Seorang sahabat bertanya "Kenapa pikiran tidak pernah berhasil di diri saya, tapi saya perhatikan banyak juga yang berhasil?" Melalui anugerahNYA izinkan kami menjawab.
Sahabatku… Kalau diri kita masih bertanya kenapa pikiran positif tidak bekerja dalam hidup, maka artikel ini sepenuhnya untuk kita baca. Nikmatilah dan temukan rahasianya.
RAHASIA Pertama : karena SESEORANG
YANG berpikirAN positif BELUM TENTU MEMILIKI MENTAL YANG POSITIF.
Sudah berapa banyak afirmasi yang kita ucapkan? Sudah berapa banyak sesi motivasi yang kita ikuti? Sudah berapa kali self hypnosis di jalani? Sudah berapa sering self vizualitation di praktekkan? – tapi hasilnya nihil, diujung waktu kita tetap merasa menjadi korban dari keadaan.
Kenapa ini terjadi? Bagaimana bisa seseorang diluar sana begitu berhasil dengan pikiran positifnya, sementara kita bahkan tidak mendekat sedikitpun? Sebenarnya apa yang salah???
Sedihnya memang kebanyakan kita yang
tidak berhasil membangun mentalnya se-positif pikirannya akan benar-benar kecewa.
Mereka akan menerima kenyataaan kalau pikiran positif tidak pernah bekerja
sebaik itu dalam menentukan nasib mereka.
Affirmasi tidak berhasil, self
hypnosis gagal dan hidup dikeliling oleh kenyataan yang berlawanan dengan
pikiran-pikiran positif itu. Kami yakin kita semua tahu rasanya ini. Dimana kita
harus mengaku kalah atas ekspektasi pikiran positif yang tidak berhasil.
Itulah kenapa sebagian orang
tidak terlalu suka berpikiran positif, karena mereka sadar kalau mereka sedang
menyiapkan kekecewaan yang lebih besar di masa depan.
Padahal itu terjadi karena selama
seseorang sibuk membangun pikiran positif, belum tentu ia juga sibuk membangun mental
yang positif di saat yang bersamaan. Padahal mental positif lebih dibutuhkan ketimbang
hanya pikiran yang positif. Saat seseorang memiliki mental positif, maka ia tidak
lagi terlalu membutuhkan pikiran positif.
Itulah kenapa mental dan pikiran
seharusnya dibangun secara bersamaan. Sayangnya membangun mental positif tidak
semudah membangun pikiran positif. Dan inilah rahasia pertama kenapa seseorang
tidak selalu berhasil dengan pikiran positifnya.
Karena kebanyakan kita memang
lebih memilih membangun pikiran positif ketimbang mental positif.
Kita bisa mendengar afirmasi
positif setiap hari, mengikuti kelas motivasi setiap minggu, berteman dengan
seorang spiritual selamanya hanya untuk terus mengasah pikiran positif kita
tetap stabil. Namun jangan mengharapkan hal-hal yang mudah seperti ini saat hendak
membangun mental yang positif.
Mental positif hanya bisa
dibangun dengan 100% hal negatif dan menjadi kuat dengan 100% hal negatif itu.
Sampai akhirnya 100% hal negatif tidak ada lagi dalam hidup kita.
Sama seperti saat pertama kali kita
coba berlari 10 kilo, jasad kita merasa itu sangat melelahkan diawal, namun
setelah menerima lelahnya dan membiasakan dengan lelahnya, maka lama kelamaan
lelah itu tidak ada lagi. Ketiadaan lelah itulah tanda kalau mental kita telah
positif. Hasilnya, kita tidak lagi membutuhkan kata-kata positif seperti “ayo,
ayo kamu pasti bisa!”.
Jadi sebaiknya memang mental dan
pikiran positif dibangun secara bersamaan. Lalu bagaimana caranya?
Caranya cobalah untuk tidak
selalu menghindari ketidaknyamanan, tapi cobalah untuk melampauinya dengan cara
yang baik. Melampaui ketidaknyamanan dengan cara yang baik adalah dengan tidak
mengeluh dan tetap waspada untuk tidak merana apalagi tersiksa. Jadi intinya, belajar
untuk menjadi cerdas, kreatif dan stabil di dalam situasi yang tidak diinginkan.
Tidak terlalu enak memang, sama
seperti menelan obat terpahit dan sadar kalau esok kita akan sembuh.
RAHASIA KEDUA : karena SESEORANG YANG berpikirAN positif MASIH
MENEMPATKAN DIRI SEBAGAI KORBAN.
