Sahabatku… Selalu ada kesempatan
dalam hidup ini. Kesempatan untuk memilih kebaikan. Sayangnya kita tidak begitu
mengerti jelas, tentang kebaikan kecuali itu adalah hal yang menurut kita
menguntungkan.
Bagi manusia baik adalah
menguntungkan. Tidak menguntungkan adalah tidak baik. Kalau kita mau memutar
akal kita untuk menemukan pengertian baik, maka menjadi rancu sendiri
definisinya. Bagi yang kalah itu tidak baik, bagi yang menang itu baik. Bagi yang
kenyang itu baik, bagi yang lapar itu tidak baik. Jadi benar mungkin selama
kita tidak diuntungkan, selama itu juga kita tidak diberi kebaikan.
Sahabatku… Paragraf diatas adalah
saat ego manusia ditanya tentang apa itu baik baginya. Bukan bagiNYA. Saat kita
berdoa “Ya Tuhan berikanlah kami yang
terbaik menurutMU” Lalu doa kita dijawab dengan sesuatu yang menurut
definisi kita tidak baik bagi kita. Apakah disaat itu kita akan kecewa? Sebuah tantangan
bukan meminta Tuhan mendefinisikan kebaikan menurutNYA, tetapi sambil terus
membawa definisi kebaikan peribadi?
Sahabatku… Apabila kita memang
sudah mampu berdoa dengan kalimat “yang
terbaik menurutMU” berarti kita sudah bisa menanggalkan satu ego yang
senantiasa merongrong, yaitu ego kebaikan. Bahkan kebaikan pun memiliki egonya
sendiri.
Ego kebaikan adalah keinginan
menerima keuntungan yang menguntungkan dari kebaikan itu sendiri.
Sahabatku… Mungkin mulai sekarang
kita bisa berhati-hati dengan yang namanya kata ‘baik’ selain kebaikanNYA. Karena
definisi kebaikan Tuhan adalah tanpa ego kebaikan itu sendiri, itu kenapa meski
kita selalu percaya bahwa DIA itu MAHA BAIK, tetap saja kita merongrong
kebaikan.
Pertanyaannya : Kalau memang DIA
MAHA BAIK dan kita percaya kebaikanNYA meliputi alam ini, lalu kenapa… Kenapa
kita merasa doa kebaikan kita tidak terkabul? Kenapa kita merasa doa kebaikan kita
gugur seperti daun kering yang sengaja dilepas dari dahannya.
Renungkanlah sahabatku…
Renungkanlah
Copyright © www.PesanSemesta.com
IG : @pesansemesta.ig - FB: pesansemesta.7