Kita sering mendengar anjuran
“Milikilah akal yang sehat dan hati yang bersih”. Tapi kalau mau sedikit
kritis, maka kita akan terdesak untuk bertanya: apa itu parameter akal sehat
dan hati bersih? Apakah memang akal sehat dan hati bersih bisa diukur? Kalau
bisa bagaimana mengukurnya? Dan kepada siapa kita menanyakan parameternya?
Sahabatku… Untuk menjawabnya mari
kita kembali kepada Semesta. Semesta itu adalah the giant database, jadi Semesta memang selalu memiliki jawaban.
Begitu juga jawaban tentang parameter akal sehat dan hati bersih manusia.
Manusia itu memiliki semacam
kolom password didalam dirinya. Segala macam inputan akan melewati kolom
password tersebut untuk verifikasi. Apabila keyword yang masuk dikolom
passwordnya cocok, maka akan lepaslah inputan itu untuk masuk, diproses dan
diterima.
Namanya juga password jadi
keywordnya memang personal, sifatnya pribadi, tergantung pribadinya. Contoh,
keyword si A yang selaras dengan akal dan hatinya adalah warna coklat. Maka
warna coklat yang akan masuk dan di proses si A. Sementara si B keywordnya
adalah hijau, maka hijau yang akan masuk dan di proses si B.
Kalau begini cara kerja akal dan
hati, lalu bagaimana bisa dibuat parameternya? Bagaimana bisa kita membuat
parameter akal sehat dan hati bersih untuk sesuatu yang jelas memang bekerja
diranah yang sangat pribadi? Bukankah sekarang kita mulai kritis dan berpikir,
bagaimana sesuatu yang pribadi dan pasti berbeda seperti akal sehat dan hati
bersih bisa dipaksakan memiliki parameter. Bahkan Semesta pun mengerti hal ini.
Sekarang mari kita menengok untuk mencari jawaban Semesta.
Sahabatku…
Tengkolah lautan. Apakah di laut
hanya ada satu jenis makhluk hidup? Tidak. Di laut ada ikan, terumbu karang, cumi-cumi,
kerang, udang, ubur-ubur dan banyak jenis makhluk hidup lainnya.
Tengoklah hutan. Apakah di dalam
hutan hanya tumbuh satu jenis tanaman? Tidak. Di hutan tumbuh banyak jenis
tanaman.
Tengoklah langit. Apakah di langit
hanya ada satu bentuk awan? Tidak. Awan memiliki bentuknya masing-masing.
Tengoklah air. Apakah air
memiliki wujud baku? Tidak air mengalir dan membentuk diri mengikuti wadahnya
Terakhir. Tengoklah wajah kita.
Apakah wajah kita sama? Tidak. Wajah kita berbeda, kalau pun mirip, itu hanyalah
mirip. Namun pasti ada bagian yang berbeda.
Sahabatku… Apakah akal sehat dan
hati bersih kita sudah bisa belajar perbedaan dari Semesta? Kalau belum.
Mungkin akal kita belum terlalu sehat dan hati kita belum terlalu bersih. Semesta
mengajarkan kita perbedaan yang harmonis. Sebuah contoh nyata yang bisa kita
lihat. Kalau sesuatu yang terlihat tidak bisa dijadikan pelajaran, maka
bagaimana bisa kita mengaku akal kita sehat dan hati kita bersih?
Selama ini kita bertingkah usil hanya
karena ingin membuatkan akal dan hati parameternya. Itu terus kita lakukan
hanya karena selama ini kita belum bisa menerima perbedaan sebagaimana yang
diperlihatkan Semesta.
Sekarang kita bertanya ke sisi mana
mata kita itu melihat sahabatku…? Kita, manusia suka usil dengan ke-pribadian
orang lain. Kita selalu ingin menyeragamkan segalanya. Apabila ada yang
beragama, dia akan mengusili yang atheis. Mereka yang atheis mengusili yang
beragama. Apabila ada yang memakai baju ketat maka dia akan mengusili yang
bercadar. Begitu juga yang bercadar akan mengusili yang memakai baju ketat.
Kita sering mengusili ke-pribadian orang lain, dan orang lain sering mengusili
kepribadian kita.
Kita terus menerus mengkritisi
kesehatan akal dan kebersihan hati orang lain. Padahal akal dan hati adalah
ranah pribadi. Jadi meski inputan informasi sama, tapi proses didalam akal dan
hati adalah ranah yang pribadi. Tugas penyampai pesan hanyalah menyampaikan
informasi pengetahuan yang sampai kepada mereka. Hanya sampai di ranah
menyampaikan. Bagaimana si penerima pesan menerima, memproses dan memilih
informasi pengetahuan itu akan menjadi proses akal dan hatinya yang pribadi. Tanpa
intervensi, apalagi penghakiman atau paksaan.
Itulah kenapa disebutkan bahwa
hanya “DIA SANG MAHA MEMBOLAK-BALIKKAN HATI” Karena apabila akal mau berpikir
maka hati akan terbalik. Kalau hati sudah terbalik, maka segala hal akan
menjadi mungkin dan nyata.
Saat sesuatu menjadi mungkin dan
nyata bagi pribadi seseorang, belum tentu itu juga menjadi mungkin dan nyata
bagi pribadi yang lain. Jadi kalau tiba-tiba seseorang berbeda dengan Anda.
Bukan hak Anda untuk berkata “Kenapa Anda berbeda dengan saya?”.
Jadi… Apakah pantas kita saling
mengolok-olok, mencubit-cubit, mengkritisi, menghina padahal sesuatu yang
mungkin dan nyata bagi kita, belum tentu mungkin dan nyata bagi yang lain?
Kalau kita menanyakan parameter akal
sehat dan hati bersih. Maka parameter pertama adalah tentang menerima kenyataan
ini. Kenyataan bahwa Semesta hanya di isi dengan perbedaan.
Kalau akal sehat dan hati bersih
kita belum terlalu sehat dan bersih untuk menerima perbedaan. Maka mungkin
bukan berarti parameter akal dan hati itu tidak ada, hanya kita saja lah yang
belum sampai di state sehat dan bersih itu.
Sahabatku… Jagalah selalu
kesehatan akal dan kebersihan hati dengan mengakui dan menghargai perbedaan. Kita
telah melihat bahwa semesta ini adalah wujud perbedaan. Kalau kita percaya yang
berbeda itu dihidupkan oleh PENGHIDUP yang sama. Tentu kita akan mencontoh dan
meresapi perbedaan yang telah DIA wujudkan.
Tapi kenapa kita sekarang selalu
melotot melihat sesuatu yang berbeda dengan kita? Kenapa kita masih
mengharapkan hanya ada satu bendera yang berkibar diatas bumi ini? Kenapa kita
marah dengan mereka yang tidak sekelompok? Kenapa kita tersinggung dengan
mereka yang tidak sependapat?
Salam Semesta
Copyright © www.PesanSemesta.com