Kita harus melatih pikiran dengan
disiplin agar dia menjadi setingkat lebih kuat dari emosi. Tapi bagaimana cara
melatihnya – Bukankah emosi adalah hasil dari pikiran juga?
Banyak orang yang pergi ke gym,
rutin ber yoga, berlatih seni bela diri, menelan suplemen mahal, semua
dilakukan dengan tujuan agar memiliki jasad yang kuat. Sejak dahulu memang
menjadi kuat sudah menjadi sebuah kebutuhan. Setiap kita pasti tidak akan
menolak untuk menjadi kuat. Namun fokus mengolah tubuh saja tidaklah cukup.
Boleh saja tubuh kita kuat, tapi kalau tidak dibarengi dengan pikiran yang
kuat, maka dijamin kekuatan tubuh tidak akan bertahan lama. Bukankah banyak
mereka yang bertubuh kuat, namun saat ditimpa masalah dalam hidupnya langsung
menjadi lemah, memiliki amarah yang tidak terkendali, hidupnya berujung karena
bunuh diri, dan hidup dengan membawa beban perasaan yang terus membelenggu.
Tubuh mereka kuat, tapi pikiran mereka tidak. Pikiran mereka setingkat lebih
rendah dari emosi mereka. Akhirnya mereka selalu kalah menghadapi emosi mereka.
Manusia butuh kekuatan lain juga
yang disebut kekuatan pikiran. Kekuatan tubuh yang tidak disertai kekuatan
pikiran, hanya akan menjadikan manusia menjadi korban emosi dan lemah jiwa.
Saat jiwa lemah, maka kekuatan tubuh sekuat apapun sama sekali tidak akan
menolong. Kekuatan pikiran itu bukan sekedar mendapat nilai A+ atau kemampuan
memecahkan aljabar. Melainkan kemampuan membangun shield baja saat emosi mulai
menyerang dan mengelola emosi yang datang tersebut menjadi hal positif bagi
diri. Jelas kekuatan pikiran yang satu ini butuh latihan yang lebih susah dari
sekedar latihan fisik. Tapi tenang saja, dengan melatih pikiran kita secara
disiplin untuk menghadapi emosinya. Lambat laun pikiran kita akan mendapatkan
kekuatannya.
Menjadi jelas sekarang kalau
kekuatan jiwa Anda didapat dengan kerja keras pikiran Anda membangun shield dan
mengelola emosinya. Tapi tidak kah Anda kritis, untuk bertanya; kenapa harus
dengan pikiran? Jawabnnya sederhana, karena emosi juga berasal dari pikiran.
Emosi datang dari pikiran bawah sadar. Untuk memahami konsep pikiran bawah
sadar secara singkat maka, anggap saja itu bagian dari otak Anda yang mengelola
semua hal yang tidak Anda sadari.
Contohnya saat Anda mendengar
berita teman Anda meninggal. Dia menabrak pohon dan motornya hancur tak karuan.
Sementara teman Anda terpental puluhan meter ke tengah jalan dan terlindas
truck pengangkut bahan bakar. Dikabarkan bahwa teman Anda badan remuk dengan
otak yang berceceran di atas aspal. Istrinya yang sedang hamil empat bulan
hanya bisa menunduk dipojokan kamar jenazah, sambil terus memeluk anak pertama
nya yang masih berumur tiga tahun.
Saat membaca paragraph contoh
diatas, jantung Anda mulai berdetak kencang dan Anda bernapas. Pikiran Anda
mulai membayangkan adegan-adegan dan memunculkan emosi-emosi tertentu tepat
didalam pikiran Anda. Meski Anda tahu ini sama sekali tidak nyata, ini hanyalah
contoh untuk membuktikan bahwa emosi tidak muncul karena benar-benar ada.
