Mengenal diri adalah perjalanan yang
abadi, keabadiaan yang tidak pernah berujung pada kematian. Boleh dibilang
mengenal diri adalah tugas manusia yang tidak akan pernah berkesudahan. Hanya saja
sekarang kita terjebak dengan satu pertanyaan “BAGAIMANA?”.
Iya, bagaimana caranya kita mulai
mengenal diri?
Ketidakmengetahuan kita saat ini
karena mengenal diri menjadi topik asing yang sengaja dihindarkan. Selama ini
dunia dan segala yang berlangsung di dalamnya, berlangsung untuk terus membuat
kita menghindari diri untuk mempertanyakan diri sendiri.
Alasan khusus untuk ini adalah karena
semakin manusia mengenal dirinya, maka akan semakin paham dia dengan dirinya
sendiri. Dan sudah kodratnya kalau sulit untuk membodohi mereka yang paham. Inilah
kenapa kita seakan tidak diberi kesempatan untuk belajar mengenal diri, yaitu
agar sekelompok yang paham ini bisa menguasai kebodohan kita guna mengambil
keuntungan yang berpihak.
Percayalah, dengan mengenal diri kita
tidak akan mendapati hal apa-apa selain manfaat yang teramat banyak. Mengenal
diri hanya akan membuat manusia cerdas menggunakan dirinya. Mengenal diri hanya
akan membuat manusia bijak dengan apa yang berlangsung di dalam hidupnya. Mengenal
diri hanya akan membuat manusia mendekat kepada inti dirinya sendiri (self
core).
Pilihan itu masih kita genggam. Tidak
pernah ada kata terlambat untuk mengenal diri. Kalau kita masih bingung
bagaimana metodenya, maka semoga apa yang kami sampaikan disini berguna. Jujur metode
ini sangat sederhana, tanpa biaya, namun sangat powerfull apabila kita mau
memaksimalkannya.
1# KEMBALILAH MEMPERHATIKAN DAN
MENGAMATI
Sahabatku… Masih ingat dahulu sewaktu
kita masih kecil, begitu sering kita bertanya ‘kenapa’ dan ‘apa’. Pada waktu
itu kita bertanya dengan kepolosan karena kebutuhan kita untuk mengenal apa
yang berhasil kita amati dan perhatikan. Dari pertanyaan-pertanyaan polos itulah
akhirnya kita mulai menerima jawaban.
Beranjak dewasa, kita semakin sulit
untuk bertanya, alasannya bisa macam-macam. Tapi alasan yang paling utama
sebenarnya adalah karena kita berhenti memperhatikan dan mengamati. Harusnya semakin
beranjak dewas pertanyaan kita menjadi semakin rumit dan kompleks.
Namun nyatanya tidak demikian. Beranjak
dewasa itu semua teralihkan, menjaga fokus untuk terus memperhatikan dan
mengamati sambil terus menyelesaikan kewajiban lainnya memang butuh seni manajemen
yang unik, tapi bukan berarti tidak bisa dilakukan.
Sahabatku… Memperhatikan dan
mengamati merupakan metode paling mudah dan hampir 100% gratis untuk mulai kita
terapkan sekarang guna kembali mengenal diri. Kalau kita bertanya, apa yang
harus kita amati? Maka untuk tahap awal, jawabannya adalah 3.
Pertama: Perhatikan dan amati jasad
fisik kita dan segala pergerakan yang berlangsung didalamnya.
Kedua: Perhatikan dan amati
bagaimana kesadaran kita bergerak. Dari mulai berpikir, mengambil keputusan,
berperasaan, berinteraksi dan segalanya.
Ketiga: Perhatikan dan amati dengan
‘apa’ kemampuan fisik diri kita mampu bekerja dan dengan ‘apa’ kemampuan
kesadaran kita bergerak.
Intinya, mulailah dengan diri
terlebih dahulu. Dahulu seorang Socrates dalam hidupnya pernah berkata “Manusia hendaknya mengenal diri dengan
dirinya sendiri, jangan membahas yang diluar diri, hanya kembalilah kepada
diri. Manusia selama ini mencari pengetahuan di luar diri. Kadang – kadang dicarinya
pengetahuan itu di dalam bumi, kadang – kadang diatas langit, kadang – kadang
di dalam air, kadang – kadang di udara. Alangkah baiknya kalau kita mencari
pengetahuan itu pada diri sendiri. Dia memang tidak mengetahui dirinya, maka
seharusnya dirinya itulah yang lebih dahulu dipelajarinya, nanti kalau dia
telah selesai dari mempelajari dirinya, barulah dia berkisar mempelajari yang
lain. Dan dia tidak akan selesai selama – lamanya dari mempelajari dirinya.
Karena pada dirinya itu akan didapatnya segala sesuatu, dalam dirinya itu
tersimpul alam yang luas ini.”
Sahabatku… Apa yang diucapkan
Socrates adalah benar adanya, itu karena manusia adalah miniature semesta. Begitu
unik dan menakjubkan diri kita ini. Mengenal diri dapat dilihat dari berbagai
perspektif. Dimulai dari mengenal komponen dasar manusia, mengenal akal dan
hati, mengenal ego diri, mengenal keterhubungan diri dengan semesta, sampai
kepada mengenal pembuat dan pencipta diri – sampai mengenal bahwa tidak ada
ketidakterhubungan antara diri dengan semesta, serta dengan pencipta dan
pembuatNYA.
Namun kita tidak akan pernah
sampai kepada jawaban kecuali kita mau mulai memperhatikan dan mengamati.
2# BERSIAPLAH MENERIMA JAWABAN
Sahabatku… Saat kita mulai
memperhatikan dan mengamati, maka mau tidak mau pertanyaan akan mulai bermunculan.
