Seorang sahabat bertanya
“Sebenarnya untuk apa kita berpuasa?” Sungguh pertanyaan yang bagus pada awal
bulan yang bagus. Mari kita mempelajari jawaban semesta secara netral, agar
kita mampu mengambil pelajaran terindah dariNYA. Melalui anugerahNYA kami menjawab.
Sahabatku… Kami tidak akan
menjawab kalau satu-satunya alasan kita berpuasa adalah untuk pahala. Pahala
itu merupakan hal gaib yang butuh keikhlasan agar bisa terwujud.
Satu-satunya cara kita
menyaksikan pahala adalah dengan menyaksikan kebaikan yang dibawanya. Dari
proses penyaksian itulah, kita akan mampu melihat wujud pahala yang sebenarnya.
Dan pastinya, kita hanya akan melihatnya dengan diri yang tidak lagi mendikte
angka yang terterima.
Jadi Sahabatku… Untuk apa kita
berpuasa?
Jawabannya adalah kita berpuasa
untuk belajar pengendalian.
Tetapi bukan untuk mengendalikan
lapar dan haus. Karena kita tidak berpuasa untuk lapar dan haus. Tetapi untuk
menjadi rasa lapar dan haus itu sendiri. Kita berpuasa agar mampu berdiri
diluar barisan depan hanya untuk melihat diri sendiri.
Jadi sahabatku… Saat berpuasa
perhatikanlah rasa lapar itu, perhatikanlah rasa haus itu dan belajarlah
darinya.
Belajarlah untuk merasakannya.
Belajarlah untuk menyatu dengannya. Lalu belajarlah untuk mengendalikannya.
Mengendalikan disini bukan
menghilangkan keniscyaannya. Namun meresapi nilai-nilai keniscayaan itu
sendiri. Meresapi kalau setiap keniscayaan terbentuk dengan tali keseimbangan
yang halus dan terkendali.
Sudah menjadi aturanNYA kalau
jasad akan lapar dan haus. Rasa lapar merupakan hasil dari serangkaian proses
yang terjadi ketika kadar glukosa atau gula dalam darah menipis. Ketika kadar
glukosa menipis, sistem pencernaan melepaskan berbagai jenis hormon, termasuk
insulin.
Pelepasan hormon-hormon tersebut
merupakan sinyal bahwa tubuh membutuhkan asupan bahan bakar. Di otak sinyal
dari jasad ini diterjemahkan sebagai rasa lapar.
Berarti secara tidak langsung,
jasad berkomunikasi dengan memberi tahu kebutuhan yang kita butuhkan melalui
rasa lapar. Sehingga akhirnya memaksa diri untuk memenuhi kebetuhannya dengan
makan.
Tapi nanti dulu, jasad kita boleh
saja merengeki kebutuhannya. Namun ternyata kebutuhan pun tercipta agar bisa
terkendalikan. Dan ternyata jasad kita pun paham kalau kita sedang ingin
mengendalikannya.
Jadi begini, setelah melewati
waktu 8 jam berpuasa, hati akan menggunakan cadangan glukosa terakhirnya.
Apabila ini terjadi, jasad memasuki kondisi gluconeogenesis menandai bahwa
jasad mentrasisi dirinya ke mode puasa.
Pada mode puasa ini, penelitian
telah menunjukkan bahwa gluconeogenesis meningkatkan jumlah kalori yang dibakar
jasad. Tanpa karbohidrat yang masuk akhirnya jasad menciptakan glukosa sendiri
menggunakan lemak. Ini proses yang aman bagi jasad. Hanya saja proses ini
membuat kita merasakan lapar yang semakin akut.
Rasa lapar akut yang kita rasakan
akhirnya terus menerus menekan otak ego kita untuk terus menerus memikirkan dan
membutuhkan makanan selama berpuasa. Otak ego disebut juga otak primal.