Melainkan karena pikiran bawah sadar kita ter-trigger. Meski kita tidak pernah secara sadar memunculkannya,
pikiran bawah sadar memang selalu mengurus segala prosesnya secara otomatis,
tanpa sedikit pun membuat kita repot. Pikiran bawah sadar Anda mengumpulkan
data, mengurutkan fakta, menentukan emosi yang cocok yang harus dipicu dan
kemudian mengirimkannya kepada Anda. Itu sebabnya Anda terkadang berpikir bahwa
emosi keluar entah dari mana. Hanya saja Anda tidak sadar ketika sedang
dipersiapkan. Diri Anda sendiri yang mempersiapkannya.
Ke-otomatisan yang justru membuat kita repot karenanya. Apalagi
kalau kita tidak mengetahui hal ini, dan menganggap bahwa segala emosi itu
adalah nyata, padahal tidak. Pikiran kita sendiri yang telah membuatnya dan
menyajikannya untuk kita rasakan. Menjadi sangat logis sekarang bukan, kalau
kita memang harus memiliki kekuatan pikiran untuk menghadapi, musuh dalam
selimut kita. Meski tidak selalu emosi itu adalah hal yang negative, tapi tetap
kita harus memiliki kekuatan untuk menghadapi segala emosi, baik positif
ataupun negatif. Karena dengan kekuatan pikiran kita nantinya akan mampu
merubah emosi negative menjadi positif.
Pertanyaan emasnya adalah
“Bagaimana cara melatihnya?” Kalau begitu mari kita mulai latihannya sekarang.
>> Latihan 1 : Latihan untuk tidak mengulang
Berjanjilah pada diri sendiri
bahwa ini tidak akan terjadi lagi. Saat kita harus berhadapan dengan satu emosi
yang menjengkelkan. Maka langsunglah membuat janji kepada diri sendiri, bahwa
cukup kali ini Anda merasakan ini. Misal, pacar yang menghina Anda didepan
orang lain. Tentu rasanya tidak akan enak, betapa sakit hatinya Anda. Nah,
jadikan rasa sakit hati Anda itu yang terakhir. Kedengarannya memang terlalu
ekstream, tapi kalau kita melakukan hal yang berulang-ulang. Sama saja seperti
kita mengajarkan pikiran bawah sadar kita produk baru dan menjadi nyaman
dengannya. Tentunya Anda memiliki pilihan yang berdasarkan akal, bukan sekedar
emosi yang dituruti. Inilah yang menjadi jawaban, kenapa ada sebagian orang
yang nyaman dengan rasa yang sama sekali tidak membuat nyaman. Itu tidak lain,
karena pikiran bawah sadarnya sudah terasah untuk menerima ketidaknyamanan itu.
Saking menerimanya sampai-sampai akalnya terus menerus di ingkari.
>> Latihan 2 : Latihan untuk belajar bangkit
Setelah Anda memilih untuk hanya
cukup satu kali, langkah selanjutnya adalah bangkitlah. Manusia tidak disetting
untuk menjadi korban. Jangan menjadi tidak berdaya, meski rasanya memang sangat
lelah. Tapi tetap belajarlah untuk bangkit, meskipun tidak sempurna, paling
tidak diri Anda sedang mendidik pikirannya sendiri. Ajari pikiran Anda kalau
Anda kuat dan tidak akan kalah tentang hal ini. Jadi alih-alih menangis,
hapuslah air mata Anda dan mulailah belajar. Otak memiliki kemampuan
neuroplasticity, yaitu kemampun otak untuk belajar hal-hal baru untuk menjadi
diri yang baru. Jadi, dengan belajar, kita seperti memberikan
rangsangan-rangsangan positip pada sel otak yang bersifat "plastic"
itu. Dan, dengan stimulasi terus menerus seperti itu, otak juga akan beradaptasi
sesuai dengan rangsangan-rangsangan positip yang diterimanya.
