Sebelumnya selamat hari ibu. Terimakasih
tulus dari kami karena telah menjaga ikatan antar semesta.
Sahabatku… Pahamilah paragraph-paragraf
dibawah ini dalam kenetralan dan kita akan menyadari kembali kalau ternyata IBU
& ANAK adalah sebuah kemuliaan ikatan yang agung antar semesta. Ikatan yang
selamanya terikat dan tidak terpisahkan asal usulnya.
Sampai disini ilmu pengetahuan
telah membuktikan kalau memang iya betul dan nyata ikatan antara IBU & ANAK
itu terjalin dengan sangat erat. Berikut kami menyampaikan beberapa diantaranya
:
1# Kita Memiliki DNA Mitokondria Ibu
Sahabatku… Tahukah kita kalau
seluruh sel mitokondria manusia hanya diambil dari gen wanita? Iya, seorang ibu
bertanggung jawab penuh atas bagus atau tidak bagusnya asupan energy sel. Bagus
tidaknya pembentukan jasad janin tergantung dari bagaimana ibu merekayasa DNA
mitokondria anaknya.
DNA mitokondria (mtDNA) adalah
materi genetik yang ditemukan di mitokondria. Ini diturunkan dari ibu ke anak
laki-laki dan perempuan, tetapi anak laki-laki tidak bisa meneruskan mtDNA ibu
mereka kepada anak-anak mereka. Ini karena mtDNA ditularkan melalui sel telur
wanita. MtDNA yang ditemukan dalam telur adalah non-rekombinan, artinya ia
tidak bergabung dengan DNA lain sehingga diturunkan secara virtual tidak
berubah melalui garis ibu langsung selama beberapa generasi.
Sahabatku…
Jadi kita mewarisi mtDNA Anda secara eksklusif dari ibu kita. Bukankah ini
adalah sebuah ikatan?
2# Kita Satu Nafas Dengan Ibu
Sahabatku…
Janin tidak menggunakan paru-parunya sendiri sampai kelahiran. Dahulu kita
tidak pernah bernafas secara mandiri kecuali dengan satu nafas bersama ibu
kita.
Janin tidak menggunakan
paru-parunya sendiri sampai kelahiran, sehingga sistem peredarannya berbeda
dari bayi yang baru lahir. Sebelum lahir, jantung janin tidak harus memompa
darah ke paru-paru untuk mengambil oksigen. Dengan kata lain, jantung janin tidak
membutuhkan arteri pulmonalis dan aorta yang terpisah. Di jantung janin, kedua
pembuluh darah ini dihubungkan oleh pembuluh darah yang disebut ductus
arteriosus . Setelah lahir, duktus menutup dan membentuk arteri pulmonalis kiri
dan bentuk aorta.
Jantung janin juga memiliki celah
antara ruang atas (atrium kanan dan kiri) yang disebut foramen ovale . Ini
memungkinkan aliran darah langsung dari atrium kanan ke atrium kiri selama
perkembangan janin, tetapi menutup setelah lahir. Jadi ductus arteriosus dan foramen
ovale adalah bagian dari sistem peredaran darah janin sebelum lahir tetapi
menghilang segera setelah kelahiran.
Sahabatku… Jadi dahulu kita
menggunakan jantung dan sistem pernafasan ibu kita secara eksklusif, sampai
akhirnya kita belajar melakukannya secara mandiri. Bukankah ini adalah sebuah
ikatan?
3# Kita Memiliki Satu Sinkronisasi Jantung
Dengan Ibu
Memang ibu dan bayi mereka sering
dikatakan berbagi hubungan yang mendalam dan intim. Tetapi meskipun demikian,
penemuan baru ini aneh. Karena dibuktikan cukup dengan melihat dan tersenyum
satu sama lain, ibu dan bayi menyinkronkan detak jantung mereka ke dalam
milidetik satu sama lain
Jadi seorang ibu yang memandang
anaknya sedang mensikronisasikan irama
jantung dengan anaknya. Meski sebenarnya ini mirip dengan mamalia lain. Namun,
selama periode pengaruh atau sinkronisasi vokal, tingkat sinkronisasi biologis
antara irama jantung ibu dan bayi meningkat secara substansial. Tidak seperti
mamalia lain, manusia dapat memengaruhi proses fisiologis dari proses
perlekatan tidak hanya melalui sentuhan fisik tetapi melalui sinkronisasi
sosial yang efektif.
