Seorang bijak berkata “Kenetralan hanya akan terjadi saat seseorang berhasil menenggelamkan dirinya dalam kesucian”. Hanya saja sahabatku… Siapa yang bisa menjadi suci tanpa disucikan?
Sementara mensucikan diri itu
ibarat seseorang yang hanya memiliki satu tangan. Kalau satu tangan ini
dipakai, maka terpaksa tangan ini harus kotor. Kalau tidak mau menjadi kotor,
maka jangan dipakai. Tapi bagaimanapun juga kita tetap harus memakainya bukan?
Jadi kesucian adalah kerelaan
diri yang mau disucikan dalam pengulangan. Berkali-kali mensucikan diri sampai
senantiasa terlihat bersih. Tapi bukan berarti terlihat bersih tidak kotor.
Harus ada kotor untuk bersih, dan itulah kenetralan.
Sebuah kabar baik pastinya. Hanya
saja bagaimana cara agar kekotoran diri kita mampu disucikan agar menjadi
netral?
Sahabatku… Setiap proses
membutuhkan ilmu. Semesta buatanNYA adalah sumber ilmu yang tidak terputus.
Mari kita membaca ilmuNYA agar keinginan kita untuk menjadi netral tidak
menjadi keinginan kosong dalam harapan yang mencemaskan.
Tidak ada keinginan yang kosong
sahabatku… Meskipun keinginan itu sangat merepotkan. Bersemangtlah untuk setiap
keinginan. Tentunya kita sangat ingin menjadi suci dan netral bukan?
Keinginan ini sangat wajar,
karena begitulah fitrah kita sebenarnya. Setiap kesadaran memang akan selalu
merindu untuk menuju fitrahnya, inilah latihan dasar kita untuk untuk menghapus
kerinduan itu :
1. JANGAN TAKUT UNTUK SALAH
Sahabatku… Tanyakan kepada diri; apakah dia masih takut untuk salah? Apakah dia membenci kesalahan, untuk yang dia lakukan sendiri atau yang dilakukan oleh orang lain? Apakah kesalahan masih membuatnya kecewa dan frustasi? Dan apakah dia berharap tidak pernah salah?
Kalau jawabannya adalah, “iya”. Maka latihan pertama adalah untuk merubah pertanyaan diatas menjadi “tidak”. Ingat! Ini adalah latihan dasar. Jadi ini harus dilakukan, sebelum melakukan yang lainnya.
Kalau kita masih bingung kenapa alasannya? Maka pahamilah kalimat dibawah ini :
“Aku tidak
pernah benar kalau aku tidak pernah salah”
“Aku salah
karena aku harus benar”
“Aku tidak mampu
memperbaiki kalau tidak mampu menerima kesalahan”
2. IZINKAN DIRI UNTUK BELAJAR MENERIMA KESALAHAN
Sahabatku… Manusia tidak akan mampu membenahi apapun yang tidak bisa diterimanya. Rejection (penolakan) adalah batu yang sangat tebal.
Respon menerima adalah pelajaran awal untuk mengendalikan ego. Ego kita selalu menolak sesuatu yang tidak nyaman, dan akan memaksa kita untuk meraih kembali dan mempertahankan kenyamanan itu, untuk menerima segala keuntungan.
Karena mempertahankan ego itulah maka respon kita adalah marah, mengumpat atau bersedih. Akhirnya kita gagal menghadapi kesalahan, lalu kesalahan itu pun berubah menjadi masalah. Pada moment ini, kesalahan apapun yang sedang kita hadapi tidak akan bisa terbenahi, karena kita sudah gagal menghadapinya.
Agar tidak gagal menghadapi kesalahan, maka kita perlu memilih respon menerima. Dengan memilih respon menerima, maka kita akan mampu mengendalikan ego. Lalu karena ego sudah terkendali, maka jiwa kita bisa menikmati ketidak-damaian yang sedang berlangsung.
Akhirnya kita terlindungi dari stress dan depresi. Ini terjadi karena diri seudah mampu menerima kesalahan sampai rasa pemakluman itu hadir.