>> Latihan 3 : Latihan untuk menerima merubahan
Secangkir kopi panas lambat laun
akan menghangat. Sebongkah es lambat tapi pasti akan mencair. Perubahan adalah
keniscayaan. Kehidupan Anda yanga nyaman, bisa hancur dalam sekian detik. Itu
adalah hal yang wajar. Perubahan adalah hal paling wajar kalau Anda bisa
melatih diri untuk menerimanya secara wajar juga. Belajarlah untuk merespons
perubahan dengan cepat dan tepat. Sama seperti kopi dimeja Anda yang sekarang
sudah dingin karena perubahan. Kita tidak akan pernah bisa menyelesaikan
masalah sebelum Anda belajar bagaimana menerimanya terlebih dahulu. Beberapa
orang tetap terjebak dalam fase tawar-menawar di mana mereka terus berusaha
menolak apa yang terjadi pada mereka. Orang-orang itu tetap terjebak untuk
waktu yang sangat lama sampai mereka benar-benar menerima apa yang terjadi pada
mereka.
>> Latihan 4 : Latihan untuk tidak lari
Jangan berlari dari pikiran
apapun. Karena pikiran itu tetap disana, sampai Anda mengerti kenapa pikiran
itu harus ada disana. Hidup ini adalah perputaran sebab-akibat. Selama ada
sebab maka disitulah selalu ada akibat. Latihlah pikiran kita untuk berada
disituasi apapun. Baik itu menyenangkan ataupun tidak. Ini memang tidak pernah
mudah. Ego kita selalu tersetting untuk senantiasa mencari titik nyaman.
Bagaimana kita menghadapi mereka yang meremehkan kita dan tersenyum tulus
dihadapan mereka, tidak akan semudah membalikkan telapak tangan. Pada awalnya,
memang iya. Tapi setelah kita berhasil memiliki kekuatan mental. Itu akan
senantiasa menjadi pilihan yang akan kita pilih. Anda takut, tapi Anda berani
menghadapi rasa takut Anda. Begitulah kira-kira maksudnya.
>> Latihan 5 : Latihan membuat respon
Selama ini kita belajar merespon
emosi dari luar. Seorang anak belajar merespon emosi dari orang tuanya. Dia
memperhatikan bagaimana orang tuanya saat marah, bahagia, memiliki masalah dan
lainnya. Beranjak besar, dia mulai memperhatikan lingkungannya dan mulai
mengamati bagaimana lingkungannya merespon emosi. Kenyataannya tidak ada yang
namanya emosi buruk, karena emosi itu adalah energi. Energi hanya bisa berubah
bentuk. Jadi, cara Anda merespon energi itulah yang bisa menghasilkan output
nilai positif atau negatif.
Seperti ini ceritanya, dahulu
Ayah Anda pulang kantor dengan kondisi lelah, lalu dengan kelelahannya itu Ayah
Anda berucap “Jangan ganggu ayah, ayah cape kerja seharian cari uang buat
kalian. Sekarang ayah cuma mau istirahat. Kalian jangan bersisik mainnya!”
Lalu ada cerita lainnya, dahulu
Ayah Anda pulang kantor dengan kondisi lelah, lalu dengan kelelahannya itu Ayah
Anda berucap “Nak, Ayah cape banget pulang kantor, tapi Ayah tetep semangat
cari uang buat kalian. Karena ayah sayang sama kalian. Ayo sini main sama ayah,
tapi sambil pijitin ayah donk!”
Emosi si ayah sama, yaitu LELAH
sehabis pulang kerja. Tapi bagaimana cara si ayah merespon rasa lelahnya lah
yang menjadikan akhir ceritanya berbeda. Saya yakin Anda sudah
meng-imajinasikan bagaimana akhir cerita dari dua kejadian diatas, yang pertama
berakhir negatif dan yang kedua berakhir positif.
Intinya, kita memiliki kekuatan
penuh untuk memilih bagaimana perasaan yang akan kita rasakan dengan memilih
bagaimana kita meresponnya. Pancarkan selalu vibrasi positif, untuk
mendatangkan feedback yang sama. Semesta tidak akan pernah salah menilai.
