Sahabatku… Sulit untuk memahami
seberapa besar Semesta ini. Dahulu kita mengenal satu planet yang kita sebut bumi,
merangkak kita mengenal planet-planet, merangkak lagi menjadi satu universe,
lalu akhirnya sekarang menjadi multiverse.
Ilmuwan tertentu dalam kosmologi
percaya bahwa kita hidup dalam multiverse. Bahwa ada lebih dari satu alam
semesta - bahwa alam semesta kita hanyalah satu dari banyak alam semesta -
bahwa kita memiliki alam semesta paralel.
Masih sulit membayangkan Multiverse
yang merupakan kumpulan dari alam semesta. Karena berbicara tentang satu Universe
saja sudah dipenuhi oleh puluhan juta miliar galaksi-galaksi. Bagaimana dengan
Multiverse. Namun ilmu pengetahuan adalah sesuatu yang nyata dan terus berkembang
berdasarkan kenyataan.
Sebelum berbicara tentang
Multiverse mari berbicara tentang planet bumi kita dan tata surya yang
dimilikinya, yang terletak di galaksi tersendiri yang dikenal Bimasakti. Bimasakti
sendiri diyakini mengandung lebih dari 200 miliar bintang dan galaksi dengan
jumlah bintang yang sangat besar.
Jadi saat kita berbicara Multiverse
kita berbicara tentang kebesaran dalam kebesaran. Fakta ini menuntun beberapa
ilmuwan untuk percaya bahwa alam semesta sebenarnya berukuran tak terbatas. Benar-benar
tak terbatas, sampai para ilmuan mencoba cara yang lebih unik untuk
menggambarkan alam semesta.
Beberapa ilmuan mencoba untuk
membuat ukuran Semesta agar lebih dapat dipahami oleh pikiran manusia. Mereka
meminta kita melihat Semesta dengan membandingkan jumlah butiran pasir di
pantai. Bayangkan setiap butir pasir di pantai mana pun di planet ini sebagai
satu bintang. Satu butir adalah satu bintang, sementara satu pantai memiliki
jumlah butiran pasir yang tidak terhitung. Berarti Semesta memiliki lebih
banyak bintang dari pada jumlah butiran pasir di semua pantai di seluruh bumi!
Ini gambaran yang cukup
mengejutkan. Membandingkan bintang dengan pasir, lalu bagaimana dengan diri
kita sendiri? Sulit memang menggambarkan sesuatu yang luar biasa besar kepada
sesuatu yang teramat kecil. Didalam Semesta kita manusia ibarat debu. Jadi siapa
yang akan tahu seberapa besar sebenarnya Semesta itu sendiri.
Fakta yang tidak kalah
mengejutkan lainnya adalah, bahwa Semesta yang luar biasa ini terus menerus berkembang.
Ruang-waktu dapat merentang hingga tak terbatas. Jika demikian, maka segala sesuatu
di alam semesta kita terikat untuk diulangi pada titik tertentu, artinya semesta
bukan paket yang baku. SANG PENCIPTA terus menciptakan tanpa henti. Sehingga Semesta
adalah sesuatu yang memuai. Jadi perubahan yang terjadi didalam Semesta adalah
sesuatu yang pasti.
Sahabatku… Sampai disini, kita
hanya bisa mengangguk-angguk dan melongo tentang bagaimana kita bisa
membicarakan kebesaran SANG PENCIPTA PENGHIDUP kebesaran ini?
Jadi pengetahuan dasar kita bahwa
Semesta adalah keluar biasaan adalah bukti nyata untuk senantiasa
mengintropeksi diri. Kalau kita adalah debu, maka cobalah untuk melihat kedalam
diri. Lihatlah diktean-diktean kita kepadaNYA, lihatlah keluhan-keluhan kita
tentangNYA, lihatlah kesombongan kita kepadaNYA, lihatlah bagaimana kita
berbicara kepadaNYA, lihatlah bagaimana diri kita bertingkah dihadapanNYA…
Sahabatku… Malu rasanya diri ini
dihadapanNYA. Sungguh memang kita adalah sebutir debu yang berlagak seperti sebutir
pasir. Semoga video yang kami share bisa sejenak mengingatkan kita tentang seberapa
kecil diri ini. Setelah mengenal diri, mungkin kita tidak akan berlagak lagi
dihadapanNYA.
Salam Semesta
Copyright © www.PesanSemesta.com