Sahabatku… Tulisan ini bukan
bermaksud menyudutkan, tapi kami hendak membahas satu kalimat empat kata, yang
berkata “Kita harus membela Tuhan”. Disini kita hendak mencari titik terang,
melalui akal yang DIA anugerahkan sebagai pembeda dari makhluk lainnya.
Sehingga kita bisa mengambil jawaban yang BIJAKSANA dan PANTAS sebagai makhluk
yang mengaku ber-akal dan ber-Tuhan.
Apabila ada yang bertanya : Apakah Tuhan Butuh Pembelaan?
Maka… Melalui akal apabila kita
mau mengintrospeksi diri kita. Melalui akal apabila kita mau memikirkan dan melihat
kembali posisi kita. Melalui akal apabila kita mau bercermin kepada diri kita.
Maka sungguh kita tidak akan mampu berkata bahwa Tuhan butuh pembelaan kita.
Karena melalui akal kita
mengakui, tanpa Tuhan kita bukanlah apa-apa, tanpa SANG PENGHIDUP kita tidaklah
mampu menghidupi diri sendiri, tanpa SANG PEMBUAT kita juga tidaklah mampu
mengatur urusan-urusan hidup kita sendiri. Jadi melalui akal kita mengakui,
kalau Tuhan adalah sumber segalanya bagi kita dan diri mereka. Akhirnya melalui
akal pula kita bisa mengukur dan membandingkan, seberapa besar diriNYA dan diri
kita serta diri mereka yang dihidupkan.
Kesimpulannya : Melalui akal diri
kita berkata “SANG PENCIPTA PENGHIDUP ALAM SEMESTA RAYA TIDAK BUTUH PEMBELAAN
APAPUN. KARENA SANG PENCIPTA BERDIRI DIATAS SELURUH KEHIDUPAN YANG DIA
CIPTAKAN”
Apabila kesimpulan diatas masih
kurang, maka terakhir izinkanlah akal kita untuk merenungkan kembali tentang
sejarah yang sudah berlalu. Kalau-lah akal kita mengakui bahwa yang menghidupi
seluruh tentara perang salib adalah satu PENGHIDUP yang sama dengan yang
menghidupi seluruh tentara muslimin. Lalu siapakah sebenarnya yang kita bela
sahabatku…?
Bukankah lebih bijak apabila kita
mengakui saja, bahwa pembelaan yang kita lakukan adalah pembelaan atas nama
kelompok dan atas nama kepentingan kelompok. Dari pada kita terus membawa-bawa
namaNYA sebagai sebuah pembelaan yang tidak ber-alasan untuk aksi-aksi dan
teriakan-teriakan keras kita.
Lagi pula bagaimana akal kita
mampu mengingkari, bahwa SANG PENCIPTA sendirilah yang masih menghidupi mereka-mereka
yang berbeda itu? Kalau-lah memang perbedaan itu dihidupi olehNYA, yang kita
sebut sebagai Tuhan yang satu, dan hanya ada satu Tuhan yang benar. Lalu dengan
alasan apa aksi-aksi pembelaan itu kita lakukan?
Apakah mungkin kita menyebutnya atas
alasan humanity (kemanusiaan). Karena
apabila pembelaan kita betul-betul atas nama humanity, maka kita akan selalu
berpihak untuk memanusiakan manusia. Tanpa kekerasan ataupun amarah kebencian,
melainkan hanya kedamaian. Bukan begitu?
Apakah mungkin kita menyebutnya atas nama jihad (berjuang dengan sungguh-sungguh). Karena apabila kita sudah benar-benar berjihad, maka jihad pertama kita adalah jihad untuk diri kita terlebih dahulu. Seseorang yang sudah berjihad dengan dirinya, tidak akan mungkin memasukkan amarah yang dipenuhi kekerasan dan ketidak sadaran diri didalam aksi jihadnya itu sendiri. Karena manusia yang sudah berjihad dengan dirinya, adalah manusia yang sudah mampu menetralkan dirinya sebagaimana yang dicontohkan Semesta.
Lihatlah Semesta, bukankah Semesta masih memberikan oksigen yang sama kepada seluruh makhluk hidup tanpa pandangan penilaian. Bayangkan sejenak kalau Semesta melihat kita dengan pandangan penilaian. Mungkinkah kita masih disini? Jadi kalau manusia sudah berjihad dengan dirinya, lalu dia berjihad keluar dirinya. Maka aksi jihadnya adalah aksi kenetralan untuk kemakmuran umat manusia. Bukan aksi-aksi menyakiti, membunuh apalagi memusnahkan umat manusia.
Apakah SANG MAHA PENYANYANG akan menyimpan kepentingan untuk menyakiti, membunuh atau memusnahkan manusia? Kalau seluruh diri yang kita bawa adalah ciptaanNYA dan kita hidup atas izin kehidupanNYA. Lalu apakah DIA masih butuh pembelaan kita? Lalu siapa yang kita bela? Perlu kita renungkan dari sini bahwa DIA tidak pernah berkelompok, karena DIA ada di setiap ciptaanNYA. Memang butuh kenetralan untuk merenungkan ini. Dan kenetralan inilah jihad pertama kita sahabatku... Di kelompok mana pun Anda berada.
Apakah mungkin kita menyebutnya atas nama jihad (berjuang dengan sungguh-sungguh). Karena apabila kita sudah benar-benar berjihad, maka jihad pertama kita adalah jihad untuk diri kita terlebih dahulu. Seseorang yang sudah berjihad dengan dirinya, tidak akan mungkin memasukkan amarah yang dipenuhi kekerasan dan ketidak sadaran diri didalam aksi jihadnya itu sendiri. Karena manusia yang sudah berjihad dengan dirinya, adalah manusia yang sudah mampu menetralkan dirinya sebagaimana yang dicontohkan Semesta.
Lihatlah Semesta, bukankah Semesta masih memberikan oksigen yang sama kepada seluruh makhluk hidup tanpa pandangan penilaian. Bayangkan sejenak kalau Semesta melihat kita dengan pandangan penilaian. Mungkinkah kita masih disini? Jadi kalau manusia sudah berjihad dengan dirinya, lalu dia berjihad keluar dirinya. Maka aksi jihadnya adalah aksi kenetralan untuk kemakmuran umat manusia. Bukan aksi-aksi menyakiti, membunuh apalagi memusnahkan umat manusia.
Apakah SANG MAHA PENYANYANG akan menyimpan kepentingan untuk menyakiti, membunuh atau memusnahkan manusia? Kalau seluruh diri yang kita bawa adalah ciptaanNYA dan kita hidup atas izin kehidupanNYA. Lalu apakah DIA masih butuh pembelaan kita? Lalu siapa yang kita bela? Perlu kita renungkan dari sini bahwa DIA tidak pernah berkelompok, karena DIA ada di setiap ciptaanNYA. Memang butuh kenetralan untuk merenungkan ini. Dan kenetralan inilah jihad pertama kita sahabatku... Di kelompok mana pun Anda berada.
Akhir kalimat sahabatku… Kita dibuatkan akal, agar kita tidak meng-ingkari akal kita sendiri. Jadi, apakah Tuhan butuh pembelaan? Biarkan akal kita menjawabnya sendiri.
Salam Semesta
Copyright © www.PesanSemesta.com
IG : @pesansemesta.ig - FB: pesansemesta.7