Sahabatku… Bagaimana cara kita
berbicara kepada diri hari ini? Percayalah kalau tersimpan kekuatan yang luar
biasa dari bagaimana cara kita berbicara kepada diri sendiri.
Baik kita sadari atau tidak mau
kita sadari, setiap diri kita melakukan aktifitas yang namanya komunikasi
internal. SELF TALK begitulah singkatnya kita menyebut komunikasi internal ini.
Tapi tahukah kita kalau ternyata Self Talk adalah bentuk pemrograman neuro linguistik?
Latihan pemrograman neuro linguistik
sebagian besar berfokus pada penggunaan Self Talk untuk memengaruhi pikiran dan
tubuh. Ini terjadi karena sesungguhnya kita memiliki koneksi antara tubuh dan pikiran
yang sangat aktif.
Koneksi tubuh dan pikiran adalah
elemen penting yang menentukan bagaimana berkomunikasi kepada diri benar-benar bisa
memengaruhi kita. Dimana komunikasi kepada diri sendiri yang berasal dari suara
kecil di kepala kita, tidak hanya memiliki potensi untuk mempengaruhi suasana
hati, tetapi memiliki potensi untuk mempengaruhi keadaan fisiologis.
Jadi komunikasi yang kita ucapkan
kedalam diri, yang kita pahami sendiri dan juga kita rasakan sendiri bukanlah
sesuatu yang tidak memiliki efek.
Neuron adalah sel-sel otak,
berjumlah miliaran, yang mampu berkomunikasi instan satu sama lain melalui
pembawa pesan kimia yang disebut neurotransmitter.
Dalam dunia medis, kita sudah
mengerti betul kalau sel-sel tubuh kita hanya mengikuti instruksi yang diberikan
oleh neurotransmitter ini. Ketika kita menjalani hidup kita, sel-sel otak
secara konstan menerima informasi tentang lingkungan kita melalui setia inputan.
Kita salah mengira tentang ‘inputan’
ini. Kita mengira kalau inputan itu adalah sesuatu yang hanya bersumber
external (luar diri), padahal sumber internal (dalam diri) juga merupakan inputan
bagi otak.
Saat kita melakukan Self Talk otak
kemudian mencoba membuat representasi internal kita melalui perubahan kimia
yang kompleks.
Ambil saja contoh ketika kita diliputi
oleh ucapan-ucapa diri yang pesimis, sedih atau takut. Maka seketika kita
sering merasakan di tubuh kita tiba-tiba ada beban di dada, sesak di
tenggorokan, tangan kita gemetar, denyut nadi kita lebih cepat, paru-paru kita
menegang, mata kita terasa perih.
Ini adalah bukti kecil kalau
memang secara naluriah otak kita breaksi dengan segala komunikasi internal yang
kita lakukan.
Sungguh menakjubkan, ternyata
bagaimana kita berbicara kepada diri terbukti berpengaruh besar terhadap
kesejahteraan fisik dan jiwa kita sendiri.
Itulah kenapa berbicara kepada
diri sendiri dapat menjadi cara yang ampuh, tetapi kita perlu belajar bagaimana
menggunakan Self Talk dengan benar, untuk kesejahteraan fisik dan jiwa kita.
Berikut ini adalah 3 strategi
neuro linguistik yang kuat yang dapat kita gunakan untuk memanfaatkan kekuatan Self
Talk. Semoga bermafaat.
1# Sahabatku… Ingat! Se-positif
mungkin
Coba ucapkan dan isi kelanjutkan titik-titik
dibawah ini “SAYA ……………………………………………………………………………………..”
Perhatikan jawaban spontan kita dalam
mengisi titik-titik ini. Apabila isinya negatif, maka rubahlah menjadi
sepositif mungkin.
Misalkan “SAYA SANGAT TIDAK
BERDAYA” Nah, ini adalah negatif. Mari kita rubah menjadi “SAYA BERAKSI DAN
TERUS AKAN BERAKSI SESUAI PORSI SAYA SENDIRI”
Misalkan “SAYA SELALU KEKURANGAN UANG”
Mari kita rubah menjadi “SAYA AKAN SELALU MEMBUAT DIRI SAYA KECUKUPAN UANG”
Apakah ini berarti kita sedang
membohongi diri sendiri? Jawabannya adalah TIDAK. Kita justru sedang
mengajarkan diri untuk berdamai dan melihat sisi baik dari segala kondisi.
Selalu ada porsi kebaikan dari
segala sesuatu. Hanya saja kadang porsi ini tertutupi. Izinkan diri kita untuk belajar
menyaksikan porsi kebaikan yang tertutupi ini.
Membiarkan akal yang cerdas ini kita
memecahkan setiap masalah yang ada dihadapannya. Membiarkan jiwa ini menjadi
kuat dengan apa yang ada dihadapannya.
Karena jujur saja, kita tidak
membutuhkan ceramah seorang motivator. Diri ini adalah motivator terbaiknya, kalau
kita mau menjadikannya seperti itu.
