Puasa bukan hanya ibadah yang
dijalani oleh umat muslim saja. Tapi banyak umat lain yang melakukan puasa
juga. Mari kita sebut mereka adalah umat Katolik, Hindu, Buddha, Ortodoks, Protestan
Evangelikal, Bahai, Yudhaisme, Mormonisme, Paganisme. Mereka-mereka juga
melakukan puasa dengan tata cara mereka masing-masing. Jadi kita tidak akan membahas
puasa dari sisi ritualnya belaka.
Sahabatku… Sebenarnya puasa
dengan menahan lapar dan haus pada priode waktu tertentu hanyalah latihan awal
sebelum menuju latihan lanjutan. Sebelum kita mulai membahas tentang apa itu latihan
lanjutan, kita akan lebih dahulu membahas tentang kenapa puasa menjadi permulaan
latihan?
Jadi begini sahabatku… Secara
fisik kita tidak akan tersakiti karena berpuasa, kecuali kalau kita mengalami
dehidrasi akut. Karena secara system, jasad kita sudah mengatur dirinya
sedemikian rupa agar tidak tersakiti selama berpuasa.
Ambil contoh saat jasad Anda
butuh energi. Setelah melewati waktu 8 jam berpuasa hati akan menggunakan
cadangan glukosa terakhirnya. Apabila ini terjadi, jasad memasuki kondisi gluconeogenesis
menandai bahwa jasad mentrasisi dirinya ke mode puasa. Pada mode puasa ini, penelitian
telah menunjukkan bahwa gluconeogenesis meningkatkan jumlah kalori yang dibakar
jasad. Tanpa karbohidrat yang masuk akhirnya jasad menciptakan glukosa sendiri
menggunakan lemak. Ini proses yang aman bagi jasad. Hanya saja proses ini membuat
kita merasakan lapar yang akut.
Rasa lapar akut yang kita rasakan
akhirnya menekan ego kita untuk terus menerus memikirkan dan membutuhkan makanan
selama berpuasa. Karena ego memiliki naluri kewaspadaan. Boleh dibilang ego
manusia adalah sebuah Alert System yang akan otomatis berbunyi apabila ada hal yang
tidak nyaman terjadi. Jadi ego Andalah yang berkata… ohh kamu lemes karena
puasa, kamu ga akan kuat, kamu harus makan dan lain sebagainya. Sementara sebenarnya
dari dalam jasad manusia sendiri masih tetap baik-baik saja.
Disinilah letak alasan kenapa
puasa adalah permulaan latihan. Jawabannya adalah dimana kita belajar
mengontrol ego kita dan dimana kita mengajarkan ego kita untuk menjadi lebih rasional
disaat yang tidak rasional baginya. Bagi ego tidak rasional apabila kita tidak
makan saat lapar, dan tidak minum saat haus. Tapi bagi jasad itu masih hal yang
rasional. Karena jasad masih mampu bertahan.
Jadi puasa adalah moment kita
untuk mengenal, mempelajari dan mengajari ego kita sendiri. Setelah kita
mengenal, mempelajari dan mengajari ego kita. Akhirnya kita mampu mengendalikan
ego kita. Dan disaat itulah kita bisa menjadi satu dengan diri kita sendiri.
Ini lah alasan kenapa kita berpuasa. Jawabannya adalah untuk melatih diri. Dimulai dari latihan yang kecil, yaitu diri sendiri. Sampai nanti menuju latihan lanjutan, yaitu semua yang diluar diri. Lalu bagaimana itu latihan lanjutan yang diluar diri?
Ini lah alasan kenapa kita berpuasa. Jawabannya adalah untuk melatih diri. Dimulai dari latihan yang kecil, yaitu diri sendiri. Sampai nanti menuju latihan lanjutan, yaitu semua yang diluar diri. Lalu bagaimana itu latihan lanjutan yang diluar diri?
Sahabatku… Ambil contoh lagi, bagi
ego tidak rasional apabila kita tidak marah atau tidak menegur saat ada seorang
pengendara motor menyerempet spion mobil kita. Ego kita akan mengajak kita untuk
membuka kaca mobil dan minimal untuk berkata ‘woi… ati-ati klo di jalan!” Hal
yang wajar bukan sahabatku…? Sangat wajar.
Tapi hal wajar ini tidak akan
terjadi pada latihan lanjutan. Karena pada latihan lanjutan. Diri Anda akan
berkata kepada ego “Hai ego, wajar lah
kalau dia menyerempet spion kamu, jalanan macet, kalau dia telat gaji dia akan
dipotong. Tapi mobil kamu tidak apa-apa kok, rasanya memang seperti ini”
Sama seperti saat ego Anda berkata lapar dan haus sewaktu berpuasa,
Anda pun mengajari ego dengan berkata “Hai
ego, wajar lah kalau kamu merasa lapar. Tapi kamu tidak apa-apa kok, jasad
sudah mengatur segalanya agar berjalan normal, rasanya memang seperti ini.”
Inilah kuncinya sahabatku… Sebuah
‘pemakluman’ yang tidak dipaksakan, tapi keluar langsung dari jiwa yang bersih.
Yaitu jiwa yang sudah mampu mengendalikan egonya. Dia mampu mengendalikan
egonya, karena dia sudah mengajarkan egonya untuk menjadi maklum dengan dirinya
sendiri, dimana ego sudah menjadi lebih rasional disaat yang tidak rasional
baginya.
Sahabatku… Apabila Anda mampu
berpuasa yang seperti ini. Hasilnya akan sangatlah ajaib sahabatku… Benar-benar
ajaib. Lalu apa itu keajaiban Anda setelah berpuasa yang seperti ini?
Keajaiban Anda setelah berpuasa yang seperti ini adalah jiwa baru yang lebih bersih dari sebelumnya. Dan inilah alasan kenapa berpuluh-puluh juta generasi kita diajarkan untuk berpuasa. Yaitu agar kita memiliki jiwa yang bersih. Yaitu jiwa yang sudah mampu mengendalikan egonya.
Keajaiban Anda setelah berpuasa yang seperti ini adalah jiwa baru yang lebih bersih dari sebelumnya. Dan inilah alasan kenapa berpuluh-puluh juta generasi kita diajarkan untuk berpuasa. Yaitu agar kita memiliki jiwa yang bersih. Yaitu jiwa yang sudah mampu mengendalikan egonya.
Sahabatku… Berpuasa yang seperti
ini adalah berpuasa yang tidak hanya menahan lapar dan haus, melainkan berpuasa
ego. Dimana kita menjadikan moment puasa untuk mengenal, mempelajari dan
mengajari ego kita sendiri. Agar setelah moment ini selesai kita mampu menjadi
satu dengan diri kita, setelahnya baru menjadi satu dengan DIA yang dirindukan.
Sahabatku… Setelah berpuasa ini hadiahkan
diri Anda keajaiban. Bukan hanya semangkuk kolak dipenghujung hari dan baju
baru dipenghujung bulan. Melainkan diri Anda dengan jiwanya yang bersih.
Salam Semesta
IG : @pesansemesta.ig - FB: pesansemesta.7