Sahabatku... Dalam hidup ini,
meski untuk satu kali, pasti kita pernah memuji pikiran seseorang. Betapa cerdas,
bijaksana dan dalam pikirannya, dan mulai membandingkannya dengan diri kita
sendiri. Kenapa dia bisa berpikir begitu cerdas, dan kenapa kita tidak berpikir
secerdas dia?
Kenapa dia bisa berpikir begitu
bijaksana, dan kenapa kita tidak sebijaksan dia berpikirnya? Bagaimana bisa dia
berpikir begitu dalam, sementara kita tidak bisa mencapai kedalaman itu?
Pertanyaan-pertanyaan ini membuat kita minder, dan berkata “dia memang lebih
cerdas – bijak dan mendalam berpikirnya ketimbang saya! Otak dia lebih super
ketimbang otak saya”.
Tapi sebelum kita benar-benar
mengakuinya, bolehkah kami bertanya, benarkah seperti itu? Benarkah sebagian
manusia ditakdirkan untuk berpikir lebih unggul dibanding yang lainnya? Atau
ini hanya kesalah pahaman kita saja? – mari kita mencari jawabannya.
Tanpa pikiran, manusia tidak bisa
benar-benar dianggap ‘hidup’ secara bermakna. Itulah kenapa manusia susah payah
berangkat ke sekolah, banyak belajar, dan menjaga otaknya dari kerusakan. Itu
dilakukan hanya karena manusia was-was otaknya bermasalah, apalagi sampai
muncul tanda-tanda kegagalan berpikir.
Seorang ibu pastinya mengerti
betul arti coretan merah angka lima diatas kertas ulangan anaknya. Angka lima
itu ibarat pertanda untuk buru-buru mencekoki anaknya dengan suplemen kecerdasan
otak. Baiklah tindakan-tindakan ini tidak terlalu buruk. Hanya kesalahan besar,
kalau kita beranggapan otak adalah penentu kecerdasan pikiran manusia. Karena
faktanya otak sama sekali tidak akan membuat manusia mampu berpikir cerdas –
bijak dan mendalam.
Pada tulisan sebelumnya telah
disebutkan bahwa otak tidak menghasilkan pikiran. Otak membantu kita untuk
mengelola pikiran bukan membuatnya. Secara tradisional, para ilmuwan telah
mencoba untuk mendefinisikan pikiran sebagai produk dari aktivitas otak: Otak
adalah zat fisik, dan pikiran adalah produk sadar dari neuron-neuron yang
menembak.
Memang tidak diragukan lagi kalau
otak memainkan peran yang sangat penting. Tetapi pikiran kita tidak terbatas
pada apa yang ada di dalam tengkorak (otak) kita, atau bahkan jasad (seluruh
saraf) kita. Komponen utama dari pikiran adalah proses pengorganisasian diri
yang muncul, baik yang diwujudkan maupun yang bersifat relasional, yang
mengatur aliran energi dan informasi di dalam dan di antara kita.
Artinya, manusia
berpikir cerdas – bijak dan mendalam
karena kemampuannya melakukan langkah pengorganisasian, bukan karena bagaimana
otak atau jasadnya. Meski korelasi itu tetap ada, tapi korelasi itu tidak bisa
membuktikan bahwa manusia adalah korban dari otaknya. Justru otak dan jasadnya
lah yang menjadi korban dari pikirannya.
“Manusia berpikir melampaui
fisiknya.” – Pesan Semesta
Dengan kata lain, bagaimana
pikiran manusia bukan tentang bagaimana otak manusia, tapi bagaimana manusia
mampu melakukan pengorganisasian diri terhadap segala input yang diterima dalam
hidupnya. Pikiran bukan hanya kumpulan persepsi kita tentang pengalaman, tetapi
pengalaman itu sendiri. Ini berarti tanpa pengorganisasian diri yang optimal,
otak kita hanyalah otak, jasad kita hanyalah jasad. Persis sebagaimana bentuk
awal dia dibuat, tidak bertambah bagus atau buruk.
Tapinya itu jarang terjadi,
karena setiap otak manusia selalu berevolusi. Evolusi otak manusia didapat dari
prosesnya mengelola pikiran. Otak akan bertambah bagus apabila kita mampu terus
meningkatkan kualitas berpikir kita. Berarti semakin ruwet pikiran kita,
semakin otak kita bertambah bagus.
Kenapa bisa begini?