Latihan 6 : Latihan mendekat
Pikiran Anda adalah dekat, tapi
ada yang lebih dekat dari pikiran Anda. Tahukah Anda siapa itu? Dialah SANG
MAHA. pikiran Anda. Sahabatku… Apabila ada seseorang datang kepadamu dan
bertanya “Dimanakah DIA berada?” maka jawablah “DIA DEKAT”. Lantas orang
tersebut akan meminta penjelasan, dan beginilah penjelasannya sahabatku…
Sahabatku… Sebuah keagungan
apabila kita mampu menunjuk sebuah tempat didalam hidup ini, baik diatas,
dibawah, didepan, dibelakang, dikanan, dikiri atau disudut manapun untuk
berkata “Disanalah DIA berada”. Sungguh benar-benar keagungan, sayangnya kita
belum-lah memiliki keagungan itu. Akhirnya ketika kita bertanya dimanakah DIA
berada, kita hanya mampu menjawab “DIA DEKAT” dengan penjelasan yang
sungguh-sungguh-sungguh sangat sederhana, karena memang kita sekecil ini untuk
menjawab sesuatu yang MAHA BESAR.
Dengan kelembutan coba
letakkanlah telapak tangan diatas jantung kita sahabatku... Berdetakkah?
Pastinya masih berdetak. Apakah kita yang mengatur, mensetting dan berkehendak
atas detak jantung itu? Jawabannya tidak. Jelas setiap yang dihidupkan tidak
bisa mengatur, apalagi mensetting, apalagi berkehendak atas detak jantungnya
sendiri. Lalu coba jawab sahabatku… Apakah tangan kita dekat dengan jantung
kita? Jawabannya iya. Tapi mana yang lebih dekat tangan Anda yang merasakan
detak jantung itu atau kulit, otot atau tulang rangka yang menyelimuti jantung
itu? Jawabannya bagian jasad yang menyelimuti jantung itu yang lebih dekat,
bukan begitu? Tapi faktanya bukan jantung saja yang hidup, tulang rangka, otot,
kulit serta tangan itu pun dihidupkan olehNYA.
Jadi bagian mana yang paling
dekat? Salahkah kalau kita menjawab DIA adalah dekat? Salahkah kalau kita
menjawab DIA SANG PENGHIDUP, SANG PENCIPTA, SANG PEMBUAT adalah DEKAT? Begitu
dekatnya sampai-sampai kita tidak mampu merasakan yang dekat dan mencari yang
jauh.
Sahabatku… Mulai sekarang saat
seseorang bertanya ‘Dimana DIA?’ maka cukup letakkanlah telapak tangan Anda
keatas jantung dan jawablah “DIA lebih dekat dari ini”
Dalam hidup ini kita selalu diajarkan bahwa
DIA adalah keagungan yang tidak pantas mendapatkan tempat yang buruk. Akhirnya
kita selalu menunjuk ketempat yang baik dan berkata DIA ada disana dan DIA
tidak berada ditempat yang buruk. Ini terjadi hanya karena kita melihat itu
adalah sesuatu yang buruk dengan penilaian penglihatan kita, dan itu membuat
kita berkata “Yang buruk datangnya dari
manusia dan yang baik datangnya dariNYA”. Lalu akhirnya membuat kita lupa,
bahwa di dalam keburukan yang menurut penilaian penglihatan kita buruk tetap
ada pula yang dekat DIA SANG PENGHIDUP, SANG PENCIPTA, SANG PEMBUAT.
Mulai sekarang percayalah DIA
dekat. Saat segala emosi berkecamuk didalam pikiran Anda, dan Anda mencoba
untuk membangun shield baja saat emosi mulai menyerang dan mengelola emosi yang
datang tersebut menjadi hal positif bagi diri. Maka ingtlah kalau Anda tidak
melakukannya sendirian. DIA ada bersama Anda.
Sahabatku… Kekuatan mana lagi
yang kita butuhkan selain kekuatanNYA. DIA SANG MAHA PEMBOLAK-BALIK pikiran
tentunya bisa mengangkat Anda dari kelemahan menjadi kekuatan. Percayalah
kekuatanNYA tidak terbatas, dan tidak akan pernah habis, hanya karena Anda
memintanya sedikit. Setelah Anda melatih diri, maka barulah Anda meminta.
Artinya Anda berserah diri atas segala latihan Anda dan menyerahkan hasilnya
hanya kepadaNYA.
Salam Semesta
Copyright © www.PesanSemesta.com