“Apakah kesombongan itu Ego? Jika ego… Kenapa semesta menciptakan Ego
pada manusia? Seolah olah ego ini adalah hal buruk yang ada pada diri manusia…
Apakah benar demikian? Tujuannya manusia dikasih ego itu untuk apa?” Melalui anugerah-NYA izinkan kami menjawab...
Ego adalah alert system manusia. Fungsi awal kenapa ego dibuat adalah untuk
menyelamatkan dan agar manusia memenuhi kebutuhannya. Ego bukan sesuatu yang negatif.
Manusia tidak akan bisa hidup tanpa ego. Manusia membutuhkan ego untuk bertahan
hidup. Contoh sederhana saat kita merasa lapar. Lapar adalah indikasi awal
bahwa jasad kita membutuhkan asupan energy. Akhirnya ego memaksa manusia untuk
memenuhi kebutuhannya. Sehingga manusia makan saat lapar. Minum saat haus.
Berlari saat dikejar. Dan saat dalam perkelahian, ego akan mencoba
menyelamatkan manusia dengan melawan balik.
Jadi singkatnya ego itu ibarat bodyguard manusia. Ego sangat waspada dan
senantiasa memproteksi manusia. Ego memproteksi manusia untuk memenuhi kebutuhannya,
baik itu jasmani atau rohani. Namun ego memiliki sifat bawaan. Sifat bawaan ego
adalah pemenuhan. Tidak peduli apakah kebutuhan itu adalah kebutuhan baik atau
jahat, menguntungkan atau merugikan, diperlukan atau tidak diperlukan. Ego akan
terus merongrong pemenuhan. Karenanya manusia memerlukan akal agar mampu
mengendalikan egonya. Hanya melalui akal-lah manusia akhirnya mampu
mengendalikan egonya.
Lalu
apakah sifat sombong adalah ego ?
Sahabatku… Hidup adalah kumpulan
sebab dan akibat. Begitu juga dengan kesombongan yang muncul dari ego, itu juga
merupakan sebab akibat. Rasa sombong muncul dari rasa kepemilikian. Sementara
rasa kepemilikan muncul karena seseorang merasa telah melakukan upaya.
Fungsi ego disini adalah untuk
menjaga rasa kepemilikan itu. Jadi saat kita memiliki sesuatu, maka ego akan memproteksi
apa yang kita miliki. Kesombongan adalah bagian dari proteksi itu. Rasa sombong
itu dimunculkan ego sebagai wujud pengakuan diri untuk sesuatu yang dimiliki.
Jadi, kesombongan muncul saat seseorang merasa telah memiliki sesuatu.
Sementara memiliki artinya ber-upaya.
Contohnya begini; Tiga tahun lalu
Anda sangat mengidam-idamkan sebuah mobil. Mati-matian Anda berupaya untuk
memiliki mobil itu. Dari mulai menabung sisa gaji, buka usaha, freelance apapun
Anda lakukan. Sampai akhirnya Anda membeli mobil. Pastinya Anda merasa sangat
memiliki mobil itu, karena Anda telah berupaya sedemikian rupa untuk
memiliknya. Lalu dari situ pula-lah ego mulai berperan. Ego membaca situasi dan
mulai memproteksi kepemilikan Anda. Maka itu muncullah rasa sombong.
Sampai disini kita tidak memiliki
alasan untuk berkata bahwa ego adalah sesuatu yang buruk. Karena kalau dirunut
mundur, maka sebenarnya semua upaya yang Anda lakukan tidak akan akan pernah berwujud
apabila Anda tidak memiliki ego. Karena ego-lah Anda melakukan segalanya itu. Apabila
tidak memiliki ego, maka sudah dipastikan Anda tidak akan memperjuangkan
keinginan Anda. Dan bahkan Anda tidak akan memiliki keinginan. Rasa ingin muncul
dari sesuatu yang butuh dipenuhi, dan ini adalah tugasnya ego.
Seperti yang
dijelaskan diatas, ego adalah bodyguard manusia. Tetapi ego tidak bisa
membedakan mana yang baik dan mana yang buruk. Akal kita lah yang akan mampu membedakannya.
