Sahabatku… Kenapa puasa disebut
sebagai ibadah untukKU, sementara ibadah-ibadah yang lain tidak? Adalah karena
memang penilai utama seseorang telah berpuasa itu adalah DIA, SANG PEMBUAT itu
sendiri. Manusia bisa melihat dan menilai ibadah-ibadah yang lain, sementara
puasa adalah ibadah yang tersembunyi. Tapi sebenarnya kita juga bisa ikut
menilai apakah diri kita telah berpuasa atau diri kita hanya menahan haus lapar
saja. Dengan membandingkan ciri-ciri dibawah ini, diharapkan kita mampu ikut berintrospeksi
kedalam diri. Tujuan akhirnya dari introspeksi ini adalah, agar kita mampu
berpuasa bukan mampu menahan haus lapar saja.
1# Menghargai orang yang tidak berpuasa
Hidup ini
memang sudah terbalik, sekarang dimana-mana orang selalu berupaya semaksimal
mungkin untuk menghargai mereka yang berpuasa. Warung makan ditutup dengan tirai-tiai.
Mereka yang haus, minum sambil sembunyi-sembunyi. Mereka yang lapar terpaksa
menunda makan. Kenapa ini harus mereka lakukan? Jujur, sebenarnya ini adalah
bentuk toleransi yang tidak perlu dilakukan oleh mereka yang tidak berpuasa
kepada mereka yang berpuasa.
Sahabatku… Mereka
yang benar-benar berpuasa akan mempersilahkanlah mereka yang tidak berpuasa
untuk tetap melakukan aktifitas-aktifitas mereka. KENAPA?
Karena orang
yang benar-benar berpuasa sudah memiliki kekuatan jiwa. Ciri manusia yang
berpuasa, adalah manusia yang sudah memiliki kekuatan untuk tidak tergoda, jadi
egonya sudah tidak terganggu lagi kalau hanya melihat orang lalu lalang keluar
masuk restoran. Egonya tidak terganggu lagi kalau melihat teman kantornya
membuat kopi pada jam 4 sore. Egonya tidak terganggu lagi saat melewati
pedagang sate yang buka pada jam 5 sore.
Mereka yang
berpuasa memiliki kekuatan jiwa yang besar untuk menghargai mereka yang tidak
berpuasa. Karena itu mereka yang benar-benar berpuasa tidak pernah berteriak
dan berkata “Tolong! Hargai yang berpuasa”. Karena manusia yang berpuasa adalah
manusia yang sudah bisa mengendalikan nafsunya. Ego adalah bagian dari nafsu.
Sebagai
renungan kedalam diri sahabatku… Kalaulah kita menyebut diri sebagai orang yang
berpuasa, lalu kenapa kita masih terganggu saat ego-ego kita di ganggu? Apakah
betul kita berpuasa atau kita hanya menahan mulut kita dari makan dan minum
saja?
2# Tidak Menilai
Sahabatku…
Manusia yang berpusa adalah manusia yang jauh dari penilaian. Mereka memiliki
hati yang netral dan pikiran yang positif. Sehingga sikap mereka adalah sikap
memaklumi. Memaklumi sikap perbuatan orang lain. Memaklumi masalah yang datang.
Memaklumi situasi kondisi yang sedang dihadapi.
Ciri manusia
yang berpuasa adalah mereka tidak menilai apapun kecuali itu sebagai sebuah
pembelajaran. Karena mereka penuh dengan kenetralan dan kepositifan, mereka
akhirnya mampu menerima dan menjalani pembelajaran-pembelajaran itu untuk peningkatkan
diri. Jadi sebenarnya pemakluman mereka yang berpuasa adalah hasil dari diri
yang sudah meningkat.
Sebagai
renungan lagi sahabatku… Kalaulah kita menyebut diri sebagai orang yang
berpuasa, lalu kita percaya bahwa puasa adalah sebuah proses panjang
pembelajaran. Lalu kenapa kita masih menilai-nilai mereka yang tidak berpuasa, menilai-nilai
kelompok lain, menilai-nilai sikap orang lain yang tidak sesuai dengan diri? Padahal
apabila kita tidak menilai dan mulai menerima dengan kenetralan dan sikap yang
positif, maka kita akan mampu memetik sebuah pembelajaran yang berharga, yang mampu
menjadikan diri kita menjadi manusia yang penuh pemakluman.
