Sahabatku... Tidak ada manusia yang akan merasa berilmu saat dia diberikan ilmu. Karena ilmu itu bukan miliknya, melainkan milik SANG PEMBUAT ILMU.
Kertas putih ini akan bernoda apabila diteteskan beberapa tinta merah dan hitam. Begitu juga dengan pelajaran dari semesta. Pelajaran itu akan ternodai oleh dua hal, yaitu penilaian dan ego. Manusia selalu mementingkan yang namanya penilaian. Dimulai dari siapa yang menyampaikan pelajaran itu, lalu bagaimana pelajaran itu disampaikan, lalu apa yang disampaikan. Begitu juga dengan ego yang selalu mementingkan dirinya sendiri. Pertanyaan; apakah pelajaran ini menguntungkan untuk kami pelajari? Hanya akan menjadi noda bagi pelajaran itu sendiri.
Kertas putih ini akan bernoda apabila diteteskan beberapa tinta merah dan hitam. Begitu juga dengan pelajaran dari semesta. Pelajaran itu akan ternodai oleh dua hal, yaitu penilaian dan ego. Manusia selalu mementingkan yang namanya penilaian. Dimulai dari siapa yang menyampaikan pelajaran itu, lalu bagaimana pelajaran itu disampaikan, lalu apa yang disampaikan. Begitu juga dengan ego yang selalu mementingkan dirinya sendiri. Pertanyaan; apakah pelajaran ini menguntungkan untuk kami pelajari? Hanya akan menjadi noda bagi pelajaran itu sendiri.
Apa yang kami maksud disini
adalah bahwa PEMILIK Semesta ini membawa pelajaran terindah, terlengkap dan terupdate. Hanya
kekurangan kita terletak dari bagaimana kita mengakses pelajaran itu sendiri. Untuk
dapat mengakses database Semesta kita harus mampu dulu mensucikan diri. Dua hal
utama yang harus disucikan adalah penilaian dan ego.
Mana yang lebih penting pembicara
atau apa yang dibicarakan? Lalu kenapa kita masih melihat pembicaranya. Mana yang
lebih penting pesan dari yang ditulis atau siapa yang menulis? Lalu kenapa kita
masih melihat penulisnya. Untuk mengakses database Semesta kita harus berhenti
melihat dari sisi penilaian manusia dan mulai masuk ke sisi kenetralan.
Begitu juga dengan ego. Betapa sering
kita melompati sebuah moment akal untuk berpikir, hanya karena merasa itu tidak terlalu
menguntungkan, atau hanya karena itu terlalu rumit untuk dibaca, atau hanya
karena itu sama sekali tidak menyenangkan dan sesuai. Padahal di moment itu Semesta ingin
menyampaikan pelajarannya.
Sahabatku... Manusia suci adalah mereka yang mampu menetralkan dirinya. Jadi manusia suci bukanlah manusia yang tidak melakukan kesalahan sama sekali, karena kesalahan adalah salah satu gerbang pembelajaran. Kenetralan adalah kepentingan, kalau kita memilih untuk mengambil pelajaran.
Semesta raya ini menyimpan database pelajaran ditiap sudut ruangNYA, dan itu adalah persembahanNYA untuk manusia. Mari mulai belajar kepada SANG PEMBUAT ILMU. Hidup ini adalah kamuflase tempat
manusia belajar. Bumi adalah tempat awal bagi kita untuk belajar. Begitu juga nanti dalam dimensi-dimensi yang lainnya. Semua adalah pelajaran-pelajaran. Kita hanya
mempelajari sedikit dari ilmu yang diberikan oleh SANG PEMBUAT ILMU. Sedikit saja
dan itu sudah sangat membuat seumur hidup kita sibuk.
Hal pertama untuk memulainya
adalah, jangan pernah mereject apapun pesan yang kebetulan masuk kedalam hidup
Anda. Karena kebetulan itu tidak pernah ada. Selalu ada makna dibalik apapun, selalu ada perencanaan yang tersistematis dan memiliki makna. Kebanyakan makna itu adalah pelajaran yang berharga bagi
mereka yang berpikir dengan akalnya, serta mampu mengendalikan penilaian dan ego diri. Artinya; pelajaran berharga bagi mereka yang mampu mensucikan dirinya dalam kenetralan.
Tidak ada kesombongan rasa saat menerima ilmuNYA, pengetahuanNYA bukan sesuatu yang dikejar atau diberpikirkan untuk dinilai oleh angka-angka manusia. PengetahuanNYA adalah kebenaran bagi mereka yang mampu menerima kebenaran. Setiap kita mampu menerima kebenaran. SANG PEMBUAT jiwa akan memanggil jiwa-jiwaNYA yang telah mensucikan diri.
Mensucikan diri itu bukan sekedar bersuci dengan basuhan air, tapi menjadikan diri sejernih dan senetral air. Sehingga diri kita mampu menerima sesuap demi sesuap kedalaman ilmuNYA yang tidak bertepi. Siapapun manusia bisa mensucikan diri. Tapi harap diingat! Manusia suci tidak perlu disucikan oleh manusia. Karena kesucian bukan penilaian manusia. Kita mensucikan diri bukan untuk dinilai suci, tapi untuk menerima ilmuNYA.
Ibarat anak kecil yang disuapi setetes demi setetes air dari dalam kolam. Akankah air didalam kolam itu habis diminumnya, sementara sumbernya terus menerus mengaliri air? Itulah diri kita yang sedang duduk untuk disuapi ilmuNYA. Tidak ada kepintaran, tidak ada pembuktian, tidak ada bagian diri yang bisa diberikan untuk ditunjukkan, tidak ada apa-apa yang bisa di aku-kan selain diriNYA. Hanya diriNYA. Tidak ada yang lain selain ke MAHA an NYA.
Bergegaslah untuk menemuiNYA dalam sucinya kenetralan dan Anda akan mengerti.
Salam Semesta
Copyright © www.PesanSemesta.com