Seorang sahabat bertanya tentang hati nurani, melalui anuegrahNYA izinkan kami menjawab.
Sahabatku… Manusia memiliki kehendak bebas untuk memilih antara yang salah dan yang benar, dan karenanya manusia bertanggung jawab untuk segala tindakan mereka, ini yang sering kita panggil karma. Dimana karma adalah sebab dan akibat di mana niat dan tindakan individu (sebab) memengaruhi masa depan individu (akibat) tersebut.
Pertanyaannya sekarang : Apakah
mereka yang jahat tidak memiliki hati nurani? Apakah hati nurani hanya benar
dan tidak ada salah? Sebelum menjawabnya, mari kita bertanya dahulu, apa itu
salah dan apa itu benar?
Ambil contoh, bagi Bumi menimbun
sampah didalam tanahnya adalah salah, tapi bagi manusia itu adalah benar. Bagi
laut mengambil ikan secara masal akan merubah ekosistem laut dan itu adalah
salah, tapi bagi manusia itu adalah benar, manusia membutuhkan omega 3 dan
omega 6 yang terkandung didalam ikan dan itu adalah tindakan benar.
Bagi penjahat, pencurian itu
adalah benar, karena mereka harus memenuhi kebutuhan keluarga mereka dengan
cara mencuri. Sementara bagi yang dicuri adalah salah, karena pencuri mengambil
barang yang bukan milik mereka.
Bagi orang tua sikap protective
mereka adalah benar, tapi bagi anak itu adalah salah. Dan masih banyak contoh
kasus lainnya. Jadi coba kita merenung kembali untuk mencari apa itu salah dan
apa itu benar? Dan ternyata itu tidak ada? Semua tentang salah dan benar adalah
konsep, semua salah dan benar adalah kepentingan dan kebutuhan.
Saat kita mampu memahami apa itu
salah dan benar, lalu melepas diri darinya. Maka kita akan menemukan sesuatu
yang disebut hati nurani. Sebuah penghubung antara kita dengan Dzat Maha yang
akan menuntun kita untuk menemukan titik keseimbangan diri. Sehingga diri tahu
persis porsinya dalam hidup ini dan bertindak sesuai porsi yang diajarkan dan dibimbing
langsung olehNYA. Inilah yang sering kita sebut taufik dan hidayah.
Saat seseorang sudah diberikan
taufik dan hidayah, maka seseorang akan senantiasa bergerak sesuai dengan hati
nuraninya, yang mana itu adalah keseimbangan dirinya sebagai semesta. Dari sinilah
kita akan bisa menjawab sendiri, apa itu hati nurani?
Hati nurani bisa dikatakan
sebagai sebuah hubungan pribadi yang dinamis dengan Dzat Maha yang ditingkatkan
oleh pengetahuan dan aksi. Dan hati nurani terlepas dari salah dan benar
menurut versi manusia. Karena salah dan benar menurut versi manusia adalah kepentingan
dan kebutuhan. Sementara keseimbangan jauh melewati kepentingan dan kebutuhan. Keseimbangan
sudah memenuhi kedua hal ini dengan cara yang benar sesuai semestanya
masing-masing.
Ini adalah sebuah penanda besar
kalau Dzat Maha ada di segalanya. Baik di salah maupun di benar. Jadi sebenarnya
tidak ada satu jiwa pun yang tidak memiliki hati nurani, yang ada adalah jiwa
yang tidak menghidupkan hati nuraninya dan membiarkan hati nuraninya layu
dipojokan jiwanya.
Sahabatku… Tentunya kita ingin
menghidupkan hati nurani. Karena tentunya kita ingin hubungan pribadi kita dengan
Dzat Maha terus terangkai dalam kehidupan ini. Kita tidak ingin berada di satu moment
dimana kita merasa sendirian tanpaNYA. Meski kesendirian ini tidak mungkin
terjadi, karena Dzat Maha selalu membersamai. Tapi kita ingin menjadi
benar-benar sadar kalau Dzat Maha membimbingi dan mengajari. Kita ingin taufik
dan hidayah itu selalu mengiringi. Bukan begitu?
Hanya sekarang bagaimana caranya?
Bagaimana kita menghidupkan kembali hati nurani yang setengah mati ini?
1# LUPAKAN SALAH & BENAR
Sahabatku... Kita memang hidup di
dalam dualitas. Tapi harap ingat saja kalau di dalam yang salah ada Dzat Maha
dan di dalam yang benar ada Dzat Maha juga. Keduanya, baik salah dan baik benar
hadir dan hidup berkat kehidupan SANG PENGHIDUP.
Tidak ada perbedaan apapun yang
membedakan kita kecuali posisi kita menilai salah dan benar itu sendiri. Jadi mari
kita belajar melihat inti terdalamnya dahulu. Mari kita belajar melihat sebuah
keterhubungan tanpa penilaian terlebih dahulu, maka gerbang keseimbangan
perlahan terbuka. Hingga akhirnya kita mampu menyaksikan kebenaran.
Kebenaran adalah saat kita mampu melihat segalanya
sebagai satu, yaitu Dzat Maha. Setelah langkah pertama ini, maka kita akan mampu melakukan step kedua ini, yaitu menyaksikan
kalau DIA dekat.
2# SAKSIKANLAH KALAU DIA DEKAT
Tutuplah sejenak mata itu dari
melihat segala yang dekat. Lalu masuklah kedalam. Tanyakanlah kedalam diri “Dimanakah
DIA berada?” lalu jawablah “DIA dekat dan DIA bersamaku”.
Sahabatku… Apabila kita mau
menyadari dan menyaksikan sebuah kebersamaan denganNYA, maka cukuplah ini menjadi
penghidup hati nurani manusia.
Mulai sekarang jangan pernah
menunjuk sebuah tempat diluar diri, tapi teruslah menunjuk kedalam bahwa DIA
memang sedekat itu. Kedekatan akan membangun kebersamaan – kebersamaan akan
membangun hubungan, menghilangkan kesendirian, dan menghapus jarak yang
terpisah.
Kalau kita sudah menyadari kalau
DIA memang sedekat itu, maka kita juga akan sadar kalau taufik dan hidayahnya memang
akan selalu mengiringi.
Akhir kata sahabatku… Hati nurani
adalah hati Dzat Maha yang tertanam didalam tiap jiwa. Tidak ada yang tidak
memilikinya, semua jiwa memilikinya dan semua jiwa memiliki kesempatan untuk
menghidupinya kembali.
Salam Semesta
Copyright 2020 © www.PesanSemesta.com