“Apakah niat
perlu diungkapkan dengan kata-kata atau hanya dalam pikiran saja?” Melalui
anugerahNYA izinkan kami menjawab.
Sahabatku… Niat
itu diungkapkan melalui kesadaran diri. Kesadaran diri itu menghasilkan banyak hal
termasuk didalamnya pikiran. Sementara ucapan itu adalah buah dari pikiran,
sama juga seperti perasaan. Berarti niat itu muncul sebelum ucapan dan pikiran.
Artinya; kesadaran kita lah niat itu sendiri.
Kesadaran atau
conciousness adalah proses aktif
menuju yang hakiki. “sadar” berbeda dengan “tahu”. Sadar itu bersifat
perseptual (pemahaman) yang diiringi dengan akal dan kepercayaan penuh oleh
jiwa tanpa adanya keraguan. Kita tidak bisa menjawab letak kesadaran adalah di
otak. Karena meski memiliki otak dan mampu berpikir. Namun, kesadaran tidak
serta merta hadir begitu saja. Kesadaran adalah hal yang perlu dimunculkan. Lalu,
bagaimana memunculkan kesadaran?
Saat berbicara
tentang bagaimana memunculkan kesadaran, maka kita tidak akan membahas
bagaimana cara kerja otak memproses kesadaran. Otak adalah bagian hardware,
perangkat keras manusia yang disebut jasad. Selain hardware, manusia juga memiliki
software yang mengatur hardware yang disebut jiwa.
Akal adalah salah
satu peralatan jiwa manusia. Melalui akal lahir kemampuan menjangkau pemahaman.
Akal digunakan untuk memperhatikan, menganalisa sesuatu guna mengetahui
rahasia-rahasia terpendam untuk memperoleh kesimpulan ilmiah dan hikmah yang
dapat menjadi elemen penting dalam berpikir dan memunculkan kesadaran. Manusia
diberi kemampuan untuk menggabungkan informasi yang diterima melalui indra dan
anggota jasad lainnya untuk diolah (diberpikirkan) didalam akalnya. Sehingga memunculkan
kesadaran tinggi.
Jadi, jawaban
dari bagaimana memunculkan kesadaran adalah akal. Akal adalah anugerah ciptaan untuk
manusia. Hewan memiliki kemampuan berpikir tapi mereka tidak memiliki akal.
Hewan berpikir untuk mengambil tindakan. Tapi mereka tidak bisa membedakan mana
yang baik dan mana yang buruk dari tindakan mereka. Karena hewan hanya
bertindak melalui naluri dan ego belaka. Mereka tidak bisa menelaah atau
menganalisa tindakan dan segala yang berlangsung didalam hidup mereka
sebagaimana manusia ber-akal. Dengan akal yang didapatkannya dari SANG MAHA
manusia mampu. Bukan hanya sekedar mampu ber-pikir melalui naluri, tapi juga
mampu menggunakan akalnya saat berpikir untuk menghasilkan kesadaran. Lalu apa
yang tercipta dari kesadaran inilah yang nantinya akan tertarik oleh system.
Agar lebih
mudah, mari kita membuat contoh. Ada dua manusia, si A dan si B. Mereka berdua
mengendarai mobil dijalanan yang sama. Si A membuka jendela dan membuang botol
dipinggiran jalan. Si A sadar untuk menjaga kebersihan mobilnya, dia tidak mau dalam
mobilnya kotor, akhirnya dia membuang botol bekas itu. Boleh disimpulkan si A,
membuang botol dengan niat agar mobilnya bersih.
Sama halnya
juga dengan si B, dia menepikan mobilnya, mencari tempat sampah terdekat untuk
membuang botol. Si B sadar diri juga untuk menjaga kebersihan mobilnya, dia tidak
mau dalam mobilnya kotor, akhirnya dia membuang botol bekas itu. Tapi si B
memiliki kesadaran tambahan, dia sadar tidak baik mengotori tempat lain juga,
akhirnya dia mencari tempat sampah dan membuang botolnya disitu. Jadi boleh
disimpulkan si B, membuang botol dengan niat yang sama dengan si A, tapi si B
memiliki kesadaran yang lain yang membuat dia melakukan hal yang berbeda dari
si A.
Sahabatku… Apabila
niat si A dan si B diungkapkan dengan kata-kata, mungkin niat mereka berdua adalah
sama, yaitu membuang sampah untuk membersihkan mobil. Tapi apakah kesadaran yang
sampai kepada system, hanya sampai sekedar niat yang diungkapkan dengan
kata-kata? Jawaban sebenarnya adalah tidak. Itulah kenapa dikatakan niat adalah
bahasa jiwa yang halus. Sangat halus sampai-sampai tidak memerlukan
pengungkapan kata-kata lagi. Paket kesadaran si A dan si B sudah menjadi niat
itu sendiri.