Jangan terkecoh disini, kebanyakan kita begitu meragu untuk bertanya. Ini wajar,
selama ini kita dibiasakan untuk mampu menjawab pertanyaan hanya untuk dinilai dengan
benar atau salah.
Akhirnya dialam bawah sadar kita
selalu menyimpan keraguan akan sebuah pertanyaan. Kita meragu karena menakuti ketidakhadiran
sebuah jawaban. Padahal pertanyaan adalah kunci menuju semesta.
Kami harus mengakui diri dengan
segala kerendahan hati, kalau sebuah jawaban selalu hadir lebih awal dibanding
pertanyaan. Jawaban hanya sedang menunggu ter-unlock dan pertanyaan kitalah
kuncinya.
Pertanyaan adalah kunci jawaban
dari segala yang terlupakan untuk ditanyakan. Begitulah memang Dzat Maha Guru
selalu hadir lebih awal dibanding muridNYA, senantiasa setia menanti sebuah
pertanyaan yang luput untuk ditanyakan.
Namun bergembiralah… Kesadaran
kita akan keluputan diri ini hanyalah awal untuk mengawali diri untuk bersiap
diri meraih jawaban.
Hal yang harus dijaga disini
adalah kenetralan kita saat meraih jawaban itu sendiri. Kebanyakan kita hanya mau
menerima jawaban berdasarkan apa yang ingin kita terima. Padahal jawaban kebenaran
tidak akan pernah berwujud benar atau salah.
Mengenal diri merupakan sebuah
perjalanan untuk menyelami diri sampai mengetahui diri pada hakikat yang
sebenarnya. Kebenaran, itulah jalan akhirnya.
Untuk sampai ke jalan akhir ini ibarat
berenang di dalam kubangan air suci. Kita harus terlebih dahulu mensucikan diri
untuk mampu menyelam ke dasar sumber. Karena ini bukan sekedar informasi yang
diterima oleh mata dan akal selama ini. Tapi menyelam jauh ke dalam jasad, lalu
menuju jiwa, lalu keluar dari keduanya. Sampai akhirnya kita menyadari kalau
diri kita lebih dari sekedar bagian manusia. Kita adalah bagian dari semesta,
dimana inti semesta hanyalah diriNYA.
Sekarang, sudah mampukah kita
menjadi netral dalam menerima jawaban? Ingat saja dahulu kalau kenetralan tidak
pernah berlari menjauhi akal.
3# IZINKANLAH akal UNTUK berpikir
Sahabatku… Pemahaman tidak hadir
dari sekedar menerima jawaban, namun memperhatikan dan mengamati setiap detail
jawaban dengan akal.
Mengenal diri adalah menarik informasi
dengan cara mulai memperhatikan dan mengamati, lalu menetralkan diri menerima
jawaban, agar jawaban itu mampu diberpikirkan kembali dengan akal. Sehingga akhirnya
kita paham lalu menjadi sadar. Kalau sudah sadar, maka kita pun akan berubah
sesuai dengan kesadaran yang berhasil kita bentuk itu.
Ambil contoh, kita memperhatikan
dan mengamati jantung yang sedang berdegup ini, lalu dari situ muncul
pertanyaan sederhana semisal “bagaimana jantung degupannya bisa berubah-ubah?”.
Lalu kita berhasil menerima jawaban kalau ternyata degupan jantung adalah
harmonisasi jasad dan jiwa. Setiap ketidakharmonisan yang terjadi akan membuat ritme
degupannya pun tidak harmonis.
Dari jawaban yang kita terima ini
lalu kita mengizinkan akal kita untuk memikirkannya. Sehingga kesadaran kita
pun mulai memahami sebab akibatnya, sampai akhirnya kita sadar betul untuk
mengharmonisasikan jasad dan jiwa, agar mesin jantung kita ini terus bekerja
stabil dan terus prima.
Sahabatku… Ini hanya satu contoh
saja, namun dari contoh kecil ini kita bisa paham rahasia besarnya. Andaikan semua
manusia tahu bagaimana jantungnya bekerja dan harus bekerja, maka akankah
manusia terkena serangan jantung dan perlu pergi ke dokter jantung? Ternyata kita
sudah mampu mengambil manfaatnya bukan dari mengenal diri, meskipun itu masih
satu contoh kecil saja.
Bayangkan kalau kita terus
menggali diri untuk memahami diri ini. Bukankah wujud ke MahaanNYA akan jelas
tersaksikan? Pastinya iya. Kami berani menjaminnya.
Akhir kata sahabatku…
Anggap hari ini kita ibarat
pengelana yang baru pertama kali menemukan potongan cermin ditengah perjalanan.
Melalui cermin kecil itu akhirnya kita belajar untuk mengenal diri kita
sendiri. Tentunya kita tetap memiliki pilihan. Kita bisa membuang potongan
cermin itu dan terus melaju, atau kita bisa menyimpannya untuk terus kita
gunakan untuk lebih mengenal diri yang sebelumnya tidak pernah kita kenal.
Tidaklah potongan cermin itu
kecuali adalah kemahaanNYA yang melekat didalam diri ini. Tersadari atau tidak disadari kita tidak akan pernah
mengenal diri ini, kecuali denganNYA kita mengenal diri ini. Sungguh netral
diriNYA mendampingi.
Begitulah SANG PEMBUAT tidak
pernah mendikte pilihan, DIA hanya memberikan pilihan. Tugas kita lah untuk
memilihnya. Pilihlah untuk mengenal diri sahabatku… dan temuilah diri-NYA di
tiap inti diri ini.
Salam Semesta
Copyright 2020 © www.pesansemesta.com