Setiap molekul air terbentuk dari
penggabungan dua atom hidrogen dan satu atom oksigen. Tidak lebih dan tidak
kurang. SANG PENCIPTA hanya memberikan satu atom oksigen dan tidak
melebihkannya. Apabila kita dengan sengaja merubah struktur atom air, maka air
tidak akan menjadi air.
Hal ini mengingatkan kita bahwa
segala dalam hidup ini memiliki takaran. Begitu pun juga dengan ego manusia.
Ego kita pun memiliki takaran. Saat kita melebihi takarannya, maka struktur
kita akan berubah, keseimbangan tidak terjadi, akhirnya manfaat dari ego tidak
terasa baik, justru memusnahkan. Inilah ego yang ter-hack.
Hal pertama untuk mengembalikan
kedamaian diri adalah dengan mengembalikan takaran ego kita pada angka yang
seharusnya. Sehingga kita kembali kepada struktur asal, kepada keseimbangan
asli, lalu ego pun akan berdamai dan memberi kedamaian sebagaimana fungsi
awalnya dibuatkan untuk manusia. Karena pada lapisan takdir yang sesungguhnya
ego dibuat bukan untuk menyakiti, melainkan untuk melindungi manusia.
Kalau diumpamakan ego itu awalnya
terkode seperti air. Sama seperti air, tawar, jernih, dan bening. Dibuat sesuai
kebutuhan manusia. Tapi air juga netral dan bisa menyatu dengan apa saja untuk
berubah.
Begitu juga dengan ego saat dia
sudah menyatu dengan ego yang lain, maka ego berubah – ego terhack. Sayangnya
98.9% manusia tidak sadar kalau egonya telah terhack. Kita merasa ego yang
terus merong-rong itu adalah ego kita yang sebenarnya, namun tidaklah demikian.
Ego tidaklah dibuat untuk
menyusahkan manusia. Apabila manusia sudah mulai kesusahan dengan egonya, berarti
itu adalah pertanda bagi kita untuk kembali memurnikan ego. Memurnikan ego
artinya mengembalikan kode-kode kita yang telah terhack sehingga ego kita
kembali menjadi ego murni.
Ego murni adalah ego jernih tanpa
hacking apapun, ego semesta begitulah kami menyebutnya. Ego semesta adalah satu
juta bundel kode pemrograman awal yang dibuat jernih, bersih, bening untuk
manusia. Tidak ada sedikit pun kesalahan dalam ego semesta. Jelas DZAT MAHA
tidak akan pernah salah membuat atau memberi. Segala takaran pastinya sudah pas
dan sesuai.
Apabila sekarang ego menjadi
suatu masalah bagi manusia, itu hanya karena ego manusia telah terhack. Hidup
adalah lingkaran sebab dan akibat. Manusia sering dengan sengaja melakukan
sebab-sebab yang menjauhkannya dari takdirnya sendiri. Padahal manusia memang
sudah ditakdirkan menjadi fitrah ego yang murni.
Jadi kita memang harus melakukan
langkah-langkah pemurnian kembali. Langkah pertama kita sebelum memurnikan ego
adalah menyadari diri dulu kalau ego telah terhack.
Kami menghadirkan 6 ciri-ciri ego
yang ter-hack. Pengetahuan kita akan ciri-ciri ini akan menjadi tolak ukur kita
dalam menilai diri sendiri untuk memperbaiki diri sendiri. Setiap semesta
memiliki kesadaran dan kemampuan untuk memperbaiki semestanya sendiri.
Pengetahuan adalah dasar dari segala kesadaran dan kemampuan.
1# Ego berada di atas akal:
Ego berada
diatas akal adalah saat ego sudah mulai mengabaikan akal. Ego adalah dorongan
pemenuhan, tanpa akal.
2# Ego menjadi keran bocor:
Manusia mulai menjadi budak ego. Seperti keran
bocor, Kita harus mencari wadah yang banyak untuk menampung segalanya. Tidak
terkendali. Akhirnya Kita menjadi budak dari pemenuhan ego-ego Kita.