Melalui akal manusia bisa membedakan baik dan buruk, termasuk membedakan keinginan
atau kebutuhan, membedakan pilihan, sebab akibat dan membedakan lain halnya (baca juga https://www.pesansemesta.com/2019/05/menjernihkan-keinginan.html)
Lalu bagaimanakah solusinya? Bagaimana
caranya kita memliki apapun dalam hidup ini tanpa rasa kepemilikan agar rasa sombong
tidak muncul ?
Sahabatku… Mari kita bertanya
secara jujur. Siapa yang mengizinkan kita memiliki dalam hidup ini kalau bukan
SANG MAHA. Kita bisa memiliki karena DIA membiarkan kita memiliki. Bayangkan
apabila ada satu jalur neuron, yang
seukuran tidak lebih dari 5 cm dari jantung kita terganggu. Maka sudah
dipastikan kita tidak akan pernah bisa bergerak untuk memenuhi segala keinginan
kita, apalagi merasa memiliki. Jadi jelas DIA membiarkan kita memiliki. DIA mengizinkan
kita memiliki dan merasakan upaya atas kepemilikan itu. Padahal tidak ada sedikit
pun hal yang bisa kita lakukan tanpaNYA.
Tugas kita sekarang hanyalah
memilih untuk paham bahwa seluruh hidup kita hanyalah anugerahNYA. Tidak akan
pernah ada ke – akuan – an dalam hidup ini. Semua kepemilikian adalah milikNYA.
Apakah SANG MAHA akan tersinggung dan marah dengan kesombongan kita? Melalui
akal jelas tidak mungkin SANG MAHA PEMILIK semesta raya ini akan merasa
ternodai, tersinggung apalagi marah dengan kesombongan makhlukNYA. Karena
bahkan rasa sombong yang masih sering kita rasakan itu pun. Tidak lain adalah
anugerahNYA yang masih membiarkan kita merasakan ‘rasa’. Mampukah kita
merasakan ‘rasa’ kalau DIA tidak membiarkan kita merasakan ‘rasa’.
Hanya pertanyaannya; Apakah kita
akan terus-terusan memakai anugerahNYA ini untuk merasa sombong dengan
membuat ke – aku – an dalam hidup ini? Pahamilah
ini sahabatku… dan ego tidak akan memunculkan kesombongannya.
Tidak ada gunanya kita
menyalahkan ego. Karena ego yang kita salahkan pun merupakan anugerah proteksi
dariNYA. Jelas DIA tidak akan memberikan sesuatu yang buruk. Hanya kita saja
lah yang kurang paham tentang ego ini. Bahkan ketidak pahaman itu juga bukanlah
sesuatu yang buruk. Ketidak pahaman adalah gerbang menuju pemahaman. Tidak ada
yang buruk saat kita bisa melihat dalam kenetralan. Jelas kita butuh gelap
untuk bisa merasakan terang. Hanya sekarang semua terpulang kedalam diri kita
sendiri. Gelap kah yang kita pilih atau terang-kah yang kita pilih.
Apakah Anda akan memilih
membiarkan ego memproduksi kesombongan. Atau Anda memilih untuk memahami
hakikat kepemilikan yang sebenarnya? Tentunya dengan membiarkan ego memproduksi
kesombongan berarti kita memilih untuk melupakan dari mana anugerah-anugerah
itu berasal. Karena ego sama sekali tidak akan memproduksi kesombongan. Apabila
kita memilih untuk paham bahwa segalanya dalam hidup ini hanyalah anugerahNYA.
Kita adalah anugerahNYA dan hidup yang kita jalani juga adalah anugerahNYA.
Tidak
perlu kesombongan ego dalam menerima anugerah. Karena bahkan ego pun adalah
anuegrah dariNYA yang ingin memastikan kita agar senantiasa aman. Kalau seperti itu, kenapa DIA
mengarahkan kita untuk menjauhi kesombongan? Ketahuilah! Ada rahasia yang sangat
indah kenapa SANG MAHA mengarahkan kita untuk menjauhi kesombongan. Rahasianya
adalah agar kita tidak merasa lelah mengejar kepemilikan.
