Sahabatku… Kalau kita penasaran
apakah kita memiliki otak benci atau otak cinta, maka bacalah tulisan sederhana
ini. Kita akan menemukan cara untuk menjawabnya.
Penelitian para ilmuan menunjukkan bahwa ada pola aktivitas yang
unik di otak dalam konteks korelasi antara benci dan cinta. Putamen dan
insula adalah dua struktur berbeda di sub-korteks, yang terletak di belakang
korteks serebral, atau wilayah "berpikir". Keduanya termasuk daerah yang terkait
dengan agresi dan jijik.
Putamen dan insula yang
diaktifkan oleh kebencian seseorang, sama dengan area yang diaktifkan untuk cinta
kasih sayang. Jadi antara cinta dan benci, keduanya sama-sama mengaktifkan
putamen dan insulna yang sama didalam otak manusia. Kesamaan ini dapat
menjelaskan mengapa cinta dan benci begitu erat terkait satu sama lain. Benci sering membuat seseorang tampak tidak
rasional dan dapat menyebabkan individu melakukan tindakan heroik dan
kejahatan, begitu juga dengan cinta. Karena
keduanya memang mengaktifkan sirkuit yang sama. Sirkuit benci dan cinta didalam
otak ditemukan mencakup struktur-struktur yang penting untuk menghasilkan
perilaku agresif dan menerjemahkan emosi marah menjadi tindakan. Ini juga
melibatkan bagian dari korteks frontal yang penting untuk memprediksi tindakan
orang lain.
Lucunya meski keduanya diolah
didalam sirkuit otak yang sama, namun benci bergerak dengan cara yang berbeda
dari cinta. Hal yang berbeda adalah,
sementara cinta menyebabkan penonaktifan area yang terkait dengan penilaian,
kebencian tidak memiliki efek yang sama. Artinya, semakin benci kita dengan
seseorang, semakin kita akan menilai detail seseorang yang kita benci sehingga
kebencian semakin meningkat.
Itulah kenapa seorang haters selalu mencari-cari sisi negative dari yang dibencinya, meski itu sebenarnya tidak penting dan terkesan dibuat-dibuat. Sementara cinta menonaktifkan area otak untuk menilai. Itulah kenapa dikatakan cinta itu buta, asal sudah cinta, bagaimanapun buruk dan baiknya tidak akan berpengaruh kepada yang mencintai, karena memang tidak terlihat.
Itulah kenapa seorang haters selalu mencari-cari sisi negative dari yang dibencinya, meski itu sebenarnya tidak penting dan terkesan dibuat-dibuat. Sementara cinta menonaktifkan area otak untuk menilai. Itulah kenapa dikatakan cinta itu buta, asal sudah cinta, bagaimanapun buruk dan baiknya tidak akan berpengaruh kepada yang mencintai, karena memang tidak terlihat.
Jadi inilah bedanya cinta dan benci didalam otak manusia. Hal
paling mudah untuk menentukan apakah kita memiliki otak benci atau otak cinta adalah dengan mengukur seberapa penting aktifitas “penilaian” didalam
hidup kita. Aktifitas penilaian selalu terkait dengan diri yang menilai keluar
dan diri yang menilai kedalam. Kami memiliki cara tersimpel untuk menjawab apakah
kita memiliki otak benci atau otak cinta. Caranya memang sangat simpel, yaitu
hanya dengan MENONTON.
Kebanyakan kita senang sekali menonton tayangan
berita, infotaiment, chennel youtub dan begitu juga menonton pergerakan hidup orang lain. Dari menonton kita pun mulai menilai seluruh isinya. Apa isi dari tayangan itu yang paling
menyenangkan, selain tentang hal-hal buruk yang terjadi bukan? Kadang kita tidak menonton untuk mengambil pelajaran, melainkan hanya untuk menilai.
Hati-hati kalau ini terjadi didalam diri kita. Jangan mengasah otak kita menjadi otak benci, dengan terus membiarkan dia melakukan penilaian dan penilaian.
Hati-hati kalau ini terjadi didalam diri kita. Jangan mengasah otak kita menjadi otak benci, dengan terus membiarkan dia melakukan penilaian dan penilaian.
Sahabatku… Menilai, menilai, menilai, dan menilai. Seberapa
sering kita menilai segala hal diluar diri kita dan didalam diri kita sendiri
“Saya tidak sekaya dia”, “Dia lebih pintar dari saya”, “Dia sangat agamis yaa,
tidak seperti saya”, “Anak saya nakal dan tidak sepintar anak dia”, “Suami saya
tidak romantis begitu”, “Istrinya cantik sekali, tidak seperti istri saya”,
“Heran kenapa dia selalu tampil modist, gimana yaa saya bisa tampil modist
juga”, “Dia sangat berdosa, saya lebih sholeh darinya”, “kasihan kelompok itu
tersesat”.
Pikirkanlah sekali lagi, apa artinya diri kita dengan
seluruh penilaian-penilaian itu? Bisakah kita memilih melewati satu hari dengan
menjadi netral tanpa penilaian apa-apa, bahkan untuk sesuatu yang kita nilai.
Baik itu menilai kedalam diri maupun keluar diri? Bisakah kita memilih untuk
mengganti apapun yang kita nilai hanya sebagai wujud asli keseimbangan hidup?
Bisakah kita memilih untuk menilai segalanya dengan sifat penuh pemakluman?
Sahabatku… Saat kita memilih memiliki otak cinta, berarti kita
harus berubah menjadi netral dan berhenti menilai, artinya kita mulai
menghormati iman kita kepada SANG PENCIPTA. Kalaulah DIA menghormati tiap layar
kehidupan, dengan terus memberi kehidupan, lalu kenapa kita tidak? Apapun kehidupan
yang kita nilai, itu adalah bersumber dariNYA. Hanya dariNYA segala-segalanya
berasal. Lalu kenapa kita tidak melihat segalanya sebagai sumberNYA?
Salahkah kalau benci kalah dan lengser dari otak kita dengan
jelas, karena kita memilih untuk mencintai segala yang diciptakan oleh SANG
PENCIPTA? Salahkah kalau kita memilih memiliki otak cinta, karena kita memilih
untuk mencintai segala yang diciptakan oleh SANG PENCIPTA?
Sahabatku… Mulai sekarang saat mulai menilai apapun, jangan
hanya melihat objek itu sebagai sesuatu yang harus kita nilai. Namun lihatlah
kebesaran SANG PENCIPTA yang menghidupkan segalanya. SANG PEMBUAT yang membuat
segalanya. Lihatlah juga bahwa SANG PENCIPTA tetap menghidupkan tanpa penilaian
apa-apa. Lihatlah juga bahwa segala yang telah dan akan dinilai itu adalah
buatanNYA. Beginilah cara kita memetik pelajaran dari apa yang kita tonton.
Kami yakin, otak kita adalah otak cinta, penuh dengan cinta
yang mengalir dalam kenetralan semesta. Kita memancarkan cinta yang memeluk bumi
dan seluruh makhlukNYA dengan senyuman kebahagian. Kita adalah cinta dan
cintaNYA.
Salam Semesta
Copyright © www.PesanSemesta.com