Setiap orang pastinya ingin memiliki
kecerdasan yang maksimal. Siapa yang menolak untuk menjadi cerdas. Selama ini
kita mengenal tiga kecerdasan
super manusia, yaitu IQ, EQ dan SQ. Ada usaha dibalik kecerdasan itu adalah pasti. Dahulu
banyak yang berpikir bahwa IQ dan EQ ditentukan dari factor genetis, tapi nyatanya
terbukti tidak. Lalu bagaimana dengan SQ (kecerdasan spiritual) – Bagaimana manusia
memiliki kecerdasan spiritual?
Kecerdasan Spiritual adalah bawaan bagi tiap
jiwa kita masing-masing, kecerdasan yang sudah kita miliki, bukan kecerdasan
yang kita kembangkan. Setiap spirit memiliki spiritual. Kita semua dilahirkan
sebagai makhluk spiritual. Tetapi sama seperti seorang anak dengan kemampuan musik,
anak ini tidak akan pernah menjadi sangat "cerdas dalam musik" jika
dia tidak belajar teori musik dan berlatih memainkan instrumen, demikian pula
dengan kecerdasan spiritual. Kita harus memahami dasar-dasar spiritual dan melatih keterampilan untuk menjadi cerdas secara spiritual.
Jadi memang kecerdasan spiritual
harus dilatih, agar berkembang dan meningkat. Sayangnya kebanyakan kita harus
mengakui kalau kecerdasan spiritual kita tidak terasah dengan baik. Sedari kecil
para orang tua kebanyakan mengajarkan anak-anaknya hukum agama. Akhirnya kita
tumbuh menjadi cerdas dalam agama, namun kurang cerdas dalam spiritual. Padahal,
kecerdasan spiritual sudah kita bawa dari lahir, fitrah manusia adalah
spiritual. Agama adalah baju yang dipakaikan oleh orang tua. Spiritual adalah
jiwa yang kita bawa, selamanya.
Inilah alasan kenapa, belum tentu orang yang semangat
religiusnya tinggi memiliki SQ yang tinggi. Begitu pula orang yang
sepintas kehidupan beragamanya terlihat biasa-biasa saja, bisa jadi ternyata
mereka memiliki SQ yang tinggi. Contohnya, apabila ada orang yang mengaku
beragama, namun memiliki sikap yang radikal dan antitoleran terhadap perbedaan
semesta. Maka bisa dipastikan orang itu adalah contoh dari orang yang memiliki
sikap terhadap agama yang loyal, namun memiliki SQ yang rendah. Jadi memang SQ
tidak bisa dibandingkan dengan kehidupan beragama seseorang.
Lalu manakah yang lebih penting sekarang
: Memiliki kecerdasan spiritual (SQ) atau memiliki sikap agamis?
Tidak ada yang lebih penting.
Karena seharusnya SQ tumbuh berbarengan dengan intensitas keagamaan seseorang.
Apabila seorang yang beragama dan juga memiliki SQ yang tinggi, maka dia akan
benar-benar mengenal jati dirinya sebagai ciptaan SANG PENCIPTA yang dia
tuhankan. Dan dia akan memandang perbedaan beragama hanya sebagai sebuah
harmonisasi.
Dia akan masuk kedalam inti alam
Semesta, dan belajar kepada Semesta yang tetap berbagi kehidupan tanpa memilih
dan memandang agama. Jadi seorang beragama yang SQ-nya tinggi, dia akan tetap
memegang nilai-nilai teguh keyakinannya, dengan tetap menghargai nilai-nilai
keagamaan yang berbeda. Karena dia memahami segalanya adalah SANG PENCIPTA.
LALU BAGAIMANA CARA AWAL BAGI
KITA UNTUK MENINGKATKAN KECERDASAN SPIRITUAL YANG SUDAH DIBAWA JIWA KITA INI?
Sahabatku… Kecerdasan Spiritual
dapat ditingkatkan dengan memperbanyak MOVE IN, yaitu masuk dan melihat kedalam
diri, guna membangun fase kesadaran kedalam diri sendiri. Caranya MOVE IN adalah
dengan berpikir serta merenungkan arti diri dan makna kehidupan yang
dijalaninya. Berdasarkan akal sehat dan hati bersih menurut semesta.
Seorang Socrates dalam hidupnya
pernah berkata “Manusia hendaknya
mengenal diri dengan dirinya sendiri, jangan membahas yang diluar diri, hanya
kembalilah kepada diri. Manusia selama ini mencari pengetahuan di luar diri.
Kadang – kadang dicarinya pengetahuan itu di dalam bumi, kadang – kadang diatas
langit, kadang – kadang di dalam air, kadang – kadang di udara. Alangkah
baiknya kalau kita mencari pengetahuan itu pada diri sendiri. Dia memang tidak
mengetahui dirinya, maka seharusnya dirinya itulah yang lebih dahulu
dipelajarinya, nanti kalau dia telah selesai dari mempelajari dirinya, barulah
dia berkisar mempelajari yang lain. Dan dia tidak akan selesai selama – lamanya
dari mempelajari dirinya. Karena pada dirinya itu akan didapatnya segala
sesuatu, dalam dirinya itu tersimpul alam yang luas ini.”
Pemikiran Socrates menunjukan
bahwa MOVE IN atau mengenal diri dapat dilihat dari berbagai perspektif.
Dimulai dari mengenal komponen dasar manusia, mengenal akal dan hati, mengenal
ego diri, mengenal keterhubungan diri dengan semesta, sampai kepada mengenal
pembuat dan pencipta diri. Ini berarti mengenal diri merupakan sebuah
perjalanan untuk menyelami diri sampai mengetahui diri pada hakikat yang
sebenarnya.
Menyelami diri ibarat berenang di dalam kubangan air suci.
