Sahabatku… Ini memang kasar,
namun jangan dulu tersinggung sebelum kita membaca alasan scientificnya dibawah
ini :
Kemarahan muncul sebagai isyarat
bahwa seseorang layak didengarkan. Kemarahan kita mungkin adalah pesan, bahwa
kita sedang terluka, bahwa hak-hak kita dilanggar, kebutuhan atau keinginan
kita tidak terpenuhi secara memadai, atau hanya bahwa ada sesuatu yang tidak benar
telah terjadi.
Hanya saja kalau kita pikir
amarah bisa menyelesaikan segelanya. Justru kita salah besar. Amarah malah
tidak menyelesaikan apa-apa selain mengembalikan otak mansuia kita menjadi otak
binatang.
Kalau dilihat melalui
fungsionalitasnya, otak manusia terbagi dalam tiga bagian yang masing-masing
bagian memiliki fungsi kompleksnya. Kami menyebutnya OTAK TRITUNGGAL.
*PERTAMA : OTAK PRIMAL atau OTAK
REPTIL*
Merupakan bagian otak yang
mengatur dasar-dasar manusia dalam bertindak dan ego manusia. Dalam peta otak,
otak primal menempati posisi di otak kecil dan batang otak. Otak primal ini
bertanggung jawab atas segala pergerakan didalam jasad dan aktifnya survival
mode, yaitu fungsi bertahan hidup yang paling mendasar dari jasad manusia.
Otak primal hanya memiliki
serangkaian respons perilaku yang terbatas yang dapat dipicu oleh pemicu
eksternal tertentu. Contoh-contoh respons perilaku dasar ini adalah: dominasi,
agresi, mencari jodoh, ibadah, seks, ketakutan, kekakuan, keterpaksaan,
obsesif, keserakahan, dan ketundukan. Itulah kenapa otak primal ini tidak bisa
menunjukkan belas kasihan dan tidak bisa berpikir.
*KEDUA : OTAK EMOSIONAL*
Bagian kedua adalah otak emosial.
Merupakan rumah bagi emosi, nilai, ingatan dan membaca isyarat nonverbal yang
memungkinkan seseorang untuk memahami apa yang mereka lihat dengan
memodelkannya di otak mereka. Otak Emosinal menghasilkan perilaku
bersosialisasi kita dan membuat kita suka bersosialisasi dan kooperatif.
Banyak kualitas yang diperlukan
untuk integrasi sosial mungkin dihasilkan di sini. Karenanya sistem ini
mendorong perilaku kooperatif, altruistik, dan tanpa kekerasan. Masalahnya
adalah, interaksi sosial dapat bersifat positif dan negatif. Digabungkan dengan
otak Reptil interaksi ini dapat menyebabkan aneka emosi dan sifat perilaku yang
terlalu emosional.
*KETIGA OTAK RASIONAL*
Tanggung jawab utama dan
menyeluruh dari neokorteks adalah untuk menentukan apa yang sedang terjadi di
dunia luar. Otak rasional atau neocortex itu ibarat otak "pintar"
manusia. Bagian eksekutif dari sistem yang bertanggung jawab untuk semua
aktivitas sadar tingkat tinggi.
Berkat neokorteks memungkinkan
kita melakukan banyak hal, seperti menulis dan berbicara, berinteraksi sosial,
dan merenungkan secara filosofis tentang makna hidup. Pengambilan keputusan,
penalaran, dan pemecahan masalah.
Sampai disini “Otak primal
memiliki prinsip; Anda mendominasi yang lain, atau Anda akan didominasi oleh
yang lain”
Jika kita tidak memiliki Otak primal
tanpa neokorteks (otak rasional) dan sistem limbik (otak emosional), maka kita
akan menjadi seperti binatang liar yang hanya mempertahankan wilayah dan
kebutuhan diri sendiri. Persis sesuai dengan penamaannya, otak reptile.
Inilah pula alasan sebagian
ilmuan masih ada yang percaya kalau otak kita merupakan evolusi dari otak
hewan. Karena memang ada kesamaan antara kesamaan struktur otak primal manusia
dengan hewan, meski otak manusia tetap memiliki kompleksitasnnya tersendiri.
