Sahabatku… Pikiran manusia bisa
menjadi teman terbaik atau musuh terburuk. Lalu bagaimana kita mengetahui kapan
itu kondisinya berlangsung. Kapan pikiran menjadi musuh yang buruk bagi kita?
1# PIKIRAN MENJADI MUSUH SAAT KITA BERPIKIR UNTUK MENYERAH TERLALU
CEPAT.
Baiklah ini
adalah musuh pertama yang sering muncul dari diri kita. kita sering berkata “kita
tidak bisa melakukannya lebih baik lagi” tepatnya pikiran kita yang mengatakan
ini.
Penelitian
menunjukkan bahwa ketika kita beralih ke pola pikir pertumbuhan (growing
mindset), kita menemukan dorongan baru untuk terus berjalan ketika segala
sesuatu menjadi sulit – kita terus meningkatkan pengetahuan yang kita miliki
dan terus mengeluarkan usaha ekstra untuk mencapai tujuan hidup yang lebih baik.
Tapi ini semua kembali lagi tentang bagaimana seseorang itu berpikir tentang
dirinya dengan apa yang ingin dia raih. Apakah tujuan hidup malah membuat dia
menyerah untuk berhenti mencoba, ataukah dia merasa tertantang untuk mencoba
lebih baik lagi.
Sahabatku… Apabila
seseorang memilih menyerah untuk berhenti mencoba melakukan hal-hal yang lebih
baik dalam hidupnya, berarti seseorang itu masih menyimpan musuh didalam
pikirannya. Musuh yang masih mengekangnya untuk terus belajar lalu berkembang.
Solusinya adalah
kita harus mengubah secara perlahan mindset kita tentang kegagalan. Belajar hanyalah
proses mengalami kegagalan berkali-kali, sampai akhirnya tidak gagal sama
sekali.
Sayangnya selama
ini kita dibesarkan dengan mindset bahwa kegagalan adalah ketidakmampuan,
padahal dengan gagal-lah kita memahat kemampuan kita. Secara psikologis memang
seseorang akan merasa malu untuk mengakui ketidakmampuan, akhirnya beberapa
orang lebih memilih untuk tidak berbuat sama sekali. Lalu mengakui diri bahwa
dirinya tidak bisa berbuat lebih baik lagi.
Padahal itu
hanyalah wujud dari pola pikir pesimistis dan pola pikir tidak berdaya. Solusinya
memang kita harus terlebih dahulu merubah mindset tentang kegagalan. Karena faktanya
kita harus gagal untuk terus belajar. Sama seperti dahulu kita pertama kali belajar
berjalan. Entah berapa kali kita gagal melangkah. Bedanya dahulu kita masih
netral menilai kegagalan, akhirnya kita masih terus berani belajar. Cobalah
sekarang kita menetralkan diri seperti dulu.
2# PIKIRAN MENJADI MUSUH SAAT KITA TERUS MENERUS MEMIKIRKAN PENILAIAN
ORANG LAIN.
Apabila kita
secara terus-terusan mengkhawatirkan penilaian orang lain, dengan terus menrus
mengkhawatirkan penilaian diri dimata orang lain, maka sudah waktunya kita
berhati-hati. Karena itu adalah musuh yang menyusup secara perlahan. Membuat kita
selalu memerlukan cermin. Sayangnya cermin itu kita letakkan menghadap keluar
diri bukan kedalam diri.
Sahabatku…
Setiap orang melihat dengan persepsi yang berbeda sesuai dengan paradigmanya
masing-masing. Hal yang terbaik adalah kita berhenti menghadapkan cermin keluar
dan mulai menetapkan nilai-nilai yang didalam.
Solsinya adalah
dengan mencoba berlatih welas asih. Kapan terakhir kali kita memberi diri kesempatan
untuk menutup diri dari cermin-cermin yang diluar? Biarkan diri kita menjadi
dirinya sendiri. Ada begitu banyak tekanan di luar sana yang mengharapkan kita
untuk selalu menjadi sempurna dan selaras dengan kehidupan yang orang lain
nilai. Tapi belum tentu apa yang mereka nilai selaras, selaras juga bagi diri
kita. Itulah kenapa kita harus berwelas asih terhadap diri sendiri. Caranya adalah
dengan netral menilai diri sendiri. Cobalah menilai diri kedalam diri sendiri secara
jujur. Berilah penghargaan diri terbaik kepada diri sendiri. Cintai diri Anda
lebih dari apapun. Kalau pun kita ingin berubah, tetapkanlah perubahan itu
sesuai dengan nilai-nilai diri, bukan nilai-nila orang lain.
3# PIKIRAN MENJADI MUSUH SAAT KITA TERUS MENERUS MEMIKIRKAN MASA DEPAN
DAN MELUPAKAN MASA SEKARANG.
Saat berbicara
mengenai masa depan. Maka, masa depan adalah hal gaib. Saat kita berbicara
mengenai masa lampau. Maka, masa lampau adalah hak yang sudah bukan milik kita
lagi. Jadi, yang kita miliki adalah sekarang. Kata-kata waktu sekarang pun
masih tetap berbatas dan hanya SANG PENCIPTA yang mengetahui batasannya.