3# Ego menghilangkan identitas:
Identitas
manusia bukannya ego, melainkan kesadaran. Kesadaran manusia akan dirinya
sendiri. Ego yang terhack akan menghilang kan identitas atau kesadaran manusia
itu sendiri. Manusia tidak lagi menjadi manusia. Karena itu ada istilah manusia
iblis. Bukan berarti ego manusianya yang salah. Tapi manusiannya yang
membiarkan kesadarannya terhack, sehingga ego menghilang kan identitasnnya.
Contohnya seseorang yang sudah tidak lagi menggunakan akal untuk men-filter
egonya, maka egonya akan menjadi keran bocor. Dia akan terus menerus menampung
egonya, sampai orang itu mulai kehilangan kesadaran diri yang sebenarnya, yang
ada di dalam kesadaran diri hanyalah, bagaimana agar goal (rasa pemenuhan ego)
terpenuhi. Dari sinilah muncul ciri yang ke -empat.
4# Ego menjadi keburukan bagi diluar dirinya:
Apabila
ke-tiga ciri di atas sudah dimiliki oleh
manusia, maka manusia tinggal menunggu yang keempat, yaitu ego menjadi
keburukan bagi yang diluar dirinya. Lingkungan mulai merasakan efek negatif
dari egonya. Misal seorang perokok, yang menjadikan lingkungannya perokok
pasif. Ini adalah ciri ke empat.
5# Ego memanipulasi keburukan:
Ego
memanipulasi keburukan yang diluar dirinya dengan kata-kata. Ini baik bagi
saya, akhirnya manusia lupa kalau mereka adalah semesta. Manusia mulai berpikir
ini adalah kebaikan baginya dan manusia mulai menghiraukan keburukan yang
dirasakan oleh yang di luar dirinya. Contoh ringan, membuang sampah di laut.
Mengambil terumbu karang, menjual binatang. Ego manusia memanipulasi keburukan
yang dirasakan oleh korban. Menjadi kebaikan bagi diri.
6# Ego menjadikan diri egois:
Ciri terakhir
dari nomor lima hanya akan menjadikan ciri keenam menjadi nyata. Manusia hanya
peduli dengan dirinya sendiri, tanpa mempedulikan sesama. Manusia menjadi
egosentris. Mementingkan diri, keluarga dan kelompoknya. Kepedulian sesama
hanya akan menjadi sesuatu yang menguntungkan baginya. Begitu juga saat
berhadapan dengan SANG MAHA dia menuntut apa yang bagi dirinya. Selalu tentang
dirinya, baginya, dan untuknya segala yang menyenangkan, menguntungkan, tanpa
mempedulikan orang lain.
Sahabatku… 1-6 adalah sebuah
proses. Dimanakah kita berada?
Sampai dimana-kah ego kita
berhasil ter-hack. Ingat bukan ego yang meng-hack diri Kita. Ego itu ibarat air
yang dibutuhkan untuk menghilang kan haus. Tidak ada yang buruk dari ego.
Sistem operasi manusia adalah kesempurnaan dan kebaikan buat manusia itu
sendiri.
Bagaimana ego kita ter-hack bukan
suratan takdir melainkan aliran sebab akibat yang mengalir dalam beberapa masa.
Lalu apa itu atau siapa itu yang meng-hack ego manusia? Kita akan membahas ini
lebih lanjut pada kesempatan berikutnya.
Akhir kata sahabatku… Kalau
berdiri didalam ujung lorong tanpa cahaya adalah menakutkan. Maka berdiri
diatas diri yang tidak mengenal dirinya justru lebih menakutkan. Tidak ada hal
yang lebih menakutkan dari diri yang tidak mengenal dirinya sendiri.
Ego adalah bagian diri yang tidak
akan pernah terhapus, namun hanya bisa terkendalikan. Kita butuh ilmu untuk
mengendalikannya. Dimulai dari pengetahuan menuju aksi dalam pemahaman. Teruslah
melangkah dan belajar bersamaNYA.
Salam Semesta
Copyright 2019 © www.PesanSemesta.com
#pesansemesta