Kalau kita mengambil PET scan maka kita bisa melihat dengan jelas aliran pikiran kita di dalam otak, yaitu berupa impulse-impulse listrik yang muncul dan mengaktifkan bagian tertentu otak. Faktanya aliran ini terus menerus hadir. Bahkan saat kita tertidur pun aliran pikiran tidak bisa dihentikan. Itu karena kita masih terus menerus hidup untuk mengartikan dan mengelola kesadaran, baik itu kesadaran saat bangun atau pun kesadaran saat tidur.
Begitulah memang pikiran ditakdirkan. Pikiran mengalir seperti seperti air yang keluar dari keran yang terbuka. Air akan mengalir terus kedalam ember. Bagaimana air itu didalam ember, sampai batas mana dia akan diisi, untuk apa dia diisi, semua itu adalah tugasnya akal yang berpikir. Sementara pikiran, dia akan terus menerus mengaliri ember itu tanpa henti dan tanpa berpikir.
Akal disini adalah fungsi dari kehadiran pikiran. Kita memiliki aliran pikiran tapi belum tentu kita memiliki akal yang berfungsi disitu. Akal adalah kecerdasan yang hadir didalam pikiran. Dialah penanggung jawab bagaimana nantinya hati kita bergetar dan melepas frekuensi yang mau tidak mau akan kita raih.
Hati sendiri hanya berisi getaran yang sebenarnya dihasilkan oleh pikiran. Tidak ada getaran hati, hati tidak bergetar dengan sendirinya. Pikiran yang menggetarkan hati. Dengan kata lain boleh kita simpulkan kalau akal manusia lah yang mampu mengendalikan dan menggetarkan hati manusia dan tidak pernah sebaliknya.
Itulah kenapa pada artikel sebelumnya kami memberi petunjuk kalau kekusutan hati kita tergantung 100% dengan pikiran kita sendiri. Sementara kusutnya pikiran kita tergantung dengan bagaimana kita mengelola kesadaran. Bagaimana kita mengelola kesadaran disini artinya, bagaimana kita mampu memerankan akal kita untuk berfungsi atau tidak berfungsi sama sekali.
Nah, sayangnya manusia lebih mudah kehilangan akal dibanding kehilangan pikiran.
Kita tidak perlu jauh-jauh menyebut kata gila untuk menyimpulkan kehilangan akal. Karena kehilangan akal pada level yang sederhana itu bukan gila, melainkan tidak menggunakan atau menfungsikan akal itu sendiri.
Ingat! Menggunakan akal berbeda hal dengan menggunakan pikiran. Akal kita berpikir, tapi pikiran tidak berpikir. Itulah kenapa meski kita banyak pikiran kita tetap tidak pernah setingkat lebih cerdas dari semua pikiran itu, sampai akhirnya kita mau menggunakan akal untuk memikirkan semuanya.
Tanda kalau akal yang berpikir, maka kita tidak akan memikirkan semuanya. Karena akal kita tahu persis bagaimana memilah pikiran. Akal kita tahu pikiran mana yang harus difokuskan dan mana yang tidak. Akal tahu persis kalau ini adalah pikiran sampah yang tidak perlu diberpikirkan, sementara yang ini dan itu adalah hidayah, solusi, ide, awal perubahan, dan perlu di berpikirkan.
Tidak hanya mampu memberpikirkan aliran pikiran, akal juga tahu dengan sangat cerdas bagaimana caranya memberlakukan aliran pikiran yang berharga itu.
Ambil contoh seperti ini sahabatku… Betapa sering pikiran kita dipenuhi oleh penilaian terhadap segala hal. Saat kita duduk didepan televisi, kita bisa duduk disana seharian sambil mengkritik dan menilai seluruh apa yang kita tonton. Tapi apakah seluruh penilaian yang muncul di pikiran kita saat itu bisa membawa makna yang nyata – Bisa membawa perubahan kehidupan yang lebih baik – bisa memakmurkan ke tingkat yang lebih lanjut… Jawabannya belum tentu bukan?
