Pada kesempatan kali ini, mari
kita berbicara tentang diri kita sendiri. Berbicara tentang komponen diri kita
yang diciptakan sebagai khalifah diatas planet bumi ini. Tujuannya tidak lain, agar
kita mampu menaruh perhatian lebih dari apa-apa yang menjadikan diri kita,
sebagai diri manusia.
Sahabatku… Siapapun itu namanya,
bagaimanapun rupa dan bentuknya, diplanet manapun dia berada, semua manusia
selalu dan akan selalu tersusun dari tiga komponen; Jasad, Jiwa dan Ruh.
1# Jasad
Jasad adalah seluruh
komponen tubuh yang membantu kita mengoperasikan jiwa. Contoh ringan, anggaplah
diri manusia adalah handphone. Tentu untuk memainkan aplikasi game didalam handphone,
Anda membutuhkan handphone. Tidak ada handphone tidak ada aplikasi apa-apa. Begitu
juga dengan manusia. Jiwa yang merupakan aplikasi tidak akan berfungsi apa-apa
kalau tidak ada jasad. Ruh yang merupakan sumber energy tidak akan berfungsi
apa-apa kalau tidak ada jasad.
Untuk menjaga
jasad kita bisa mulai dengan hanya memberikan kepada jasad apa yang
dibutuhkannya, bukan apa yang kita inginkan. Detail pembahasan tentang apa yang
dibutuhkan jasad sudah pernah kami bahas, silahkan mengunjungi link berikut https://www.pesansemesta.com/2019/04/apa-yang-dibutuhkan-jasad.html
untuk membacanya kembali.
2# Jiwa
Seperti disebut
diatas, jiwa adalah aplikasi (software) yang mengatur jasad dan segala hal yang
mengoperasikannya. Bayangkan apabila Anda memegang handphone yang tidak
memiliki aplikasi apa-apa yang terinstall didalamnya. Apakah handphone itu
mampu beroperasi? Tentunya tidak. Bahkan untuk memencet tombol handphone
dibutuhkan aplikasi yang beroperasi. Jadi tanpa aplikasi, handphone itu akan
menjadi mesin yang tidak berfungsi apa-apa.
Begitu juga
dengan manusia. Apabila jasadnya utuh, namun sofwarenya rusak, maka kemungkinan
besar pengoperasian jasadnya juga akan terganggu. Begitu juga dengan ruh bisa
saja tetap menghidupi jasad, tapi apabila aplikasinya rusak, maka kemungkinan
besar jasadnya juga akan terganggu. Karena jiwa manusia akan mengatur segala
hal yang beroperasi didalam jasad yang hidup.
Jasad memang
sesuatu yang bisa dilihat oleh mata kita, lalu bagaimana dengan jiwa, bagaimana
caranya melihat jiwa? Jawabannya mudah; kalau
kita mau melihat jiwa, maka lihatlah bagaimana jasad kita beroperasi, maka
itulah jiwa. Bagaimana kita mengelola kesadaran, maka itulah jiwa. Bagaimana Anda
menjalani jasad kita untuk segala keperluan, maka itulah jiwa.
Sama seperti
aplikasi buatan manusia. Jiwa manusia juga rentan terkena hack, virus dan bug
(bahasa pemrograman) yang artinya hal-hal yang membuat software aplikasi program
error dan tidak berjalan senormalnya dia berjalan. Persis seperti jiwa.
Jadi memang
sudah menjadi keharusan manusia untuk menjaga jiwanya, bagiamana caranya? Banyak
cara yang bisa kita lakukan salah satunya dengan terus menjadi spiritual. Spiritual
itu bukan beragama, karena saat kita menyematkan label agama, belum tentu kita
menjadi otomatis spiritual. Karena spiritual adalah kemampuan mengkoneksikan jiwa
kepada SANG PEMBUAT jiwa itu sendiri.
3# Ruh
Anda sudah memiliki
handphone yang sudah terinstall aplikasi software yang banyak dan bagus. Tapi Anda
kehilangan sumber energy untuk menghidupkan handphone tersebut. Apakah handphone
tersebut bisa menyalah, jawabannya pasti tidak. handphone butuh baterei yang
terisi energy untuk menyalah dan beroperasi. Begitu juga dengan manusia, tanpa
RUH (sumber energi) maka nyawa tidak ada, jasad tidak akan bergerak dan jiwa
tidak akan beroperasi.
