Sahabatku.. Sebelum kita membahas
tentang seberapa dalam rasa cinta kepadaNYA, kita terlebih dahulu harus bisa
membedakan antara rasa kebutuhan kepadaNYA dengan cinta kepadaNYA.
Karena antara kebutuhan dan cinta
kepadaNYA adalah dua hal yang berbeda. Cinta adalah ketulusan bukan kebutuhan.
Apabila Anda masih merasa membutuhkanNYA berarti Anda belum mencintaiNYA.
Kami mengerti maksud Anda,
bagaimana mungkin kita tidak membutuhkanNYA bukan??? MUSTAHIL! Tapi diantara
kemustahilan ini, izinkan kami menjelaskannya lebih mendalam, agar tampak
nyata, memang kita bisa mencintaiNYA tanpa kebutuhan. Mohon tullisan dibawah
ini direnungkan saja dahulu.
Sahabatku… Anggaplah mencintaiNYA
adalah menjadi kekasihNYA. Anda adalah kekasihNYA dan DIA adalah Kekasih Anda.
Lalu apakah seorang kekasih akan memanfaatkan kekasihnya hanya untuk memenuhi
kebutuhannya? Jawabannya TIDAK. Dan apakah seorang kekasih akan membiarkan
kekasihnya dalam kebutuhan? Jawabannya juga TIDAK.
Sahabatku… Inilah arti dari
mencintaiNYA tanpa membutuhkanNYA. Karena sebagai kekasih Anda percaya Kekasih
Anda akan memenuhi segala kebutuhan Anda. Dan Anda tidak mau menggunakan Kekasih
Anda hanya sebatas pemenuh kebutuhan belaka, karena Anda mencintaiNYA. Dengan ketulusan
Anda mencintaiNYA.
Sahabatku.. Ketulusan Anda
kepadaNYA adalah awal dari rasa cinta itu. Jadi kalau Anda mau mengukur
seberapa dalam rasa cinta Anda kepadaNYA, maka ukurlah terlebih dahulu
ketulusan Anda kepadaNYA. Dan kalau Anda mau mengukur ketulusan Anda kepadaNYA,
maka ukurlah terlebih dahulu kepercayaan Anda kepadaNYA. Terakhir, kalau Anda
mau mengukur kepercayaan Anda kepadaNYA, maka lihatlah isi kepala dan hati Anda
saat ini juga, dia akan memberi jawaban tepatnya seperti apa.
Mempercayai memiliki makna yang
begitu mendalam. Kita tidak pernah sampai diposisi mempercayai, sampai kita
menutup mata rapat-rapat dan membiarkan yang kita percayai menuntun kita secara
penuh. Anda menutup mata lalu melangkah dan mempersilahkan DIA menuntun Anda.
Itu Anda lakukan karena Anda menyakini setiap langkah Anda, akan tetap aman
meski Anda tidak melihat apapun yang akan Anda hadapi didepan. Karena saking
besar dan penuhnya rasa percaya Anda kepadaNYA. Begitulah mempercayai yang
sebenarnya.
Itulah kenapa DIA menjanjikan
bahwa tidak akan ada kesedihan ataupun ketakutan bagi mereka yang mempercayai
(beriman).
Sampai disini pastinya rasa cinta
kepadaNYA adalah perjalanan indah. Butuh waktu pendekatan yang berbeda-beda
ditiap masing-masing kita. Sama sekali tidak seperti cinta langsung pada pandangan
pertama, meski seharusnya seperti itu.
Singkat cerita anggap perjalanan
cinta Anda sudah sampai ditahap ketulusan. Lalu bagaimana ketulusan itu bisa
berubah menjadi rasa cinta?
Ambil contoh seperti ini
sahabatku… Manusia tulus dengan hidupnya sendiri. Kita tulus menerimanya, kita
tulus menjalaninya, kita tulus berperan didalamnya. Manusia tulus dengan
kepintarannya. Pengetahuan adalah ketulusan berbagi informasi, bukan memperjual
belikan pengetahuan itu. Manusia tulus
dengan uangnya, uang hanyalah alat tukar, kita tulus menukar uang untuk kemakmuran
bersama. Intinya sahabatku… Manusia menjadi tulus dengan Semesta.
Tapi kita belum bisa tulus kalau
tidak menyatu dengan Semesta. Jadi memang mencintaiNYA adalah proses panjang
penyadaran diri tentang jati dirinya yang sebenarnya, bahwa dia dan Semesta
adalah satu. Tidak perlu doktrin dan dogma. Namun hanya kesadaran kedalam diri.
Dogma dan doktrin yang dijalankan tanpa penyadaran apa-apa hanya akan menjadi
tembok tebal pemisah ketulusan itu sendiri. Seakan membiarkan kita terpisah
dari sumber ketulusan dan akhirnya semakin jauh untuk mencintaiNYA.
Sahabatku… Kami yakin Anda memang
ingin mencintaiNYA sekarang, nanti dan selamanya. Bukankah terlalu indah kalau Anda
bisa menjadi kekasihNYA dan DIA menjadi kekasih Anda.
Sahabatku.. Ini hanyalah tulisan
dua lembar yang seperti merangkum seluruh perjalanan kehidupan. Membuat kita
bertanya ulang, masih perlukah surga? Tidak sahabatku… Cinta ini sudah lebih
jauh sangat indah dibanding bayangan surga itu sendiri.
Jadi bagaimana caranya
mencintaiNYA? Jadilah tulus, hadirkan
ketulusan di tiap-tiap layer hidup kita dan dari sanalah kita akan belajar
mencintaiNYA tanpa kebutuhan.
Akhir kata sahabatku… Mana yang
lebih indah, saat kita dipanggil makhluk atau kita panggil kekasih? Semua
manusia bisa menjadi kekasihNYA. DIA tidak memandang umur, agama, ras, gelar
atau penilaian manusia siapapun. Karena DIA memang mencintai dengan ketulusan
dan DIA mencari kekasih yang tulus mencintaiNYA. Bukankah ini indah?
Salam Semesta
Copyright © www.PesanSemesta.com
IG : @pesansemesta.ig - FB: pesansemesta.7