Stress yang muncul dan depresi yang berkepanjangan adalah akibat dari diri yang belum mampu menerima keadaan. Sehingga kita membuat keadaan menjadi masalah. Ini terjadi karena ego terus menerusan memberontak dan belum mau menerima ketidak-damaian yang terjadi.
Padahal saat kita memilih menerima sepenuhnya ketidak-damaian, ketidak-damaian akan berubah menjadi kedamaian. Dan inilah yang dibutuhkan oleh jiwa dan jasad kita.
Coba tanyakan sendiri; apakah seseorang itu bisa memperbaiki apabila dirinya stress???
Bahkan dirinya
sendirilah yang pertama kali harus diperbaiki, sebelum kesalahannya diperbaiki.
Karena apabila pikiran sudah mengganggu jasad, maka jasad akan beroperasi tidak
seimbang. Lalu bagian siapa yang mampu memperbaiki siapa?
Sahabatku… Buah
dari kenetralan adalah pemakluman. Hanya saja, bagaimana kita bisa memaklumi
sesuatu yang tidak kita terima?
3. BELAJAR
UNTUK TIDAK MENILAI HASIL PELAJARAN TAPI HANYA TERUS MEMPERBAIKI
Pada latihan kali ini, anggap kita sudah berhasil melewati dua latihan sebelumnya. Kita boleh bersenang hati dalam kedamaian yang sedang berlangsung ini. Kedamaian yang muncul dari jiwa yang sudah mampu melihat kesalahan dan menerimanya.
Pasti senang rasanya karena sudah tidak terganggu lagi dengan hal-hal yang tidak sesuai rencana. Pasti juga bahagia bisa memaklumi setiap kesalaha orang lain dengan bijak.
Namun pada latihan kali ini kita sudah dituntut untuk memperbaiki. Kita tidak memaklumi kesalahan untuk dilupakan atau dibiarkan, melainkan untuk diperbaiki.
Kenapa memperbaiki kesalahan masuk kedalam latihan untuk menjadi netral?
Jawabannya sudah pasti karena ini dua hal yang berhubungan. Dalam kenetralan kita sudah mulai berhenti menilai, namun tidak berhenti beraksi. Iya betul ego ini sudah mampu memaklumi setiap kesalahan yang telah terjadi, namun bukan berarti kita berhenti memperbaiki.
Mampukah kita hanya beraksi tanpa menilai? Bisakah kita membiarkan diri berjalan diatas teriknya matahari tanpa menilai panasnya? Kuatkah kita terus berlari tanpa menilai kecepatannya? Mampukah kita memperbaiki tanpa berbangga diri telah memperbaiki.
Sahabatku… Saat kita membiarkan penilaian sebagai prioritas hidup, maka kita telah sukses menghilangkan bagian hidup itu sendiri. Hidup membutuhkan aksi dan bukan penilaian. Belajar menghilangkan penilaian adalah pokok yang paling susah dari latihan kenetralan.
Karena itu latihan teringannya adalah dengan tidak memberikan hidup secara rela begitu saja untuk dinilai dan menilai.
“Hiduplah untuk memperbaiki kehidupan tanpa membutuhkan nilai” Bukankah Dzat Maha selalu begitu? Berapa nilai yang Dia harapkan dari apa yang telah dilakukanNYA? Tidak ada bukan? Itulah kenetralan.
Sahabatku… Cukup tiga dulu untuk
hari ini. Mari kita melatih diri kita untuk terus terlihat bersih. Ingat saja
terus, kalau harus ada kotor untuk bersih. Dzat Maha selalu membuat dua kubu yang
berbeda. Perhatikan atom, dia memiliki positif, dia memiliki negatif dan dia
juga memiliki netral. Tugas kita hanya menempatkan diri ditengah, dan itulah
fitrah manusia yang sebenarnya.
Saat ego manusia tidak mengerti
apa itu menempatkan diri ditengah, maka hancurlah kenetralan. Kenetralan adalah
fitrah manusia yang bisa terkoyak oleh egonya sendiri. Pahami rahasia kecil ini
sahabatku… Karena mungkin latihan kita ini akan berlangsung selamanya.
Salam semesta
Copyright 2020 © www.pesansemesta.com