Apalagi fakta kalau kita masih memiliki dua bagian otak yang masih terkoneksi
lainnya.
Makanya otak primal manusia
memang TIDAK tercipta untuk berdiri dan berfungsi sendirian tanpa bagian otak
lainnya, yaitu otak emosional dan otak rasional. Masalah akan terjadi apabila
salah satu dari tiga otak ini tidak bekerja bersamaan dalam porsi yang
seimbang. Sebagaimana yang terjadi saat kita marah.
“Amarah mengaktifkan otak reptile dan otak emosional menjadi semakin
aktif dan menghiraukan otak rasional. Padahal kita justru membutuhkan otak
rasional untk menyelesaikan penyebab masalah dari amarah-amarah kita”
Pada tingkat dasar agresi, emosi amarah
dapat ditimbulkan oleh hipotalamus dan amygdala --- otak emosional. Sementara
penyebab dari marah sendiri ditimbulkan oleh otak primal yang tidak terpenuhi
kebutuhan dasarnya.
Faktanya, otak primal dan otak
emosional yang bekerja terlalu aktif. Menutup kesempatan otak rasional yang
seharusnya mampu kita gunakan untuk memikirkan dan memberi jawaban atas
masalah-masalah yang dihadapi otak primal dan emosi yang dihadapi otak
emosional.
Padahal kita harus ingat otak
primal tidak bisa berpikir, dan otak emosional hanya bisa memikirkan hal-hal yang
berbau perasaan. Akhirnya kita sukses berada didalam pusaran badai yang
merenggut kesadaran kita tanpa sasaran arah yang jelas.
Akhirnya kita hanya bisa mengeluh
betapa susah hidup dan betapa merananya perasaan kita tanpa pernah berpikir
bagaimana solusinya.
Itulah kenapa sekian banyak jilid
demo tidak akan pernah membuahkan hasil yang signifikan, apabila tidak
ditengahi oleh sekelompok netral yang masih bisa mengaktifkan dan menggunakan
otak neocortex mereka dengan bijak untuk mencari titik temu dari masalah kedua
otak ini.
Sahabatku…
Hidup adalah pilihan, bagaimana
dan dimana kita menempatkan otak kita adalah pilihan individu. Karena otak kita
adalah otak kita. Jadikanlah sifat sosialisme kita memfungsikan diri kita
sebagai manusia yang bermartabat sesuai dengan takdir otaknya. Ajarkan kepada
generasi muda kita yang masih memerlukan kelogisan kerja otak, untuk membangun otak
mereka dalam kenetralan. Ajarkan bahwa amarah bukanlah solusi. Amarah justru
menjauhkan dari solusi.
Amarah hanyalah pelampiasan ego
yang belum terpenuhi kebutuhannya. Pertanyaan utama kita sendiri adalah :
MAMPUKAH KITA MELAMPIASKAN AMARAH UNTUK MENYELESAIKAN SUMBER AMARAH ITU? MANA
YANG LEBIH PENTING BERJILID-JILID AMARAH ATAU SATU SOLUSI MATANG?
Kami memiliki satu kisah dari
negeri para kucing untuk direnungi.
Alkisah di negeri para kucing…
Suatu hari seekor kucing hitam mendapat tangkapan seeokor tikus gemuk. Dia membawa
tikus itu dengan mulutnya. Tiba-tiba datang dua ekor kucing lainnya meminta
jatah. Seekor kucing putih memanas-manasi si kucing dan ternyata dia berhasil. Si
kucing hitam pun marah dan membuka mulutnya untuk berteriak. Dalam sekejap
seekor kucing abu-abu yang sedari tadi diam langsung menangkap tikus yang dengan
sengaja dilepaskannya itu. Kucing putih yang membuat marah itu pun lari bersama
si kucing abu-abu sambil membawa tikus. Mereka berdiri dibawah pohon dan
membagi dua jatah tangkapannya. Memakannya dalam kedamaian sampai kenyang. Sementara
diujung gang lain kucing hitam sedang meratapi amarahnya.
Sahabatku… Kita bukan kucing
hitam itu bukan?
Copyright © www.PesanSemesta.com