Ambil contoh
lagi; Si B tidak pernah mengungkapkan dengan kata-kata, kalau dia berniat
menyakiti hati si C. Tapi, secara sadar si B mencaci si C. Mana yang diterima
oleh system? Niat nya si B atau kesadarannya?
Pengungkapan
niat melalui kata-kata, dilakukan untuk mengingatkan kembali diri kita dengan
pilihan yang telah dipilihnya. Agar terjadi keselarasan antara kesadaran dan
pilihan. Agar kita tidak termanipulasi oleh lisan kita sendiri. Jadi maksudnya pengungkapan
niat dengan kata-kata, adalah sesuatu yang bisa dimanipulasi?
Tentunya
sangat bisa. Kembali kepada contoh pada artikel sebelumnya (https://www.facebook.com/pesan.semesta.7/posts/161535711680212)
Jauh dari mata kita melihat ternyata Budi membawa sekantong beras ke panti
asuhan dengan jiwa yang penuh syukur atas anugerahNYA. Sementara Joko membawa semobil
beras menuju panti asuhan dengan membawa jiwa yang bangga karena kesuksesannya.
Meski bisa saja Budi dan Joko mengungkapkan niat dengan kata-kata yang sama. Tapi,
apakah kita, manusia biasa mengetahui apa yang jauh dari mata kita melihat?
Sama sekali TIDAK. Niat adalah kemisteriusan bagi manusia.
Jadi
sahabatku… Apakah niat perlu diungkapkan dengan kata-kata atau hanya dalam
pikiran saja? Lakukanlah saja yang menurut kita enak dilakukan. Selama
keselarasan itu tetap kita pertahankan. Point terpentingnya bukan dengan apa
yang kita ucapkan. Melainkan apa yang kita sadari.
Karena
manipulasi niat kita tidak akan pernah mampu memanipulasiNYA. SANG MAHA
MENGETAHUI, SANG MAHA MENDENGAR tidak mungkin dimanipulasi oleh buatanNYA
sendiri. Karena kita adalah SANG MAHA itu sendiri. Jiwa kita adalah buatanNYA,
sementara kesadaran adalah hasil kelola jiwa, dan niat itu diungkapkan melalui
kesadaran diri. Inilah maksud kesadaran kita lah niat itu sendiri.
Jangan pernah berpikir
kalau SANG PEMBUAT JIWA ini membutuhkan ‘bahasa’ apapun untuk sesuatu yang
dibuatNYA sendiri. Jelas kita ini terhubung dengan SANG PEMBUAT. Tidak ada
bagian yang terpisah, bagaimanapun buruknya kita di mata manusia, tidak ada
seorang pun yang terpisah dariNYA. Hanya memang kita saja yang belum menyadari
keterhubungan ini. Melalui niat ini, akhirnya kita mampu menyadarinya kembali. Menyadari
kalau kita terhubung denganNYA.
Sahabatku… Perlu
kita ingat kesadaran muncul bukan dari label agama ataupun keyakinan. Kesadaran
muncul dari akal yang digunakan sebagaimana mestinya dia diciptakan. Harusnya
label agama atau keyakinan dipilih dan diaplikasikan dengan turut menggunakan
akal yang diberpikirkan. Bukan akal yang diingkari. Karena akal diciptakan agar
kita berfungsi sebagaimana semesta.
Memang kita
butuh mengakui diri bahwa kita jarang menggunakan akal sebelum bertindak apapun,
termasuk memilih dan mengaplikasikan label agama dan keyakinan. Akhirnya
kesadaran kita menjadi terbatas, dan kita semakin sulit untuk meluruskan niat. Malah
justru kita lebih sering memanipulasi niat. Mulut kita mengucapkan niat untuk
beribadah hanya untukNYA, tapi kesadaran kita jauh dari beribadah hanya
untukNYA, kesadaran kita masih beribadah untuk ketakutan, nama baik, ataupun pahala.
Akhir kata, memang
sudah saatnya kita menggunakan akal dan tidak lagi meng-ingkari akal kita
sendiri. Bukankah akal itu adalah anugerahNYA? Akal merupakan pembeda. Kesadaran
dibangun dari akal dan niat diungkapkan melalui kesadaran. Tidak ada kata
‘hukuman’ dari niat. Baik itu diungkapkan dengan kata-kata, atau hanya disimpan
didalam kesadaran saja. Percayalah, SANG MAHA SUDAH MENGETAHUINYA. Itulah niat,
bahasa jiwa yang halus.
Tugas kita
sekarang hanyalah membangun kesadaran diri yang sebaik-baiknya. Bukankah kita
selalu ingin membersamaiNYA dalam kebaikan? Biarkan kesadaran diri kita mengungkapkan
niat kita dalam bahasa jiwa halus yang terbaik. Mari kita menjadi yang
sebaik-baiknya sahabatku…
Salam Semesta
Copyright © www.PesanSemesta.com