Seorang ibu hanya perlu melihat
bayinya dengan penuh kasih sayang agar detak jantung dapat disinkronkan. Belum
diuji apakah bayi dapat membentuk tingkat keterikatan yang sama dengan orang
lain, seperti ayah mereka. Jadi ini masih menjadi keterhubungan yang terbentuk
antara bayi dan Ibu.
Sahabatku… Kalau sebuah tatapan
mampu menghubungkan sebuah sinkronisasi jantung, lalu apa artinya ini kalau
bukan sebuah ikatan?
4# Kita Mega Network Otak Dengan Ibu
Otak ibu dan bayi dapat bekerja
bersama sebagai 'mega-network' dengan menyinkronkan gelombang otak ketika
mereka berinteraksi. Tingkat konektivitas gelombang otak bervariasi sesuai
dengan keadaan emosi ibu: ketika ibu mengekspresikan lebih banyak emosi
positif, otak mereka menjadi jauh lebih kuat terhubung dengan otak bayi mereka.
Ini dapat membantu bayi belajar dan otaknya berkembang.
Penelitian ini dipublikasikan
dalam jurnal NeuroImage. Dimana para peneliti menggunakan metode yang disebut
dual electroencephalograhy (EEG) untuk melihat sinyal otak pada ibu dan bayi
saat mereka berinteraksi satu sama lain. Mereka menemukan bahwa ibu dan bayi
cenderung menyinkronkan gelombang otak mereka - sebuah efek yang dikenal
sebagai konektivitas saraf antarpribadi - khususnya dalam frekuensi 6-9 hertz,
kisaran alpha bayi.
Dengan melihat kualitas dan
struktur konektivitas saraf antarpribadi menggunakan metode matematika analisis
jaringan, para peneliti dapat melihat bagaimana informasi mengalir dalam setiap
otak yang terpisah, dan juga bagaimana kedua otak dioperasikan bersama sebagai
sebuah jaringan.
Sahabatku… Terbukti kalau dua
otak yang berbeda mampu saling terhubung dan tersinkronisasi, lalu apa artinya ini
kalau bukan sebuah ikatan?
________________________________
Sahabatku… Apakah ikatan-ikatan ini
masih berlangsung? Sayangnya sebagian akan menjawab TIDAK, kita tidak merasakan
ke-empat koneksi diatas lagi dengan ibu kita. Meski sebenarnya ikatan itu tidak
akan hilang. Karena segala yang terikat akan senantiasa terikat, kalaupun ikatan
itu menjadi tidak lagi nyata, memudar atau bahkan menjadi sangat transparant sekalipun.
Ikatan itu adalah nyata dan ada. Sekarang
tinggal bagaimana seorang ibu dan anak mengkoneksikan kembali sebuah ikatan
yang terkoyak oleh ego, kepentingan atau mungkin hal selain ini.
Sahabatku… Kita mengkoneksikan
kembali sebuah ikatan karena kita menghargai koneksi yang sengaja dibuatkan
oleh Dzat Maha Penghubung.
Akhir kata pesan kami untuk para
ibu dan anak… Mari sahabatku bukan kembali koneksi itu. Tataplah lagi dengan
pandangan rahmah itu. Hubunglah kembali ikatan hati itu. Hembuskanlah ikatan nafas
itu lagi. Ikatlah lagi aliran pikiran itu. Tidaklah ikatan-ikatan itu kecuali
ikatan istimewa dari Dzat yang Maha mengikat.
Sahabatku… Bukankah memaknai ikatan
adalah hadiah yang lebih indah ketimbang ucapan “selamat hari ibu”? Kalau iya,
kenapa kita sengaja mengganti hadiah kita sendiri.
Salam Semesta
Copyright 2019 © www.pesansemesta.com