“aku akan menyaksikanMU saat
bayang-bayang ini memudar”
Sahabatku… Bayang-bayang apa yang
masih menyelimuti kita dari menyaksikanNYA?
Mari kita coba pikirkan. Sejenak
saja dalam hidup ini kita menyisakan sedikit waktu untuk bertanya, apa yang masih membayangi kita dari
menyaksikanNYA? Apa yang yang masih menghalangi kita dari merasakan kedekatan
denganNYA? Apa yang memutuskan diri ini dari berhubungan denganNYA?
Kebersaksian bukan tentang
sebaris kalimat baiat yang terucap, kebersaksian adalah kemampuan jiwa dan
jasad untuk menjadi saksi akan keberadan-NYA. Menyaksikan DzatNYA yang
menyelimuti semesta raya ini.
Bayangkan sebentar, betapa manis dan
terpesonanya jasad dan jiwa ini apabila mampu menyaksikan pembuatnya, menyaksikan
Dzat Peniup ruh yang menghidupinya. Namun ternyata kita masih terdiam di dalam
bayangan. Kita masih di sini berdiri seperti sedang memandangi langit malam
tanpa menemukan setitik pun bintang. Mungkinkah Dzat yang menyelimuti segalanya
membiarkan kita dalam kesendirian yang hampa ini? Kalau jawabannya adalah
tidak, berarti masih ada yang menghalangi diri ini dari menyaksikanNYA.
Apakah kiranya bayang-bayang itu
sahabatku…?
Mari kita mengharap jawabaNYA. Siapa
tahu kita masih bisa merasakan manis dan mempesonanya jiwa dan jasad yang
senantiasa mendekati pemilikNYA.
# Pertama… adalah tentang bagaimana
kita melihat
Sudahkah kita melihat hidup ini
dengan putihnya kenetralan sahabatku…? Ataukah masih ada begitu banyak warna-warni
penilaian yang sengaja kita jadikan bayang-bayang yang menyelimuti kebersaksian
kita.
# Kedua… adalah tentang bagaimana
kita menatap
Sudahkah kita mampu menatap diri
ini sebagai diriNYA sahabatku…? Ataukah kita masih menyimpan kesombongan kalau diri
ini adalah diri ini dan diriNYA adalah diriNYA. Sengaja meretakkan diri sendiri
untuk membuat bayang-bayang yang menjauhi kebersaksian kita sendiri.
#Ketiga… adalah tentang bagaimana
kita terpejam
Sudahkah kita mampu terpejam dan
membiarkan diriNYA menuntun sahabatku…? Ataukah kita masih terus mendikteNYA
untuk setiap sisi hidup ini dimana kita tidak lagi mampu menyaksikanNYA sebagai
Dzat Pemilik Segala ke-Mahaan.
#Keempat… adalah tentang
bagaimana diriNYA kita saksikan di dalam relung hati ini
Sudahkah kita mengikat hati ini denganNYA sahabatku…? Ataukah kita sama sekali tidak melihat ikatan apa-apa, hanya seutas tali yang mengambang sendirian tanpa ikatan apa-apa. Tali yang sengaja membiarkan dirinya menjauh dari seutas tali yang ingin selalu mengikat.
#Kelima… tidak ada yang kelima
sahabatku..
Apabila saat ini kita melihat,
lalu menatap, sampai terpejam terus menyaksikan hati kalau diriNYA tidak ada
disana, berarti keempat tadi masih membayangi diri kita dari menyaksikanNYA.
Sibaklah bayang-bayang itu
perlahan-lahan dan lembut sahabatku… Karena diriNYA tidak ada dibalik
bayang-bayang itu, diriNYA hanyalah diri yang menyibak bayang-bayang itu.
Mulailah dengan menyaksikan
diriNYA sebagai diri ini sahabatku… ikhlaslah menjadi penglihatanNYA yang
menyaksikan dan kita akan jelas menyaksikanNYA di segalanya.
Salam Semesta
Copyright 2020 © www.pesansemesta.com