Hampir 95% penilaian yang keluar dari pikiran hanya akan memenuhi pikiran dan rongga-rongga hati tanpa efek perubahan apa-apa, dan tahukah kita kenapa itu terjadi?
Itu karena kita hanya membiarkan pikiran kita terbuka, tapi akal kita tidak berfungsi.
Kita membutuhkan akal untuk membuat aliran pikiran kita bermakna. Kita membutuhkan akal yang berfungsi untuk membuat kita bertindak dengan sesuai dan pantas, sehingga mampu merubah aliran pikiran yang kelihatan tanpa makna itu untuk menghasilkan tindakan yang dinamis, sebuah ide inovasi, sebuah jawaban, sebuah solusi. Atau minimal kita membutuhkan akal untuk menjadi objektif tentang pikiran kita sendiri, sehingga kita tidak terjebak dan tergerus oleh alirannya.
Sahabatku… Iya betul kita adalah makhluk yang ber-akal, tapi apakah kita secara otomatis menggunakan akal itu, nyatanya kita terpaksa menjawab tidak. Kalau iya, mungkin kita tidak akan mengakui diri kalau pikiran ini begitu kusut.
Kemarin kita berlajar fakta menarik kalau penanggung jawab dari kekusutan hati adalah kusutnya pikiran. Hari ini menjadi jelas bukan kenapa pikiran kita kusut? Bagaimana pikiran kita selalu kusut adalah karena akal kita tidak berfungsi, akal kita tidak mengambil perannya untuk berpikir, akal kita hanya membiarkan aliran-aliran pikiran itu memenuhi diri tanpa makna apa-apa.
Karena kalau kita menghubungkan akal dengan pikiran yang kusut, maka sebenarnya kita tidak akan pernah memiliki pikiran yang kusut kalau kita mampu menggunakan akal kita. Sekali lagi, itu karena akal tahu persis bagaimana menggunakan pikiran yang bermanfaat dan membuang pikiran yang tidak.
Itulah kenapa kita harus memfungsikan akal, agar aliran pikiran yang mengaliri pikiran kita senantiasa bermakna. Sementara membiasakan akal untuk berfungsi adalah seni tersendiri. Pikiran tidak memerlukan seni untuk berpikir. Pikiran akan tatap menjadi aliran getaran tanpa henti. Itulah kenapa manusia lebih mudah kehilangan akalnya dibanding kehilangan pikiranya.
Tentunya kita tidak mau menjadi manusia yang seperti itu bukan? Kita tidak mau menjadi manusia-manusia yang memenuhi dirinya dengan pikiran, dimana bahkan tidak ada satu pun aliran pikiran itu yang membawa sisi dinamis untuk diri, malah justru membuat kusut relung hati.
Dzat Maha telah berujar lembut kalau DIA memang tidak akan membebani seseorang melewati kapasitasnya masing-masing. Begitu juga hati ini memang tidak harusnya sekusut itu akibat pikiran yang sengaja kita biarkan penuh dalam ketidakjelasan.
Akhir kata sahabatku… Kita tidak akan membantah diri disini, tapi kita akan membenahi diri. Dan senantiasa melakukan MOVE IN kecil yang sederhana. Seperti kita mengecek list inbox email, maka kita akan mulai mengecek list inbox pikiran kita, membaca dan membalas pikiran yang penting lalu beraksi untuk membuatnya bermakna, dan mengirim pikiran yang tidak penting ke folder spam atau langsung saja kita delete. Sehingga list inbox pikiran kita menjadi bersih, teratur dan sangat objektif.
Pikiran yang bersih, teratur dan objektif tentu tidak akan menyebabkan kekusutan hati bukan? Justru malah sebaliknya. Kita akan menemukan banyak keajaiban dari aliran pikiran kita dan menemukan keagungan kalau ternyata selama ini akal kita telah diberpikirkan olehNYA dengan cara yang manis.
Salam Semesta
Copyright 2020 © www.pesansemesta.com