Sahabatku… Sebagian kita mungkin
sudah terbiasa mendengar istilah healing frequency atau frekuensi penyembuhan. Namun
tahukan kita bagaimana sebenarnya penyembuhan ini bekerja dan seberapa
efektifkah teknik ini dalam membentuk kesembuhan?
Kalau kita penasaran dengan
bagaimana cara kerjanya mari kita pelajari melalui artikel ini. Dari sini akan
menjadi jelas kalau healing frequency itu bukan karya mistis belaka.
Sahabatku… Dasar dari energy healing,
healing frequency, healing vibration, quantum healing atau apapun kita
menyebutnya adalah fisika quantum.
Jadi begini, tentunya kita semua
sudah mengetahui tubuh atau jasad manusia terdiri dari sejumlah organ-organ
biologis yang menjalankan fungsi spesifiknya. Ada lebih dari 12 sistem yang
mengatur organ-organ dalam jasad manusia untuk ratusan pekerjaan teratur yang
senantiasa dikerjakan.
Seluruh pembentukan sistem jasad
dimulai dari dua sel yang menyatu, lanjut tumbuh dan terus bertransformasi
tanpa henti. Selama berjam-jam, berhari-hari, sampai berbulan-bulan, organisme
berubah dari sel tunggal (zigot) menjadi kumpulan sel, jaringan, dan organ yang
besar dan terorganisir.
Secara kasat mata memang sel
tidak akan pernah terlihat. Sel hanya akan terlihat saat seseorang
menyaksikannya dari bawah mikroskop, dari sanalah baru terlihat bagian-bagian
sel yang membentuk tubuh kita. Meski sel tampak begitu kecil, tapi mereka hidup
dan sangat sadar dengan apa yang sedang mereka lakukan.
Jadi bagaimanapun wujud jasad
kita sekarang. Apapun yang kita lihat dan sentuh sebagai bagian jasad manusia.
Begitu juga dibalik setiap organ yang sedang kita gunakan semuanya hanya
tersusun dan terbentuk dari sel. Apabila sekarang kita menyentuh kulit wajah
kita, maka itu hanyalah kumpulan jutaan sel-sel. Tangan yang menyentuh itupun
hanyalah kumpulan sel-sel. Jantung kita adalah kumpulan sel-sel, paru-paru,
ginjal, hati, darah begitupun juga otak kita.
Hal yang unik mulai muncul saat
kita bertanya apa yang membentuk sel? Kalau sel-sel saling menyatu, bekerjasama
untuk membuat dan membentuk jasad kita. Lalu apa yang sedang menyatu,
bekerjasama untuk membentuk sel?
Faktanya sel bukanlah bentuk
akhir terkecil dari segala organisme. Saat kita memecah sel maka kita akan
menemukan banyak ikatan molekul. Molekul-molekul yang saling terikat inilah
yang lalu membentuk sel. Terdapat ribuan ikatan molekul berbeda dalam tubuh
manusia, semuanya melayani tugas-tugas penting, yaitu membentuk sel-sel yang
harus bekerja membentuk jasad hidup kita.
Namun molekul belum menjadi
bagian tersulit dari jasad manusia, kita masih memiliki atom yang sebegitu
kompleksnya menyusun dan membentuk molekul. Molekul-molekul selalu terdiri dari
rangkaian atom yang terhubung.
Misalnya dikatakan kalau tubuh
manusia 60-70% adalah air, maka didalam jasad kita sekarang terdapat molekul
kecil yang terdiri dari dua atom hidrogen dan satu atom oksigen (H2O). Lalu apa
jadinya kalau kita masuk kedalam atom?
Fisika kuantum sudah menetapkan
dengan spektakuler kalau atom adalah 99,99999% energi, dan 0,00001% zat fisik.
Jika kita mengamati komposisi atom dengan mikroskop elektron tercanggih, kita
akan melihat pusaran kecil seperti tornado, dengan sejumlah pusaran energi bergetar
yang hampir tidak berbentuk dan terlihat seperti bentuk fisik apa-apa. Itulah kenapa
sudah ditetapkan kalau energy adalah kekosongan fisik.
Menakjubkannya, segalanya tentang
jasad kita hanya terbentuk dari energy atau kekosongan fisik ini. Itulah kenapa
kalau energy tidak pernah masuk kedalam kategori ilusi. Karena kalau
dikategorikan ilusi, maka semesta termasuk kita akan menjadi ilusi-ilusi yang terlalu
bermakna untuk hanya disebut ‘ilusi’.
Jadi secara harfiyah dapat
diartikan kalau hidup di dimensi fisik berarti hanya hidup di permukaan paling
atas saja. Ada permukaan di dalam fisik kita sendiri yang tidak bisa disaksikan
begitu saja, yaitu energy. Setiap energy bekerja dengan getaran dan setiap
getaran menghasilkan frekuensi lalu menarik frekuensi yang sama.
Meski pekerjaan ini tidak
terlihat oleh mata kita, tapi bukan berarti pekerjaan ini tidak terjadi. Proses
pada dimensi energy (mikrokosmos) ini bekerja tanpa henti meski yang kita mampu
lihat hanyalah permukaan dimensi atasnya saja (makrokosmos).
Nah, pada permukaan mikrokosmos yang
tidak terlihat inilah healing frequency bekerja.
Saat kita sakit, lalu berobat ke
dokter untuk menerima tindakan medis dan obat. Maka kita bekerja pada permukaan
atas atau kita bisa menyebutnya makrokosmos. Healing frequency tidak bekerja
pada permukaan makrokosmos melainkan mikrokosmos, yaitu langsung pada permukaan
energy pembentuknya.