3# Mampu Menggunakan Akal
Sahabatku… Puasa
itu artinya mengendalikan diri dari godaan-godaan nafsu. Sementara nafsu selalu
mengajak kepada sesuatu yang buruk. Jujur saja buruk dan baik itu adalah pembahasan
yang relatif. Untuk mengetahui apakah hal itu baik atau buruk, kita bisa
melihat dari sisi kebermanfaatannya untuk sesama. Coba perhatikan sebelum
bertindak, apakah tindakan kita bermanfaat untuk diri sendiri, untuk dia atau
untuk mereka, kalau memang tidak bermanfaat, maka kendalikanlah diri kita untuk
tidak melakukannya.
Jadi ciri manusia
yang berpuasa adalah mereka yang sudah bisa menggunakan akalnya untuk melihat
kebermanfaat dari setiap tindakannya, baik itu untuk dirinya sendiri dan untuk sesama.
Jadi mereka yang berpuasa tidak akan melakukan hal-hal yang merugikan dirinya
dan sesama.
Ambil contoh
kecil saja, mereka yang berpuasa mampu menggunakan akalnya saat berbicara,
akhirnya mereka hanya berbicara yang dianggap bermanfaat dan perlu dibicarakan.
Mereka yang berpuasa menggunakan akalnya saat bertindak, akhirnya mereka
memilih untuk melakukan hanya aksi-aksi yang bermanfaat untuk dilakukan. Mereka
yang berpuasa mampu menggunakan akalnya untuk dirinya sendiri, akhirnya mereka
tidak melakukan hal-hal yang tidak bermafaat bagi dirinya sendiri, baik itu
dari apa yang dimakan, diminum, dipikirkan, dirasakan dan diperbuat.
Sahabatku… Tidak
ada kesia-siaan bagi mereka yang selalu menggunakan akalnya. Karenanya alangkah
baiknya, kalau kita mampu untuk selalu menjadi berakal sebelum berbuat.
4# Tidak Menahan Tapi Mengendalikan
Sahabatku… Berpuasa
artinya mengendalikan jasad dan jiwa dari sesuatu yang menurunkan lavel kebaikannya.
Bukan menahan! Karena menahan jauh berbeda dari mengendalikan. Nafsu yang
didalamnya ada ego, adalah salah satu komponen penggerak hidup kita.
Manusia yang
menahan hawa nafsu, ibarat menjadi bendungan, dan nafsu adalah airnya. Karena
dibangun pada aliran air, maka bangunan bendungan harus dipastikan kuat dan
bertahan dengan berbagai kondisi. Tapi bukan berarti bendungan tidak bisa
jebol. Beberapa faktor eksternal yang melebihi kemampuan bendungan juga dapat membuat
bendungan jebol.
Begitu juga
manusia yang berupaya menahan seluruh nafsu-nafsunya. Pertama yang harus dia
siapkan adalah tameng terkuat untuk menahan godaan nafsu egonya sendiri, yang
pada akhirnya tidak ada artinya pula tamengnya itu. Apabila tamengnya tidak
lebih kuat dari godaannya.
Berbeda dengan
manusia yang mampu mengendalikan nafsunya. Mengendalikan nafsu adalah
mengarahkan nafsu menuju pilihan terbaiknya. Saat nafsunya berkata iya untuk
yang buruk, dia berkata tidak. Saat nafsunya berkata tidak mungkin untuk yang
baik, dia berkata iya bisa. Saat nafsu mengajaknya terlena dengan yang buruk,
dia mengajak untuk beranjak. Apapun hal buruk yang dikehendaki nafsu dia
alihkan menuju kebaikan.
Jadi, ciri
terakhir manusia yang berpuasa adalah dia mampu mengendalikan nafsu dirinya
tanpa merasa tertekan dan terpaksa. Tapi, berdasarkan kesadaran penuh. Inilah
kemenangannya atas diri sendirinya. Saat kemenangan ini datang, maka kita mulai
bisa berpikir secara mendalam tentang seluruh hal yang kita pilih dalam hidup
ini. Inilah point yang terpenting dari berpuasa, yaitu kemampuan diri mengendalikan
nafsunya sendiri, bukan sebaliknya.
Sahabatku… Semoga ke empat
ciri-ciri diatas mampu melekat kedalam diri kita. Tentunya saat ini kita sedang
berproses. Proses ini tidak akan berhenti sampai hasil akhir muncul. Jadi berpuasa
memang dilakukan selamanya, bukan selama satu bulan saja. Karena berpuasa berbeda
dari sekedar menahan lapar haus saja. Ada banyak hal penting yang harus kita
perjuangkan, sehingga kita pantas berkata kalau diri ini adalah manusia yang
berpuasa, bukan manusia yang sekedar tidak makan dan tidak minum.
Salam Semesta
Copyright © www.PesanSemesta.com
IG : @pesansemesta.ig - FB: pesansemesta.7