Seorang anak kecil pulang dengan
kaki terseok-seok dan mulut mungil penuh keluhan. Ibunya tersenyum mendengar
keluhan sang anak lalu berkata “Nak…
seorang pemain bola yang sudah berlatih pun bisa jatuh. Apalagi kamu yang belum
pernah berlatih. Kita jatuh karena kita harus tahu rasanya jatuh itu seperti
apa. Supaya pas kamu bangun lagi, kamu bisa tetap bertahan untuk tidak jatuh lagi.
Kalaupun kamu jatuh lagi kamu sudah tahu rasanya, dan kamu juga sudah tahu
kalau kamu pasti akan bangun lagi.” Anaknya balas dengan bertanya polos“Kalau tidak bisa bangun lagi gimanan mah?”
Masih dengan senyuman ibunya menjawab “Berarti
kamu sudah menyerah. Kamu menyerah untuk terus jatuh dan bangun…”
Sahabatku… Jatuh dan bangun atau
bangun dan jatuh. Bagaimanapun itu, kita memang harus selalu siap dengan siklus
kehidupan. Kaya dan bangkrut atau bangkrut dan kaya. Sehat dan sakit atau sakit
dan sehat. Cinta dan benci atau benci dan cinta. Apapun siklusnya, yang membuat
kita tetap bertahan pada siklus bagian atas hanyalah kesadaran untuk tetap kuat
saat berada di siklus bagian bawah.
Seeorang yang kaya dan mampu
menyadari diri, kalau dia nanti harus bertahan pada masa miskin. Maka dia akan
tetap berbuat banyak aksi untuk mempertahankan kekayaannya agar tidak jatuh
miskin.
Seseorang yang diberi jasad sehat
dan menyadari diri kalau bisa saja jasadnya sakit. Maka dia akan tetap
melakukan banyak aksi untuk mempertahankan kesehatannya.
Seorang pasangan yang menyadari
diri bahwa cinta tidak selamanya sempurna. Maka dia akan melakukan banyak aksi
untuk mempertahankan cintanya.
Begitu juga sebaliknya dengan
mereka yang tidak menyadari diri untuk mempertahankan. Saat dia kaya dia
melupakan dirinya bila ditimpa miskin. Saat dia sehat dia melupakan dirinya
bila ditimpa sakit. Saat dia mencintai dia melupakan kalau cinta tidak akan
selamanya. Akhirnya mereka-mereka yang lupa ini, hanya terlena dalam nikmatNYA tanpa
melakukan banyak aksi untuk mempertahankan nikmat yang mereka rasakan.
Sahabatku… Tugas manusia adalah menghargai
setiap nikmatNYA, dan salah satu caranya adalah dengan mempertahankan nikmatNYA
melalui banyak aksi. Nikmat apa yang diberikan olehNYA kepada Anda saat ini?
Kalau itu adalah sehat, maka
pertahankan kesehatan itu. Kalau itu nikmat harmonisasi cinta, maka pertahankan
harmonisasi cinta itu. Kalau itu kedamaian, maka pertahankan kedamaian itu. Kalau
itu ilmu, maka sebarkanlah ilmu itu. Kalau itu kemakmuran, maka pertahankan
dengan memakmurkan.
Terus beraksi dan tidak menyerah
dalam mempertahankan nikmatNYA adalah tanda bahwa kita tidak mengingkari dan
mensia-siakan nikmatNYA. Coba bayangkan bila Anda memberikan sesuatu ke orang
lain, lalu orang lain yang Anda berikan itu sama sekali tidak menjaga pemberian
Anda. Apakah kira-kira itu pantas dia lakukan? Pastilah tidak bukan?
Kalau begitu bukankah sudah
menjadi keharusan kita sebagai hamba untuk terus mempertahankan anugerah-anugerah
nikmatNYA. Sebagai tanda bukti bahwa kita sama sekali tidak mengingkari
nikmatNYA dan kita menghargai serta berbahagia atas seluruh nikmat-nikmatNYA
dalam hidup ini.
Sahabatku… Dimulai dari mata yang
Anda pakai untuk membaca tulisan kecil ini. Jari yang Anda pakai untk menscroll
layar hp ini. Akal yang Anda pakai untuk mengerti pembahasan ini. Bukankah itu
adalah nikmat-nikmatNYA juga?
Baik, berarti sekarang Anda juga sudah
mengamini kalau memang nikmatNYA bukan sesuatu yang diluar Anda saja, tapi
seluruh bagian diri Anda adalah nikmatNYA juga. Sahabatku… Renungkanlah! Nikmat
mana lagi yang akan kita ingkari…?
Salam Semesta
Copyright © www.PesanSemesta.com