Pada otak manusia yang normal ada
sebuah alur besar yang disebut dengan fissures, alur kecil yang disebut dengan
sulci dan lipatan luar yang disebut dengan gyri yang mengikuti pola setiap
orang. Artinya, setiap manusia memilikinya tapi dengan pola yang berbeda. Pola
ini berubah ketika seseorang mulai berpikir.
Dalam proses berpikir, baik
melalui aktifitas belajar, membaca, memecahkan masalah, dll para peneliti
menemukan rangsangan-rangsangan yang diterima sinapsis. Sinapsis adalah neuron-neuron
yang saling berhubungan. Semakin banyak rangsangan yang diterima sinapsis
semakin banyak jumlah neuron yang terhubung dan menjadi aktif. Sementara
semakin banyak neuron yang terhubung dan menjadi aktif akan meningkatkan
kinerja otak manusia.
Ya, jadi intinya adalah pikiran—
pikiran dapat mengubah otak. Aneh kedengarannya, jadi bukan tentang otak kita
yang bodoh. Tapi tentang otak yang tidak dipakai akhirnya menjadikan otak kita
bukannya bodoh, tapi tidak berfungsi. Andaikan otak kita mau berfungsi, maka
pastinya ia akan cerdas – bijak dan mampu berpikir mendalam juga.
Semakin kita mempraktikkan
kebiasaan berpikir baru, semakin banyak neuron yang sama akan belajar untuk
bekerja sama dan saling bersatu membentuk sinapsis. Semakin ruwet atau banyaknya
sinapsis yang terbentuk di dalam otak seseorang, menunjukkan bahwa orang
tersebut sering memikirkan berbagai hal baru, sebagai rangsangan bagi neuronnya
sendiri.
Sampai disini, fakta ini
benar-benar menampar balik begitu banyak kesengsaraan di masyarakat kita yang
masih percaya kecerdasan berpikir sangat tergantung dengan otak. Padahal fakta
yang berlangsung adalah sebaliknya. Kecerdasan otak kita sangat tergantung
kemauan kita dalam berpikir.
Betul memang ada banyak suplemen
penambah neuron, namun jumlah neuoron yang makin banyak tanpa diiringi dengan
adanya aktifiatas sinapsis, maka hanya akan menjadi neurorn-neuron tak berarti
yang dalam beberapa waktu kemudian akan mati.
Sahabatku… Satu kata yang kita
pelajari dari tulisan kecil kita kali ini adalah ‘kemauan’. Setiap manusia
sudah ditakdirkan memiliki otak, dan sudah ditakdirkan pula memiliki kemampuan
berpikir. Dua paket berharga. Tapi bagaimana hasilnya (nasibnya) tergantung
dari hukum sebab akibat yang kita pilih berdasarkan kemauan kita sendiri.
Pada judul diatas tertulis AGAR
KITA TAHU SIAPA YANG BERKUASA SEBENARNYA; OTAK ATAU PIKIRAN? Jawabannya adalah
tidak keduanya, karena jawaban sebenarnya adalah KEMAUAN. Seberapa kuat kemauan
kita untuk berpikir, lalu karenanya kita mampu menguasai otak dan jasad kita
sendiri. Seberapa kuat kemauan itu sahabatku…?
Seorang pemimpin pastinya harus
memiliki kemauan yang kuat untuk berhasil. Sebagai pemimpin, tentunya kita
terlebih dahulu harus mampu melakukan kepemimpinan yang baik kedalam menuju
keluar. Lalu apa yang akan kita pikirkan untuk memaksimalkan anugerah
penciptaan ini?
Bagaimana kalau dengan mulai
memikirkan diri kita. Move in kedalam diri, merasakan semua kehidupan yang ada
didalam diri, mulai dari detak jantung, pernafasan, semua pergerakan dan
kehidupan didalam diri yang sebetulnya digerakkan oleh SANG PENCIPTA dan
bagaimana merasakan juga menyaksikan kinerja SANG PENCIPTA menghidupkan diri
kita. Dimulai dari dalam diri pikirkan lalu sadari secara menyeluruh bahwa kita
hadir disetiap kehidupan yang diciptakan oleh SANG PENCIPTA.
Bukankah ini akan membuat pikiran
kita penuh, lalu sebagai bonusnya otak kita menjadi setingkat lebih cerdas –
bijak dan mendalam dalam berpikir? Lanjutkanlah! Jangan berhenti berpikir
sahabatku…
Salam Semesta
Copyright © www.pesansemesta.com