Pikiran kita memengaruhi
aktivitas utama otak, yang kemudian memengaruhi segalanya; persepsi, kognisi,
pikiran dan perasaan, hubungan pribadi; dan mereka semua adalah proyeksi hati kita.
Hati ini sedih – karena pikiran
kita dipenuhi oleh kesedihan sehingga otak kita mengaktifkan hormon
adrenokortikotropik. Akhirnya kita terjebak pada kesedihan dan derai air mata yang
sepertinya tidak berujung.
Hati ini bahagia – karena pikiran
kita dipenuhi oleh kebahagiaan sehingga otak kita mengaktifkan hormon dopamin,
serotonin, oksitosin, estrogen dan progesteron. Akhirnya kita terjebak pada
kebahagiaan yang mungkin tidak bersyarat apapun.
Hati ini marah – karena pikiran
kita berhasil membuat emosi kemarahan. Akhirnya kita terjebak pada kemarahan
luar biasa. Bagian otak yang akan merespon terlebih dahulu saat kita marah
adalah amygdala. Selanjutnya, efek kemarahan akan menyebabkan kelenjar adrenal
untuk memproduksi hormon adrenalin dan hormon stres, yaitu kortisol.
Sahabatku… Otak manusia benar-benar
sebuah keajaiban. Iya berkomunikasi dengan pikiran dalam kecepatan luar biasa,
terus-menerus membuat nyata apa yang kita pikirkan, meski kadang kita tidak
sadar akan kecepatan luar biasa ini.
Kita mengira kalau diri ini
adalah korban, lalu menyalahkan pihak luar akan semua kekusutan hati ini. Padahal
faktanya kekusutan hati kita tergantung 100% dengan pikiran kita sendiri. Sementara
kusutnya pikiran kita tergantung dengan BAGAIMANA kita mengelola kesadaran.
Sahabatku… Kita bukanlah korban. Kita
tidak pernah ditakdirkan menjadi korban. Kita hanya membuat nasib yang seperti
itu.
Tidak peduli apapun situasinya,
isi hati manusia akan tergantung dengan BAGAIMANA pikirannya mengelola
kesadaran dan menghasilkan output. Itulah kenapa setiap manusia menghasilkan
output yang berbeda, tergantung dari bagaimana pikiran mereka masing-masing
mengelola kesadaran.
Jujur mungkin sampai detik ini
kita sendiri masih senang memenuhi hati kita dengan hal-hal yang tidak
menghasilkan apapun kecuali hanya memenuhinya. Kita senang membiarkan hati kita
seperti bola benang kusut tanpa ujung dan fungsi lagi.
Akhirnya kita lebih senang
mengalihkan diri, mencari hiburan dari kekusutan hati yang sebenarnya tidak
perlu kusut, dan menunda segalanya. Menunda kesuksesan yang seharusnya sudah
teraih, menunda kebahagiaan yang seharusnya sudah terasa, atau sekedar menunda
syukur yang seharusnya tidak hilang.
Kalau dua paragraph diatas adalah
diri kita, maka yang harus kita lakukan hanyalah belajar agar diri mampu
mengelola pikirannya sendiri agar hati kita stabil tanpa kekusutan lagi.
Esok kita akan belajar untuk TIDAK
MEMBUAT HATI YANG KUSUT. Pelajaran dari kami akan menjadi sangat ilmiah, jadi
bisa di praktekkan oleh siapapun kita tanpa harus menjadi spiritual sekalipun.
Karena memang beginilah apa adanya diri kita.
Spiritual adalah bagian yang bisa
kita pilih, sementara tanpa spiritual pun diri ini sudah sangat kuat dan sempurna,
dan kalau kita memilih spiritual juga, maka bagian diri ini akan lebih bermakna
dan manis.
Dzat Maha Besar sudah membuat manusia
begitu kuat. Tinggal bagaimana kita meraih dan membentuk kekuatan diri kita
sendiri. Meraih takdir yang telah dibuatNYA adalah bagian dari bagaimana kita
menyaksikanNYA.
Akhir kata kami untuk hari ini…
Sahabatku… Hati ini tidak pantas
kusut, hati ini pantas untuk stabil, karena hati ini ditakdirkan untuk selalu berbunga-bunga
bersamaNYA.
Salam Semesta
Copyright 2020 © www.pesansemesta.com