Otak ego menempati posisi di otak
kecil dan batang otak. Otak primal ini bertanggung jawab atas segala pergerakan
didalam jasad dan aktifnya survival mode, yaitu fungsi bertahan hidup yang paling
mendasar dari jasad manusia.
Uniknya otak primal ini tidak
bisa berpikir. Otak ini hanya memiliki serangkaian respons perilaku yang
terbatas yang dapat dipicu oleh pemicu tertentu. Rasa lapar dan haus terproses
dalam bagian otak ini, sebagai respon yang mendesak kita untuk memenuhi
kebutuhan dirinya.
Itulah fungsinya ego. Ego
memiliki naluri kewaspadaan. Tersistem sebagai sebuah Alert system yang akan
otomatis berbunyi apabila ada hal yang tidak nyaman terjadi bagi diri.
Jadi sebenarnya ego kitalah yang
berkata… ohh kamu lemes karena puasa, kamu ga akan kuat, kamu harus makan dan
lain sebagainya.
Sementara sebenarnya dari dalam
jasad manusia sendiri masih tetap baik-baik saja. Karena jasad manusia memiliki
sistem yang netral. Sayangnya kenetralan sistem jasad kita sering dirusak oleh
ego yang tidak terkendalikan dengan baik dan benar. Tugas kitalah untuk mengendalikan
ego ini agar tersistem dengan baik dan benar.
Disinilah letak alasan kenapa
puasa kita lakukan, yaitu untuk belajar pengendalian ego. Dimana kita belajar
mengontrol ego kita untuk menjadi lebih rasional disaat yang tidak rasional
baginya.
Bagi ego, tidak rasional apabila
kita tidak makan saat lapar, dan tidak minum saat haus. Tapi bagi jasad itu
masih hal yang rasional. Karena sebenarnya sistem operasi jasad masih mampu
bertahan dalam kondisi seperti itu.
Tugas berat utama saat kita
mengaku berpuasa adalah membuka akal untuk menyeimbangkan antara keinginan
dengan kebutuhan, sehingga ego mampu terkendalikan olehnya.
Ciri manusia yang berpuasa adalah
mereka yang sudah bisa menggunakan akalnya untuk mengendalikan dirinya sendiri.
Ingat rahasia kecilnya sahabatku… Akal manusia mampu menakar kebutuhannya dan
ego manusia mampu menakar keinginannya.
Memang ada banyak hal penting
yang harus kita perjuangkan, sehingga kita pantas berkata kalau diri ini adalah
manusia yang berpuasa, dan bukan manusia yang sekedar tidak makan dan tidak
minum.
Tidak apa sahabatku… Lapar dan
haus kita saat ini bisa menjadi gerbang pelajaran yang indah bersamaNYA apabila
kita mau belajar. Saran kami, ambillah pelajarannya, jangan menilai hasilnya,
terus sajalah belajar.
Besok sebagian kita masih akan
berpuasa. Mungkin besok kita akan gunakan puasa itu sebagai pelajaran. Meski
sebenarnya setiap hari kita harus berpuasa. Setiap hari kita harus belajar
mengendalikan.
Selamat berpuasa sahabatku…
Pahala berpuasa adalah kebaikan dari hasil pelajaran itu sendiri. Pahala
bukanlah angka yang terhitung, melainkan hanyalah kebaikanNYA yang tak
terhitung.
Dalam porsi-porsi pelajaran kita
yang masih akan terus berlanjut, selalulah mengingat kalau pengendalian dan
pelajaran itu tidak pernah kita lakukan sendirian. Kita mengendalikannya
bersamaNYA dan kita juga mempelajarinya bersamaNYA. Dan setiap detik kita akan
berpuasa bersamaNYA…
Karena tidak ada setitik pun
detik yang terbentuk dalam waktu dan ruang tanpaNYA…
Akhir kata sahabatku…
Berpuasalah, dan merendahlah dalam puasa itu.
Salam Semesta
Copyright 2020 ©
www.pesansemesta.com