Kita harus terlebih dahulu mensucikan diri untuk mampu menyelam ke dasar
sumber. Karena ini bukan sekedar informasi yang diterima oleh mata, akal dan
hati selama ini. Tapi menyelam jauh ke dalam jasad, lalu menuju jiwa, lalu
keluar dari keduanya. Sampai akhirnya kita menyadari kalau diri kita lebih dari
sekedar bagian manusia. Kita adalah bagian dari SANG PENCIPTA, SANG PEMBUAT itu
sendiri.
Inilah yang disebut dengan MOVE IN, yaitu masuk dan melihat
kedalam diri, guna membangun fase kesadaran kedalam diri sendiri. Jadi semua berawal
dari proses individu mengenal dirinya. Anda pasti pernah mendengar istilah
‘Siapa tidak mengenal dirinya maka tidak mengenal Tuhannya’, begitulah
kira-kira.
Sahabatku… Memang selama ini
secara sadar kita biarkan energi pikiran kita terfokus kepada hal-hal yang
mengalihkan kita dari kesadaran diri sendiri. Menjauhkan kita dari sumber
kecerdasan jiwa kita sendiri. Banyak yang mengaku beragama, namun disayangkan
pengakuan itu tidak dibarengi pula dengan kecerdasan spiritual yang matang.
Seseorang bisa menghapal satu
kitab atau mushaf yang terjilid lengkap dengan artinya. Namun belum tentu
seseorang itu mampu mengkoneksikan dirinya dengan apa yang dia hapal. Membaca
‘kitab’ didalam diri jelas lebih sulit, dibanding sekedar membaca kitab yang
terjilid.
Untuk membaca ‘kitab’ didalam diri,
seseorang harus terlebih dahulu meningkatkan kecerdasan spiritual yang sudah
dia bawa bersama jiwanya. Karena memang setiap manusia sudah terplugin-kan kemapuan
untuk membaca kitabnya sendiri. Sekaranglah waktu yang tepat bagi kita menyiapkan
energi penuh untuk kembali MOVE IN, guna meningkatkan kecerdasan spiritual kita
dengan membuka kesadaran kedalam diri.
Kesadaran pertama kedalam diri
adalah menyadari diri bahwa kita adalah makhluk dan eksistensi hidup kita
adalah untuk kembali menjadi makhluk. Kesadaran tentang ini harus dirasakan
dahulu secara utuh, tulus dari jiwa, tanpa rekayasa dan tanpa paksaan. Biarkan akal
kita mengalir dalam kenetralan, tanpa dogma dan doktrin yang membelenggu.
Setelah sadar diri barulah kita
akan mampu menyadari dengan tulus keajaiban-keajaiban kehidupan didalam diri (kitab
didalam diri). Ingatlah satu hal, keajaiban tidak pernah menjadi keajaiban,
kalau kita tidak percaya dengan keajaiban. Dari mulai merasakan jantung yang
tidak pernah berhenti berdetak. Aliran darah. Pernafasan dan seluruh pergerakan
yang ada didalam diri. Bahkan sampai ke titik kerlingan mata dan kibasan jari. Semua
ini adalah keajaiban yang bisa dirasakan, meski selama ini tidak kita rasakan. Karena kita tidak percaya kalau itu adalah keajaiban. Sementara ketidakpercayaan kita hanyalah wujud ketidakmengertian kita.
Itulah kenapa kita membutuhkan MOVE IN. Karena melewai moment demi moment MOVE IN kita bukan hanya akan merasakan, tapi jauh dari itu, kita menyadari dengan
total bahwa sejatinya kita hanyalah makhluk. Semua yang ada didalam diri ini adalah
kumpulan kehidupan-kehidupan yang kesemuanya hanya bersumber dari SANG PENCIPTA.
Sahabatku... Sadar menjadi makhluk akan
membawa kepada ketaatan penghambaan, ketergantungan total dan kebersamaan abadi
yang tidak bisa terpisahkan. Kekuatan “rasa” inilah yang akan meningkatkan
kecerdasan spiritual seseorang. Jadi inti dari kecerdasan spiritual adalah
kesadaran penuh yang disertai rasa, bukan sekedar pengetahuan keagamaan belaka.
Dengan alasan ini pula lah kecerdasan spiritual akan terus berada diatas
kecerdasan beragama. Karena ini adalah kecerdasan yang dibuatkan langsung oleh
SANG PEMBUAT.
Jadi memang peningkatan
kecerdasan spiritual ini adalah sebuah proses perjalanan yang tidak instant. Seseorang
akan melihat hasil dari prosesnya sendiri. Salah satu hasil dari proses kecerdasan
spiritual yang meningkat ini, seseorang menjadi maklum akan perbedaan. Bahwa
bagaimanapun perbedaan-perbedaan keyakinan itu ada, tetap inti dari segalanya
adalah kembali kepada SANG PENCIPTA itu sendiri. Tidak ada yang perlu diperdebatkan
lagi saat SANG PENCIPTA tidak pernah memperdebatkan apa-apa selain terus
menerus menghidupkan dan menciptakan perbedaan.
Sahabatku… Marilah kita mulai
MOVE IN kita. Merasakan semua kehidupan yang ada didalam diri, mulai dari detak
jantung, pernafasan, semua pergerakan dan kehidupan didalam diri yang
sebetulnya digerakkan oleh SANG PENCIPTA dan bagaimana merasakan juga
menyaksikan kinerja SANG PENCIPTA menghidupkan diri kita. Dimulai dari dalam
diri pikirkan lalu sadari secara menyeluruh bahwa kita hadir disetiap kehidupan
yang diciptakan oleh SANG PENCIPTA.
Salam Semesta
Copyright © www.PesanSemesta.com