Bentangan padang sahara didepan itu
terlihat sangat tidak bertepi. Bahkan siraman udaranya pun sudah sangat
menyilaukan. Berdiri disini saja sudah sangat melelahkan. Entah berapa langkah
kedepan lagi akan mampu bertahan. Perbekalan sudah tipis. Air dikendi hanya
tinggal dua teguk dan roti tinggal sekunyahan saja. Kalau ini habis maka yang
tersisa hanya kuda kehausan dan tuannya yang sengsara.
Sahabatku… Apabila diatas adalah
gambaran hidup kita, maka mampukan kita bertahan? Seberapa kuat kita akan bertahan?
Dan apa yang membuat kita mampu bertahan?
BERTAHAN adalah satu kata yang
terdengar penuh dengan perjuangan, tetesan darah, air mata dan ribuan peluh
keringat.
Mungkin saat ini kita sedang
bertahan dengan atasan yang kejam, pasangan yang menyakiti, usaha yang bangkrut,
penyakit yang menyiksa, keuangan yang sangat miskin atau hanya sedang bertahan
dengan kesadaran yang terus meningkat.
Apapun itu kami mengucapkan
selamat. Kita membuktikan diri bahwa kekuatan itu memang ada. Bukan karena kita
kuat. Namun karena kita diberi kekuatan untuk mampu bertahan. Kekuatan kita
adalah anugerahNYA dan bukan perasaan kita.
Berapa banyak mereka yang merasa kuat
dengan apa yang mereka miliki. Lalu saat apa yang mereka miliki itu hilang,
maka sekoyong-koyong kekuatan mereka pun hilang.
Namun tidak dengan kita saat
ini. Saat ini kita bertahan karena kita percaya dengan apa itu yang disebut
kabar baik. Kita percaya dengan anugerahNYA. Karena itu kita masih berharap kepadaNYA.
Harapan adalah kado kekuatan yang
berbungkus rapi. Kita tidak tahu kapan waktu yang tepat untuk membuka bungkus
kadonya. Namun kita percaya, kita tidak akan kecewa. Karena kita percaya. Kita
mempercayaiNYA, karena itulah kita menjadi kuat dengan harapan itu, kado yang
berbungkus rapih itu.
Maka apabila kami bertanya …
Mampukah kita bertahan? Kita menjawab : IYA, kita mampu bertahan.
Maka apabila kami bertanya …
Seberapa kuat kita bertahan? Kita menjawab : Sekuat kita mampu bertahan.
Maka apabila kami bertanya… Apa
yang membuat kita mampu bertahan? Kita menjawab : Kepercayaan kita kepadaNYA.
Kepercayaan kita kepadaNYA adalah
nafas-nafas harapan terdalam kita. Diri ini
percaya kepadaNYA bukan kepada dirinya sendiri. diri ini bertahan dan bergerak
dalam harapan perubahan dengan aksi-aksi gerakan yang bukan bergerak karena
dirinya sendiri, melainkan karena diriNYA.
Untuk bertahan kita hanya perlu menaruh harapan pada tempat seharusnya harapan itu diletakkan. Kalau diri ini hanyalah diriNYA maka tempat harapan itu memang sudah seharusnya diletakkan kepadaNYA juga. Hanya karenaNYA kita berharap dan hanya kepadaNYA kita meletakkan harapan.
Salam Semesta
Copyright © www.pesansemesta.com