Lalu apa yang mampu menyatukan
kita? Apa yang mampu menyatukan ketidak terhubungan ini…
“Ketidak terhubungan” adalah rasa
ketidak koneksian sebagaimana yang sekarang kita rasakan. Meski sebenarnya didalam
kehidupan ini tidak pernah ada sesuatu yang disebut “ketidak terhubungan”
karena semuanya terhubung dan menyatu dalam wujud asli yang sebenarnya. Sayangnya
cara kita melihat masih terlalu dangkal untuk melihat wujud asli yang
sebenarnya. Akhirnya wujud itu tidak terasa dan akhirnya kita menyebut kata “ketidak
terhubungan” untuk segala sesuatu yang terhubung dan menyatu.
Sahabatku… Manusia terhubung satu
sama lain antar seluruh manusia. Manusia terhubung dengan seluruh isi alam
semesta. Manusia terhubung dengan SANG PEMBUAT alam semesta. Dan manusia
terhubung dengan SANG PENGHIDUP adalah keniscayaan. Kita tidak sedang
membicarakan ilmu filsafat atau ilmu agama. Kita sedang membicarakan ilmu
pengetahuan. Sesuatu yang sudah terbuktikan, sesuatu yang sudah terlihat. Jadi yang
kita bicarakana adalah jawaban akal berdasarkan fakta, bahwa tidak ada “ketidak
terhubungan” didalam kehidupan ini. Semua adalah kesatuan.
Sahabatku… “Kesatuan” apakah
kesatuan itu “satu”, jawabannya tidak bukan. Kesatuan itu adalah sifat tunggal.
Tunggal bukanlah satu, tapi satu-satu yang berkumpul. Manusia, kehidupan dan
sumber kehidupan adalah kesatuan itu sendiri.
Lalu bagaimana ilmu pengetahuan menjawabnya ?
Sahabatku… Kembali lagi kepada
cermin. Saat bercermin apa yang kita lihat secara kasat mata biasa hanyalah
hasil akhir dari begitu banyak energi yang duduk didalam satu atom. Mari kita
merunut mundur diri kita sendiri : Sebagai organisme, didalam tubuh manusia
terdapat organ sistem. Organ sistem terdiri dari banyak jaringan. Jaringan
tersusun dari ribuan juta sel-sel. Sel-sel itu tersusun dari molekul. Molekul
terbentuk dari atom dan atom terbentuk dari energi. Jadi wujud inti manusia
adalah energi.
Energi-energi itu dengan
cerdasnya terus menerus bervibrasi untuk membentuk sesuatu yang kita lihat
sebagai materi. Seluruh diri kita terlihat dicermin, cermin itu sendiri, dan
bahkan segala yang berada di ruangan itu sendiri. Jadi sebenarnya manusia
adalah energi yang berada didalam energi. Kita tercipta dari materi energi.
Semesta dan segala isinya juga tercipta dari materi energi.
Sahabatku… Kita memang tidak
memiliki alasan untuk tidak berkata, bahwa manusia memanglah satu kesatuan
dengan semesta, atau kita juga bisa mengatakan bahwa manusia adalah semesta itu
sendiri. Sekali lagi ini bukan ilmu filsafat atau ilmu agama. Tapi ini ilmu
pengetahuan yang terbukti ilmiah, bisa dilihat dan diberpikirkan oleh akal yang
mau berpikir.
Semua materi yang diteliti dan
dilihat mundur hanya tersusun dari molekul. Molekul terbentuk dari atom. Jika
kita mengamati lebih dalam komposisi atom dengan mikroskop yang lebih canggih
lagi, kita akan melihat pusaran kecil seperti tornado, dengan sejumlah pusaran
energi yang sangat kecil yang saling bervibrasi (bergetar) tanpa henti. Para
peneliti menyebuatnya dengan istilah quark.
Jadi energy bervibrasi inilah yang menggerakan atom.
Sampai disini para peneliti tidak
bisa menjelaskan apa dan bagaimana energy-energi itu bisa terus bervibrasi
untuk menggerakan atom. Atau dengan pertanyaan lain bagaimana energy yang tidak
kasat mata itu hidup memenuhi kehidupan itu sendiri? Salahkah kalau disebut
energy bervibrasi inilah penghidup semesta raya. Karena kalau energy-energy itu
berhenti bervibrasi, maka dalam sekejap apa yang kita sebut materi baik yang
terlihat atau tidak terlihat akan lenyap. Lenyap tanpa bekas apapun yang mampu
kita lihat lagi. Baik oleh mata telanjang ataupun dibawah mikroskop.
Sahabatku… Bukankah ini membuat
kita membayangkan betapa kita sekarang tersudut dengan yang namanya koneksi. Kita
merasakan ketidak terhubungan dengan diri kita sendiri, ketidak terhubungan
dengan semesta, ketidak terhubungan dengan PEMBUAT dan PENCIPTA PENGHIDUP
kehidupan kita sendiri. Ketidak terhubungan yang terasa karena memang tidak
adanya koneksi.
Pertanyaan selanjutnya sangat
simpel : Kenapa kita tidak memiliki
koneksi padahal koneksi itu ada? Seperti ruangan yang full sinyal wifi tapi
perangkat android kita tidak mampu menangkap sinyal wifi yang berlimpah itu. Berarti
ada yang salah bukan dengan android kita?
Apakah kesalahan itu akan
dibiarkan terus tanpa perbaikan? Apakah ketidak terhubungan yang terjadi hanya
karena tidak memiliki koneksi akan dibiarkan begitu saja? Jawabannya kami serahkan
kepada diri Anda sahabatku…
Memang pembahasan kita kali ini
masih sangat-sangat minim dan perlu dilanjutkan ke tingkat yang lebih mendalam.
Kami akan terus membahasnya, agar pelan tapi pasti ketidak terhubungan itu
menjadi tidak ada. Koneksi itu muncul, dan kesatuan itu terasa.
Salam semesta
Copyright © www.PesanSemesta.com