Tiap-tiap detik yang terlewati
sampai sekarang itulah waktu menurut kita. Angka 1 sampai 12 yang berputar maju
itulah waktu menurut kita. Pagi dan malam itulah waktu menurut kita. Terlepas
menurut ilmuan waktu adalah sesuatu yang bersifat relatif, bisa lebih cepat
atau lebih lambat. Tetap angkanya hanya 24 jam dalam satu hari. Tidak bertambah
sedetik pun, lagi-lagi inilah waktu menurut kita.
Jadi, apa itu waktu?
Bagaimana kalau jam tidak pernah
ditemukan apakah waktu akan tetap ada?
Bagaimana kalau malam datang
terlambat apakah waktu tetap hanya 24 jam?
Lalu siapa yang menentukan kalau
waktu kita hanya 24 jam dalam 1 hari. Bagaimana kalau kita mau berpendapat satu
hari dalah 36 jam, apakah kita salah, lalu mengapa?
Kalau jam yang menempel di
dinding itu kita hancurkan. Apakah masih bisa kita berkata waktu terus
berputar, apakah betul waktu masih terus berputar, padahal kita tidak pernah
melihat wujudnya?
Para ilmuan berkata bahwa 1 tahun
di planet pluto adalah 248 tahun di
planet bumi. Berarti angka jam di pluto bukan 24 jam per hari?
Sahabatku… Bagaimana kalau kita
berhenti mengartikan waktu secara primitif hanya sebagai sebuah angka yang
menempel pada benda saja. Bagaimana kalau kita mencari pengertian lain tentang
waktu. Untuk menjawabnya mari kita berpikir sejenak. Apa yang kita dapat dari
waktu?
KEHIDUPAN! Iya waktu adalah
kehidupan. Unsur kehidupan tidak dapat dipisahkan dari waktu dan ruang. Apapun
yang terjadi didalam kehidupan semuanya berlangsung dalam waktu dan ruang.
Ruang adalah tempat berlangsungnya proses kehidupan dan waktu adalah kapan
terjadinya proses kehidupan itu.
Dari sana, maka muncul lah beberapa
konsep tentang waktu :
*Konsep
Kesinambungan*
Bahwa waktu masa lalu sangat menentukan waktu masa
sekarang, kemudian masa sekarang sangat menentukan apa yang terjadi pada masa
yang akan datang. Bukti nyata kalau waktu itu berkesinambungan adalah sejarah
manusia itu sendiri. Hidup manusia berjalan dengan dinamis, bukan statis. Mulai
dari dia dikandungan, keluar dari rahim menjadi bayi, berubah menjadi balita,
lalu berubah menjadi anak kecil, berubah menjadi remaja, dewasa, lalu menjadi
orang tua.
*Konsep
Perubahan*
Bahwa segala
kehidupan yang terjadi senantiasa bergerak dan terus berkembang. Seorang bayi
yang berubah menjadi dewasa. Sepotong apel yang hijau, lalu memerah, lalu
dipetik lalu berubah menjadi busuk. Waktu membawa konsep perubahan kesegala
aspek kehidupan.
*Konsep
Keberlanjutan*
Segala
peristiwa di kehidupan ini memiliki rangkaian. Kehidupan yang sekarang adalah
lanjutan dari kehidupan yang kemarin. Begitu juga kehidupan masa depan adalah
lanjutan dari kehidupan saat ini. Oleh karena itu dapat disebut mata rantai
kehidupan manusia. Dimana sebuah peristiwa selalu berkaitan dengan peristiwa
lainnya, tidak terpisahkan.
Konsep-konsep diatas menyadarkan
kita pada satu hal penting; bahwa kebutuhan kita akan waktu adalah untuk hidup,
bukan alat ukur semata. Kenapa ini begitu penting?
Karena pada kenyataannya hidup
adalah detik ini juga. Hari esok adalah milikNYA dan hari kemarin sudah bukan
milik kita lagi.
Manusia hanya menyimpan memory
akan masa lalu. Tapi, sudah tidak memiliki waktunya. Bagaimana dengan masa
depan, bukankah kita bisa memprediksi dan merencanakan masa depan? Iya betul.
Memori di otak kita mampu menvisualisasi dan mampu membangun rencana masa
depan. Tapi waktunya belum lah milik kita. Ia hanyalah sepotong memori tanpa
waktu. Karena pada dasarnya manusia membutuhkan unsur waktu dan ruang untuk
mewujudkan rencana. Tanpa waktu dan ruang yang ada hanyalah kehampaan.
Jadi menjadi sebaik-baiknya
sekarang adalah pilihan yang terbaik. Karena sebaik-baiknya sekarang akan
menentukan sebaik-baiknya masa depan. Sebaik-baiknya masa depan juga ditentukan
dari sebaik-baiknya sekarang. Bukankah ini adalah konsep waktu?
Saat berbicara mengenai masa
depan. Maka, masa depan adalah hal gaib yang masih menjadi hak SANG PENGHIDUP.
Saat kita berbicara mengenai masa lampau. Maka, masa lampau adalah hak yang
sudah bukan milik kita lagi. Jadi, yang kita miliki adalah sekarang. Kata-kata
waktu sekarang pun masih tetap berbatas dan hanya SANG PENGHIDUP yang
mengetahui batasannya.
Kesadaran kita tentang waktu
sangat esensial. Ia mengingatkan kita dalam menyusun strategi hidup. Bukankah manusia
cenderung menunda-nunda kebaikan termasuk didalamnya menunda-nunda kebersamaan
denganNYA?
Sahabatku… Saat spritualitas menjawab
esensi waktu, maka dia akan menjawab bahwa waktu adalah goresan kehidupan.
Mensyukuri waktu adalah mensyukuri hidup. Waktu bisa membuat kita bersyukur,
waktu pun bisa membuat kita menyesal. Mensyukuri hidup adalah mensyukuri
kebersamaan denganNYA. Karena sebenarnya kebersamaan kita denganNYA adalah keabadian
yang tidak terbatas oleh ruang dan waktu. Kita hanya belum menyadarinya saja.
Salam Semesta
Copyright © www.PesanSemesta.com
IG : @pesansemesta.ig - FB: pesansemesta.7