Kalau kita bertanya mana penyembuhan
yang lebih baik?
Jawabannya adalah kita tidak akan
pernah bisa memilih. Apapun yang kita lakukan pada dimensi makrokosmos selalu akan
mempengaruhi dimensi mikrokosmos. Begitu juga sebaliknya, saat kita mencoba menghubungkan
diri ke dalam dimensi mikrokosmos dan mulai memperbaikinya, maka hasilnya akan
mempengaruhi dimensi makrokosmos. Hal yang paling terbaik adalah kita melakukan
keduanya secara bersamaan sebagai bentuk ikhtiar kita untuk menerima penyembuhan
yang lebih optimal.
Masalahnya sekarang tidak semua
kita memahami bagaimana caranya menghubungkan diri ke dimensi mikrokosmos untuk
memperbaiki energy yang bekerja tidak harmonis?
Jadi begini, kalau pada dimensi
makrokosmos kita menyebutnya penyakit. Tapi kalau pada dimensi mikrokosmos kita
menyebutnya ketidakharmonisan.
Karena pada dimensi mikrokosmos,
segala penyakit terjadi karena adanya ketidakharmonisasi energy. Apabila energy
yang membentuk jasad manusia sudah tidak saling bekerja dengan harmonis maka
penyakit pun muncul.
Harap diketahui, kalau energy itu
bersifat netral tergantung bagaimana energy itu dibentuk. Artinya, energy itu
bisa menjadi harmonis (sehat) atau tidak harmonis (sakit) tergantung dari
bagaimana kita (sebagai pembentuk energy) membentuknya.
Jadi apabila kita bertanya kenapa
ketidakharmonisasi energy ini terjadi? Maka jawabannya adalah karena kita telah
melakukan sebab akibat yang salah pada dimensi makrokosmos. Sekali lagi ingat! Keduanya
saling berhubungan.
Boleh jadi ketidakharmonisasi itu
penyebabnya adalah pola hidup yang salah, paparan virus atau mikroba,
kontaminasi racun, stress yang berlebihan dan lainnya.
Healing frequency atau frekuensi
penyembuhan bekerja dengan mengharmonisasikan kembali energy yang sudah
terlanjur terbentuk tidak harmonis itu. Dimana kita mulai membentuk kembali energy
agar bekerja harmonis untuk menarik frekuensi kesembuhan.
Karena apabila dimensi
mikrokosmos kita sudah terbenahi dengan baik, maka pasti dimensi makrokosmos
kita pun akan ikut membaik. Bagi mikrokosmos kesembuhan adalah energy-energi
yang saling bekerja secara harmonis.
Logikanya sederhana! Setiap sel
yang membentuk tubuh kita, baik itu sel yang sehat atau pun sel yang sakit
adalah energy. Apabila energy yang bergetar untuk membentuk sel kita harmonis,
maka sudah dipastikan sel yang dihasilkannya pun akan harmonis. Mikrokosmos mempengaruhi
makrokosmos.
Tapi sedemikian besarnya usaha
kita mengharmonisasikan energy untuk mencapai kesembuhan pada dimensi
mikrokosmos itu tidak akan pernah terjadi apabila kita mengesampingkan dimensi
makrokosmos kita.
Ambil contoh, kita tidak bisa mengharmonisasikan
energy seorang perokok yang terkena penyakit paru-paru apabila pada dimensi
mikorkosmos seseorang yang sakit itu masih terus merokok, terpapar polusi dan terus
hidup dengan pola yang tidak sehat.
Sebab akibat itu selalu berlaku,
baik di dimensi mikrokosmos atau dimensi makrokosmos. Dimana akal kita yang telah dianugerahkan oleh
Dzat Maha akan sangat digunakan untuk menentukan hasilnya.
Profesionalitas seseorang dalam
menggunakan akalnya untuk menentukan sebab akibat kesembuhannya sangat
digunakan dalam proses healing frequency. Dan inilah alasan utama kenapa kami katakan,
kalau healing frequency tidak pernah menjadi karya mistis belaka. Karena selama
akal masih digunakan, maka selamanya itu tidak pernah menjadi karya mistis.
Bagaimanapun terbatasnya diri
kita memahami dirinya sendiri, kita tetap diberi pilihan untuk menggunakan akal
jernih kita untuk membuat sebab terbaik untuk akibat terbaik. Baik itu pada
dimensi makrokosmos atau pun dimensi mikrokosmos. Akal kita tetap harus
digunakan pada dimensi manapun kita beraksi.
Jadi bagaimana sahabatku… Sudah
siapkah kita untuk belajar healing frequency?
Selanjutnya kita akan mempelajari
bagaimana caranya tiap individu masuk kedalam dimensi mikrokosmosnya sendiri
untuk mengharmonisasikan kembali energinya. Tentunya sambil terus melakukan
sebab akibat terbaik pada dimensi makrokosmosnya. Kita semua bisa melakukan
healing frequency, semua kita adalah seorang healer. Ini merupakan anugerah-NYA
yang gratis bagi mereka yang mau mempelajari ilmu-NYA.
Nantikan artikel kami selanjutnya…
Sambil menunggu mohon mulai merenungi setiap apa yang kita saksikan dalam hidup
ini, karena ternyata apapun yang terlihat hanyalah kekosongan bermakna yang
kita sebut anugerah. Lalu sahabatku…
makna apa yang akan kita buat dengan semua anugerah ini?
Salam Semesta
Copyright 2020 © www.pesansemesta.com