Kesadaran pikiran
manusia tentang waktu sangat esensial. Ia mengingatkan kita dalam menyusun
strategi hidup. Bukankah manusia cenderung menunda-nunda kebaikan. Salah satu
cara paling efektif untuk menunda-nunda adalah dengan terus memikirkan masa
depan dan melupakan masa sekarang. Ini adalah musuh yang paling mematikan. Karena
pada kenyataannya hidup adalah detik ini juga. Hari esok adalah milikNYA dan
hari kemarin sudah bukan milik kita lagi.
Manusia hanya
menyimpan memori akan masa lalu. Tapi, sudah tidak memiliki waktunya. Bagaimana
dengan masa depan, bukankah kita bisa memprediksi dan merencanakan masa depan?
Iya betul. Pikiran kita mampu menvisualisasi dan mampu membangun rencana masa
depan. Tapi waktunya belum lah milik kita. Masa depan hanyalah sepotong pikiran
tanpa waktu.
Manusia
membutuhkan unsur waktu dan ruang untuk mewujudkan rencana. Tanpa waktu dan
ruang yang ada hanyalah kehampaan. Dengan terus menerus memikirkan masa depan
dan melupakan masa sekarang, berarti kita telah membuang jatah hidup kita
dengan sia-sia.
Sahabatku…
Solusi untuk ini adalah dengan terus beraksi dan beraksi. Ingat saja, segalanya
adalah sebab akibat. Siapkan saja sebab terbaik untuk akibat terbaik. Cobalah
untuk tetap mengalir dalam berbuat aksi-aksi kebaikan, tanpa mendikte hasilnya
kepada semesta. Biarkan segala sesuatu mengalir secara alami ke depan dengan
cara apa pun yang semesta suka, yang penting kita tetap melakukan yang terbaik.
Jangan beri
makan musuh kita yang satu ini. Apa itu makanannya? Makanannya adalah kecemasan
dan ketidak percayaan. Mari kita belajar untuk berserah diri sambil terus
beraksi. Jadi menjadi sebaik-baiknya sekarang adalah pilihan yang terbaik.
Karena sebaik-baiknya sekarang akan menentukan sebaik-baiknya masa depan.
Sebaik-baiknya masa depan juga ditentukan dari sebaik-baiknya sekarang.
4# PIKIRAN MENJADI MUSUH SAAT KITA TERUS MENERUS MEMIKIRKAN KEBERUNTUNGAN
ORANG LAIN.
Sahabatku…
Kalau Anda terus-menerus memikirkan betapa orang lain sangat bahagia, sangat
kaya, sangat harmonis, sangat damai, sangat pintar dan sangat-sangat lainnya. Sementara
diwaktu yang bersamaan Anda sama sekali tidak mampu memikirkan hal yang ‘sangat-sangat’
diorang lain itu ada di diri Anda, maka dengan sedih hati, harus diberi tahu
bahwa Anda sedang membawa musuh yaitu pikiran Anda sendiri.
Mereka yang
tidak menghargai apa yang mereka miliki tidak akan menghargai kenaikan yang
mereka terima. Banyak orang yang sebenarnya istimewa, tapi menyia-nyiakannya keistimewaan
diri mereka sendiri, karena pola pikir mereka yang memandang tidak ada yang
penting atau cukup istimewa dari diri mereka untuk benar-benar mereka hargai. Mereka
cenderung "Lebih" menghargai apa yang dimiliki oleh orang lain.
Sahabatku… Syukur
adalah satu-satunya alasan, agar segala yang kita terima bertambah. Bukan hanya
kuantitas namun juga kualitasnya. Memang logikanya segala sesuatu tidak akan
pernah bermanfaat kalau tidak dimanfaatkan.
Solusi untuk
ini adalah dengan belajar memikirkan tiga hal yang bisa kita syukuri dari diri
sendiri. Ini kita lakukan setiap kali kita memikirkan keberuntungan yang diterima oleh orang
lain. Kita bisa mensyukuri mata kita yang masih melihat dengan normal. Jasad sehat
kita yang tidak sakit. Anak-anak kita yang menyenangkan dll. Intinya kita mampu
melihat nikmat SANG PENCIPTA yang didalam diri, tidak melulu yang diluar diri.
Sahabatku…Pikiran manusia tidak
memiliki batas. Tapi bukan berarti kita membiarkan pikiran kita berubah menjadi musuh yang terus mengalir kedalam
pikiran kita dan mesabotase hidup kita dari dalam. Satu solusi general untuk
ke-empat musuh diatas adalah dengan senantiasa mencoba menghadirkan SANG
PENCIPTA, SANG PEMBUAT ditiap lintasan pikiran kita. Ini akan menjaga pikiran
kita untuk senantiasa menjadi teman terbaik, bukan musuh terburuk.
Salam Semesta