Betul memang
jasad memiliki mitokondria yang menghasilkan energy untuk jasad. Tapi siapa
yang menggerakan mitokondira ini? Tentu kumpulan mitokondiria juga memiliki
sumber energy karena mereka tidak bisa berjalan sendiri. Jadi jawaban segala energy
kehidupan memang selalu bermuara kepada urusan SANG PENCIPTA.
Ruh adalah
urusan SANG PENCIPTA. Manusia masih bisa mengendalikan jasadnya dan memprogram
jiwanya, tapi kalau sudah masuk ranah ruh, maka kita hanya bisa berserah diri
sambil tetap berusaha diri untuk menjaga
sumber energy yang dimiliki.
Lalu apakah ruh
bisa dijaga? Iya bisa. Dengan turut menjaga pendampingnya; yaitu jiwa dan
jasad, maka kita pun turut menjaga ruh. Meski ini hanya upaya kecil saja. Karena
apabila SANG PENCIPTA berkehendak untuk berhenti menghidupi, maka SANG PENCIPTA
akan berhenti menghidupi. Jadi kita
memang hidup dengan kerelaan penuh tapi tetap dengan aksi juga.
Contoh, kalau
memang sayang nyawa maka jangan merusak jasad. Kalau memang sayang nyawa maka
perbaiki jiwa. Hidup ini tetap memiliki hukum sebab akibat yang bisa dipilih,
itulah kenapa kita tidak diperbolehkan dengan sengaja bermain-main dengan
hal-hal yang mampu mengakhiri nyawa. Ruh adalah perkara SANG PENCIPTA. Selama
apa kita dihidupkan itu adalah syarat ketentuan yang bukan milik kita. Kita
hanya perlu memenuhi sebab akibatnya saja dengan terus menjaganya.
Jadi sahabatku… Kita ini adalah
tritunggal, yaitu tiga komponen yang menjadi satu kesatuan. Untuk disebut
manusia, setiap manusia harus memiliki jasad, jiwa dan ruh.
Agar jasad itu beroperasi kita
memerlukan jiwa. Jasad tanpa jiwa maka seperti handphone kosong tanpa aplikasi,
sama sekali tidak memiliki tujuan apa-apa selain menyalah dalam kekosongan. Sementara
ruh adalah kekekalan, dia itu yang disebut sebagai energy yang tidak bisa
dimusnahkan dan hanya bisa berubah bentuk. Ruh adalah hak SANG PENCIPTA. Tanpa ruh,
maka tidak ada kehidupan.
Sebenarnya contoh tritunggal
didalam kehidupan ini banyak bukan hanya manusia, seluruh makhluk hidup pun
sama. Termasuk tumbuhan dan bahkan sistem tatanan semesta juga tritunggal. Seperti
malam dan siang, diantara malam dan siang ada pertengahan yaitu subuh atau
magrib. Selanjutnya diantara panas dan dingin ada hangat dan adem. Dan begitu banyak
contoh lainnya apabila akal kita mau memperhatikan. Menandakan kalau pembuatan
dan penciptaan semesta raya memang sama dengan pembuatan dan penciptaan manusia
juga.
Sahabatku… Tulisan ringan ini
hanya ingin mengingatkan kita tentang ketiga komponen yang kita miliki yang
menjadikan kita wujud manusia. Ketiga komponen ini adalah amanah yang harus
kita jaga dan tingkatkan. Betul memang urusan Ruh adalah urusan SANG PENCIPTA. Jadi
kita hanya perlu terus bergerak selama nyawa dikandung hanyat untuk terus meningkatkan
jasad dan jiwa. Itulah tugas kita sebagai khalifah.
Jadi apakah aksi-aksi kita sudah
sesuai dengan tugas kita? Kalau kita diciptakan untuk menjadi khalifah, berarti
kita diciptakan untuk menjadi pemelihara semesta. Dan semesta paling dekat
dengan manusia adalah bumi. Tapi sebelum membicarakan bumi, mari membicarakan
diri sendiri? Sudahkah kita melaksanakan kewajiban bagi jasad dan jiwa kita
masing-masing. Karena kita, manusia ini adalah semesta.
Salam Semesta
Copyright © www.PesanSemesta.comIG : @pesansemesta.ig - FB: pesansemesta.7