Sahabatku… Mereka berkata kalau inti
materi semesta hanyalah energy. Energi ini abadi, tidak terdefiniskan, tidak
dapat termunaskah dan hanya bisa berubah bentuk. Manusia, bagaimanapun
kesadarannya mengenali dan melabeli diri, tetap mereka merupakan bentukan dari energy
ini.
Inti materi semesta ini bukanlah
ilusi, tetapi inti materi semesta ini adalah sumber pembentuk segalanya. Diri
kita terbentuk dari segalanya ini. Planet-planet ini terbentuk dari segalanya
ini. Galaksi diujung multiverse manapun terbentuk dari segalanya ini. Segalanya
ini adalah segalanya.
Sayang, segalanya yang segalanya
ini tidak terdefinisikan. Segalanya ini merupakan kenetralan absolut yang
senantiasa memberi hidup tanpa memerlukan label dan pengakuan.
Bukti tentang ini tidaklah jauh,
kita memegangnya penuh. Jasad ini utuh buktinya. Pikirkanlah kembali sahabatku…
Perhatikanlah setiap inci jasad ini, lalu tersenyumlah. Ternyata diri ini memang
menjadi bukti jelas kalau ternyata DZAT MAHA lebih dekat dari urat nadi. Dimana
Dzat Maha senantiasa menjadi inti diri kita yang terhubung dengan segala energy
yang dibentukNYA.
Seharusnya ini sudah kita lakukan
jauh sebelum kita mengaku bertuhan. Bukankah selama ini kita telah mengaku
bertuhan tapi mengabaikan pemahaman kita akan inti diri kita yang sebenarnya?
Tanyakanlah kedalam diri, kita
melangkah sebagai siapa selama ini? Kita berbicara sebagai siapa selama ini?
Kita melihat sebagai siapa selama ini? Kita bahkan berani berkata kalau
kebaikan adalah dariNYA dan keburukan adalah dari diri kita sendiri. Tanda
kalau kita menganggap diri kita adalah diri kita, sementara DZAT MAHA yang kita
akui telah kita sembah adalah bagian lain dari diri kita.
Sahabatku… Sedih untuk diakui,
ternyata kita memang belum mampu menjadi ketunggalan sejati denganNYA padahal
itulah arti sesungguhnya dari bertuhan. Bertuhan adalah saat kita
memblendingkan diri utuh dengan inti diri kita yang sebenarnya.
Utuh tanpa retak sahabatku… Tapi
apalah itu keretakan terbesarnya kecuali kita masih belum menyadari siapa inti
diri ini. Padahal siapakah lagi inti diri ini selain hanyalah diriNYA?
Sahabatku…
Mari kita meluruskan kesombongan
diri ini, mari kita masuk kedalam untuk mengenal diri. Mengenal diri yang sebenarnya
hanyalah diriNYA.
Mengenal diri adalah penting. Tanpa
mengenal diri, kita sama sekali tidak akan pernah bisa memahami hal besar ini. Kalau
bukti yang begitu jelas kita genggam terlewat, maka bagaimana bisa kita
menggengam bukti yang lebih besar untuk meruntuhkan kebutaan ini?
Lihatlah diri kita ini, nyatanya
sekarang ini kita ibarat seorang buta yang berdiri di depan cermin tanpa pernah
sekalipun menyadari siapa dirinya sendiri. Haruskah kita terus menatap tanpa
menyaksikan?
Mari sahabatku… Mari kita
mengenal diri kita kembali. Mari kita melihat melalui akal untuk kembali
menyaksikanNYA.
Setelah nanti kita berhasil menyaksikanNYA
melalui akal yang melihat ini, maka kita akan mampu mengakui kalau ternyata inti
diri ini hanyalah diriNYA. Kita mengakui ini bukan sebagai wujud kesombongan
iman, melainkan sebagai wujud pemahaman akan inti diri yang sebenarnya.
Tidak ada nilai kesombongan saat
seseorang bersimpuh dan berbisik lirih kalau dirinya hanyalah diriNYA. Jelas ini
bukan tentang agama, bukan tentang keyakinan, apalagi filsafat murahan, atau
ilmiah yang brilian, ini hanya tentang segalanya. Inti diri ini hanyalah MAHA
SEGALA yang membentuk energy dan kesadaran semesta ini.
Salam semesta
Copyright 2020 © www.pesansemesta.com