2# Sahabatku… Ingat! Me, Myself
and I
Masih suka membicarakan orang
lain kepada diri sendiri? Kalau iya, cobalah perlahan-lahan mengurangi
frekuensinya. Sampai kita benar-benar fokus dengan diri sendiri.
Jangan salah sangka! Kami tidak
sedang mengajarkan kita semua untuk menjadi makhluk super egois.
Kami hanya mengajak kita untuk jangan
membiarkan otak kita salah fokus dengan membicarakan pihak lain yang bukan
dirinya sendiri pada area pribadinya.
Apalagi itu kalau hal-hal yang negatif.
Tentunya kita tidak mau membentuk diri seburuk orang yang kita bicarakan bukan?
Misalkan penilaian kita tentang
orang yang senantiasa kita nilai-nilai aau Masalah-masalah yang hanya bisa kita
kritik tanpa kita perbaiki.
Sahabatku… Mulai sekarang, apabila
kita mulai menilai-nilai pihak lain maka berhenti sejenak dan masuklah kedalam
diri dan ucapkan “SAYA MENGHARGAI PRIBADI ITU DAN SAYA AKAN FOKUS MENJADI
PRIBADI YANG TERBAIK”
Apabila kita melihat masalah maka
beraksilah. Tidak perlu mengumpat, mengkritik, menyalahkan. Cukup beraksilah dan
ucapkan “SAYA MEMILIH UNTUK MEMPERBAIKI MASALAH INI DENGAN SEBAIK-BAIKNYA”.
Apabila kita tidak memilih untuk memperbaiki, maka tinggalkanlah.
Buatlah layar kenyataan yang
bersih dan netral. Dimulai dari diri sendiri sahabatku…
3# Sahabatku… INGAT! Siapa
sahabat Anda?
Pastikan jawabannya adalah diri kita
sendiri. Jadikan diri ini sebagai sahabat terbaik untuk dirinya sendiri. Hiduplah
untuk diri ini terlebih dahulu.
Paling tidak cobalah dahulu
berbicara kepada diri sendiri seakan diri kita berbicara kepada seorang
sahabat. Penuh dengan kasih sayang, penuh dengan penghargaan, penuh dengan
terimakasih dan penghormatan.
Tentunya kita tidak akan mengumpat,
mengutuk, dan berbicara dengan kata-kata kasar dan menyinggung sahabat kita
sendiri bukan?
Kita tidak akan berkata “SAYA
SANGAT BODOH” atau “SAYA TIDAK BERGUNA”
Sahabatku… Cobalah untuk terus
berkomunikasi kepada diri dengan bahasa dan kalimat yang baik. Hindari keluhan,
ratapan dan bahasa yang menyudutkan diri. Dan jangan lupa juga, ucapkanlah
terimakasih untuk seluruh kinerja tubuh kita.
Sama seperti kita, tubuh juga
menghargai penghargaan. Beberapa orang berpikir ini gila, tetapi ketika kita
mengatakan "Terima kasih" kepada tubuh, maka tubuh akan cenderung
melakukan lebih banyak hal yang menyenangkan kita.
Otomatis pikiran kita pun akan
menjadi lebih tenang. Seutas senyum kepada diri pun akan tersungging begitu
saja.
Jadi mengertilah, kalau pujian dan terimakasih
yang tulus langsung menghasilkan efek yang lebih baik sama seperti seorang
sahabat yang mengucapkannya dengan tulus.
______________________________________
Sahabatku… Di atas adalah 3
strategi neuro linguistik yang kuat yang dapat kita gunakan untuk memanfaatkan
kekuatan Self Talk dan koneksi pikiran-tubuh yang terhubung dinamis dan
harmonis.
Kalau kita tidak memiliki ucapan
yang baik, maka lebih baik kita diam. Hanya saja diam didalam diri adalah
tantangan yang paling susah. Kalau begitu lebih baik kita belajar untuk memperbaiki
komunikasi internal ini, ketimbang harus terus menerus merusak diri sendiri.
Lagi pula bagaimana bisa kita membangung
komunikasi dengan PEMBUAT diri ini, kalau kita bahkan belum bisa berkomunikasi
yang baik kepada diri sendiri?
Betapa banyak manusia yang lapar
penghargaan tapi bahkan tidak pernah menghargai keterhubungan dirinya sendiri. Hargailah
diri kita. Minimal dengan berkomunikasi yang baik dengannya.
Semakin kita menghargainya, maka
semakin kita menghargai DZAT MAHA yang membuat diri ini. Beginilah cara kita
membangun komunikasi awal dengan-NYA, yaitu dengan mulai berkomunikasi yang baik
dahulu dengan seluruh buatanNYA didalam diri ini.
Mulailah dengan diri ini dahulu
sahabatku… Bukankah diri ini adalah buatanNYA? Kalau kita menjawab tidak, lalu
siapakah?
Salam Semesta
Copyright 2020 © www.pesansemesta.com