Sahabatku… Kesadaran memiliki
beberapa lapisan. Bagaimana kita memandang hidup memiliki tingkatan. Sementara tingkatan
yang paling rendah adalah sadar kalau hidup terjadi kepadamu.
Artinya, kita sadar kalau kita
tidak memiliki andil dalam hidup ini untuk memilih. Dimana semua sudah
dipilihkan dan ditentukan. Padahal sebenarnya tidaklah demikian.
Dalam hidup ini banyak contoh orang-orang
yang telah berhasil dengan kenyataan yang mereka bentuk dari hukum sebab akibat
yang mereka buat sendiri. Mereka memikirkan kesuksesan, mereka melakukan sebab
akibat dari kesuksesan yang mereka pilih dan mereka berhasil hidup di dalam kesuksesan
itu.
Kalau kita bertanya, kenapa itu
bisa terjadi dengan mereka – sementara tidak bagi kita? Jawabannya adalah
karena mereka memiliki kesadaran yang setingkat diatas kita.
Mereka sadar kalau nasib itu
adalah pilihan. Mereka sadar Dzat Maha tidak memilihkan nasib seseorang namun
hanya memberikan banyak pilihan-pilihan yang bisa dipilih, apapun itu. Mereka
sadar kalau tidak ada yang namanya kebetulan, segalanya terjadi karena sebab
dan akibat, dan dengan ini mereka selalu menyusun sebab terbaik untuk akibat
terbaik.
Sahabatku… Coba kita sejenak move
in untuk memeriksa tingkatan kesadaran kita. Apakah kita memiliki kesadaran pada
lapisan yang pertama, atau lapisan yang setingkat diatasnya?
Jawaban jujur kita akan menguak
kenapa pikiran positif kita tidak pernah berhasil. Alasannya mungkin karena
kita masih sadar kalau kita hanya menunggu nasib yang berubah, namun tidak
pernah membuat nasib kita berubah.
Solusinya untuk rahasia kedua ini
adalah, cobalah untuk tidak hanya membangun pikiran positif namun juga aksikanlah
pikiran-pikiran positif itu dalam aksi yang nyata. Lakukanlah setiap image
kebaikan yang kita visualisasikan. Lakukanlah setiap kata motivasi yang kita
dengar. Lakukanlah dan lakukanlah. Ingat saja kalau kita butuh sebab untuk
menerima akibat.
RAHASIA KETIGA : karena SESEORANG YANG berpikirAN positif MENGONTROL
INTUISINYA SENDIRI.
Sahabatku… Intuisi adalah arahan
fenomenal bagi mereka yang senantiasa mengharapkan kebahagiaan hakiki. Syaratnya
intuisi tidak bisa terkontrol oleh yang namanya ego, ketakutan dan bahkan
pikiran positif sekalipun.
Intuisi ini sangat netral dan
hanya berada di zona netral. Sementara zona netral itu melampaui negatif dan
melampaui positif.
Masalah tersembunyi dari berpikir
positif adalah kita sangat percaya diri kalau pikiran positif ini adalah sumber
kebahagiaan diri yang terbaik. Padahal itu belum tentu demikian. Akhirnya kita
mengontrol intuisi yang masuk kepada kita.
Ambil contoh, kita begitu
berpikir positif untuk diterima bekerja di salah satu perusahaan ternama, kita
menetapkan diri kalau itu adalah yang terbaik dan itu adalah sumber kebahagiaan
diri.
Pada masa di mana kita sedang
membangun zona berpikir positif itu, kemungkinan kita akan dituntun oleh
intuisi yang bahkan senantiasa mengarahkan diri untuk melakukan hal yang
kebalikan dari goal kebahagiaan awal kita. Bisa itu kita dituntun untuk membuka
usaha atau mungkin mengasah skill lain.
Ini memang hanya contoh, namun sahabatku…
Dalam porsi kita membangun pikiran positif kita harus juga tetap belajar
membangun kenetralan.
Kenetralan adalah sumber
kebahagiaan yang melampaui negatif dan positif. Intuisi tidak akan salah, tapi
pikiran positif kita mungkin melakukan kesalahan.
----
Akhir kata sahabatku… Jangan
marah apabila pikiran positif ini tidak pernah berhasil. Jangan kecewa kalau
kita masih terus harus mengkoreksi pikiran positif ini. Jangan sedih kalau sampai
sekarang kita belum melampaui pikiran positif ini.
Namun berbanggalah, tersenyumlah,
dan berbahagialah karena kita tidak mensia-siakan kesempatan pelajaran ini. Bukankah
itu hal yang paling positif ?
Salam Semesta
Copyright 2020 © www.pesansemesta.com