Sahabatku… Begitu sayangnya SANG
MAHA kepada makhlukNYA. DIA mengarahkan manusia untuk tidak menjadi sombong
hanya agar manusia percaya bahwa kemudahan adalah nyata. Bahwa apapun itu
berjalan sebagaimana Semesta mengaturnya. Coba renungkan sejenak dua contoh dibawah
ini sahabatku;
Ada dua orang sahabat, mereka
berdua hendak mengarungi lautan untuk memancing ikan dengan perahu yang
berbeda. Dari mulai mengayuh perahu di lautan si A percaya dia tidak sendirian.
Si A percaya kalau karena DIA-lah dia mampu berada didalam perahu ini,
mengayuhnya dan sekarang sudah berada diatas lautan luas. Si A juga percaya
bahwa lautan dan segala isinya adalah milikNYA, begitu juga dirinya yang juga
adalah milikNYA. 30 menit berlalu dan ikan pertamanya terpancing. Si A percaya
ini adalah anugerahNYA. Menit berlalu dan terus berlalu, makin banyak ikan si A
dan tetap dia percaya ini adalah anugerahNYA.
Disisi lautan yang lain, si B
sedang melepas jalanya. Tidak seperti si A, si B mulai melepas jalanya dengan berpikir
keras, tentang berapa banyak ikan yang akan dia pancing hari ini. Lewat 10
menit dan ikan pertamanya terpancing, si B senang. Dia lanjut memancing dan
terus memancing. Singkat cerita hari sudah sore, si A dan si B pun kembali ke
pantai.
Dipinggir pantai si A dan si B
bertemu. Si A tersenyum dan berkata “Wah hasil tangkapanmu banyak dan
bagus-bagus semua”. Si B menjawab dengan ngedumel “Ahh ini sih ga sebanyak yang
kemarin, ikannya semua kecil-kecil, saya tidak tahu ikan-ikan ini akan laku
berapa duit. Malah saya belum bayar
untuk sekolah anak. Pusing kepala saya ini. Hasil tangkapan tidak seperti tahun
lalu, tahun lalu hasil pancingannya lebih banyak…” Si B terus berbicara sambil
si A terus mendengar. Sampai akhirnya si B mengakiri pembicaraan dengan berkata
“Kamu mah enak… Bisa santai begitu, pasti tangkapanmu lebih banyak dari saya.
Sini saya lihat”
Saat melihat hasil tangkapan si A
dengan bingung si B beranjak pulang. Ternyata hasil tangkapan si A lebih
sedikit dari pada hasil tangkapan dia, namun ketenangan dan kedamaian si B jauh
lebih besar dari hasil tangkapannya.
Inilah rahasianya sahabatku… Rahasia
kenapa kita diarahkan untuk melepas kepemilikan. Jawabannya hanya agar hidup
kita senantiasa diliputi oleh ketenangan dan kedamaian. Akankah si ego
memproteksi diri dengan rasa sombong, saat diri merasa tidak memiliki apa-apa?
Tentulah tidak. Dan akankah si ego memproteksi diri dari rasa ketakutan, saat
diri merasa tidak takut kekurangan apa-apa? Tentunya tidak juga.
Sahabatku… Ego akan selalu waspada
agar terus memproteksi diri Anda. Ajarkan ego Anda untuk memproteksi diri
ditempat yang seharusnya dia proteksi. Butuh kesadaran untuk mengajarkan ego.
Tentunya kita harus lebih sadar dibanding ego itu sendiri. Sudah sampai
dimanakah letak kesadaran kita untuk mengendalikan dan mengajarkan ego?
Hidup adalah kumpulan pilihan. Kesadaran
akan selalu hadir kalau kita memilhnya. Sudahkah kita memilihnya? Sahabatku… Sekarang
adalah tentang memilih untuk menjadi setingkat lebih sadar dibandingkan ego.
Salam Semesta
Copyright © www.PesanSemesta.com