mengutamakan berkaca diri.
2# Menjadi Maha Mengetahui
Bukankah ini sering sekali kita
lakukan? Menjadi SANG MAHA MENGETAHUI. Saat berdoa kita berbicara seakan
mengetahui betul apa yang kita butuhkan. Terus-terusan kita mendikteNYA. Padahal
seyogyanya tak perlu kita melakukannya, apabila kita sudah percaya kalau hanya
DIA-lah SANG MAHA MENGETAHUI. Jadi, akan sangat malu kalau kita masih
mendikteNYA.
Sahabatku… Belumlah tentu benar dan
tepat hal yang kita ketahui, karena itu serahkanlah pengetahuan kita kepadaNYA
tanpa perlu mendikte-dikte. Sungguh DIA sudah mengetahui bahkan sebelum dikte-an
itu terucap atau pun terlintas.
3# Menghitung dosa dan pahala
“Kalau kamu melakukan itu maka
kamu dosa!” atau “Kalau kamu melakukan ini maka ini akan jadi ladang pahala!”.
Sahabatku… Sedari kecil mungkin
sebagian kita selalu diberi doktrin tentang dosa dan pahala tanpa siberi
pemahaman apa-apa tentang kebenaranya. Akhirnya masalah muncul, karena sudah kita
tidak tahu apa-apa tentang kebenaranannya, tapi sekarang malah kita menunjuk-nunjuk
itu dosa dan itu pahala.
Baiklah sahabatku… Pemahaman
tentang esensi dosa dan pahala serta kebenarannya memang akan menjadi pembahasan
panjang. Tapi yang akan kita bahas disini adalah aksi manusia yang masih terus
menerus menunjuk itu dosa dan itu pahala, tanpa memiliki pemahaman dan
kebenaran apa-apa tentangnya.
Mulai sekarang alangkah baiknya
misteri dosa dan pahala kita serahkan kepadaNYA sampai pemahaman dan kebenaran
tentangnya (dosa dan pahala) datang kepada kita.
4# Menerima Pujian
Senang dipuji memang adalah
sebuah keniscayaan. Tidak ada manusia yang tidak suka dipuji. Hanya saja,
pujian selalu menggiring kita menuju gerbang kesombongan. Dan saat manusia
berada didepan gerbang kesombongan, maka dia punya dua pilihan yang bisa
dipilih secara sadar, yaitu menjadi sombong atau tidak menjadi sombong.
Kebanyakan kita memang akan
kelepasan dan akhirnya menjadi sombong. Merasa memiliki, merasa melakukan,
merasa berjasa, merasa lelah, merasa bekerja keras, merasa pantas dan lain
sebagainya. Sebenarnya semua rasa-rasa ini adalah keniscayaan yang wajar sekali
dirasakan oleh manusia. Namun apabila tidak terkontrol maka akan memunculkan
keburukan sifat sombong.
Apa itu keburukan sifat sombong? Yaitu
lupa kepada SANG PENGHIDUP, lupa kepada SANG PENGGERAK yang karena SANG
PENGHIDUP lah semua yang kita lakukan menjadi bisa kita lakukan.
Sahabatku… Porsi manusia sangat sedikit
sekali untuk pantas menerima pujian. Hanya kepada DIA SANG MAHA segala pujian
itu pantas disematkan. Bahkan SANG PENGHIDUP pun tidak butuh apapun yang
disebut pujian.
5# Menjanjikan Hasil Akhir
Sahabatku… Apakah DIA menjanjikan
hasil akhir hidup Anda? TIDAK, bahkan DIA SANG MAHA PENGATUR SEGALANYA pun
tidak menjanjikan hasil akhir Anda, padahal DIA MENGETAHUI. Lalu kenapa
sebagian manusia masih melakukannya. “Apabila saya terpilih maka saya akan ….”,
“Apabila kalian belajar di bimbel ini maka kalian akan lulus dan pintar semua”,
“Apabila Anda minum obat ini maka penyakit Anda akan sembuh”, “Apabila Anda berinvestasi
di bisnis ini maka Anda akan untung 100%”
Sahabatku… Kemungkinan bisa
terjadi lain apabila DIA menghendaki hal yang lain terjadi. Baiknya kita hanya
memberikan bukti nyata dari hasil aksi-aksi kita, bukan bait-bait janji akhir.
6# Menilai isi hati manusia
Betul memang kita bisa membaca
manusia lain melalui energi, sikap dan gerak-geriknya. Namun bukan berarti kita
pantas menilai isi hati manusia itu. Kembali lagi hanya kepada DIA lah segala hal
yang sedang beroperasi didalam hati manusia.
Sahabatku… Kita hanya berhak
membuat pilihan dari apa yang kita baca dari manusia, tapi jangan pernah
menilai tentang isi hati. DIA lah SANG MAHA PEMBOLAK-BALIK hati manusia. Percayakanlah
pekerjaan ini kepadaNYA.
Akhir kata sahabatku… Porsi hidup
manusia dalam hidup ini sudah sangat kompleks tanpa perlu kita malakukan
pekerjaanNYA. Adalah sebuah penghormatan kita kepadaNYA untuk menjaga sikap dan
aksi kita pada tempat yang seharusnya. Jangan sampai kita menTuhankan diri kita
sendiri.
Salam Semesta
Copyright © www.PesanSemesta.com