Kebakaran hutan sudah menjadi
kiamat. Tsunami sudah menjadi kiamat. Banjir sudah menjadi kiamat. Gempa beberapa
menit sudah menjadi kiamat. Asap tebal, kekeringan, kerusakan lahan tanam,
rusaknya ekosistem semuanya sudah menyiksa seperti menjemput kiamat. Ketahuilah
kiamat bagi penduduk bumi adalah kehancuran bumi itu sendiri dan itu sangat
mudah dibuat.
Tentunya sebagai khalifah bagi
bumi kita memiliki andil besar dalam penentuan nasib bumi ini. Jadi jangan
dahulu mengartikan kiamat sebagai hari akhir yang ditakdirkan SANG PENCIPTA,
sebelum kita mengintrospeksi diri kita sendiri. Sekali lagi, nasib adalah hukum
sebab-akibat. Jadi sekarang kita akan berpikir ulang tentang kiamat-kiamat yang
sengaja telah kita buat sendiri.
Sahabatku… KIAMAT itu sifatnya
relatif. Hanya ada satu kiamat bagi SANG PENCIPTA, yaitu kehancuran SEMESTA. Namun
bagiNYA sendiri itu bukan kiamat. Karena apa susah bagiNYA memusnahkan apa yang
bahkan menciptakannya pun tanpa susah. Kalau menciptakan bukan kesusah payahan,
apalagi dengan memusnahkan. Jadi bebas-bebas saja SANG PENCIPTA menciptakan
KIAMAT SEMESTA.
KIAMAT SEMESTA adalah hak SANG PENCIPTA tanpa perlu sebab akibat apapun dari makhluk.
Bumi hanyalah
sebagian kecil dari semesta. Bumi hanyalah planet kecil yang mengambang di tata
surya dan di satu galaksi kecil yang bernama Bima Sakti. Kalau kita hancur,
maka tidak ada sedetik pun bagi kita untuk mengamati bahwa mungkin saja
planet-planet lain ternyata tidak hancur. Bahwa hanya kita saja yang hancur,
sementara semesta yang lain masih utuh.
Jadi jelas kiamat bagi bumi
adalah rencana lain yang tidak masuk kedalam KIAMAT SEMESTA. Karena saat KIAMAT
SEMESTA terjadi maka segalanya akan musnah. Meski saat kiamat bumi segalanya
bagi kita akan musnah, tapi tidak segalanya bagi semesta. Jadi kita jangan dahulu
terlalu percaya diri kalau kita ini benar-benar penting. Satu Bumi tidak lebih
seperti setitik debu apabila dilihat dari luar galaksi Bima Sakti.
Sahabatku… Kalau kita mau berpikir jernih dalam kenetralan. Ternyata sangat mudah atau bahkan terlalu mudah bagi kita untuk membuat kiamat bagi bumi ini. Karenanya jangan membuat kiamat. Kita terlalu kecil untuk menerimanya. Meski kita tidak pernah terlalu kecil untuk membuatnya.
Kita semua tahu bagaimana caranya membuat
kiamat, kita bisa mencari 10 hal yang mampu membuat kerusakan bagi bumi di
google. Tapi kita semua sama-sama tahu itu terlalu mudah dibanding bagaimana
menghindarinya.
Jadi sahabatku… Mohon untuk tidak
menjemput nasib buruk, kalau memang tidak berani menanggung akibatnya. Sama seperti
bermain api, jangan bermain api kalau tidak tahan panas apinya. Dan sekali lagi
saat akibatnya muncul, maka janganlah buru-buru menyalahkan SANG PENCIPTA. Tetapi
mulailah berintrospeksi dan memperbaiki diri.
Diri itu bukan dengan menunjuk
keluar tapi kedalam. Diri adalah diri kita masing-masing. Mulailah dari diri
yang sadar untuk tidak membuat kiamatnya sendiri. bersama-sama kita pasti bisa.
Energy yang berkumpul dalam kebersamaan selalu lebih kuat. Mari kita jaga bumi
kita ini dengan selalu melakukan sebab terbaik, untuk akibat terbaiknya.
Akhir kata sahabatku… Jangan dahulu
membayangkan kemunculan asteroid yang menghantam dan menghancurkan bumi, meski
itu bisa juga terjadi dengan mudah. Karena ancaman kiamat bagi bumi yang
terbesar justru dari penghuni bumi yang terus menerus membuat kiamat bagi
dirinya sendiri.
Jadi sampai kapan kita akan sadar
untuk berhenti membuat kiamat bagi bumi ini? Sampai kapan kita sadar untuk
tidak membuat hari akhir kita sendiri?
Salam Semesta
Copyright © www.PesanSemesta.com