Seorang sahabat bertanya “Bagaimana cara atau tips sederhana agar kita mampu memposisikan diri diantara lingkungan yang kental dengan dogma dan doktrin keagamaan, juga tradisi yang selama ini diajarkan turun temurun?”
Sahabatku… Dalam hidupnya, setiap
kesadaran akan belajar dan akan berkembang sesuai arahan semesta. Saat
kesadaran mulai merangkak untuk membuka mata, maka diri akan mulai belajar.
Dari hasil pelajaran itu mulai terlihatlah, kalau apa yang terpahami selama ini
tidak pernah sama dengan apa yang selama ini diajarkan untuk benar. Akibatnya
diri pun mulai bimbang untuk bersikap.
Sebuah pengalaman telah
mengajarkan kalau ini merupakan kebimbangan yang memang tidaklah nyaman. Namun
semesta mengajari kalau hidup merupakan hasil dari pilihan yang terpilih. Rasa
hanyalah proses yang harus terlewati dari hasil sebuah pilihan.
Jadi apa yang harus kita lakukan hanyalah
bersikap bijak untuk belajar berdamai dengan rasanya. Sambil mengizinkan
kesadaran terus menerima porsi pelajarannya.
Terimakasih untuk pertanyaan yang
hadir dari jiwa yang jujur bertanya. Melalui pertanyaan, semesta memberi
jawaban yang indah untuk kita pelajari bersama. Sebuah penguat yang mengamankan
kesadaran yang sedang belajar. Dan sebuah pendamai bagi jiwa yang sedang
terbimbangi dalam pelajaran yang semakin menguat.
Mari kita pelajari dua tips
sederhana berikut:
TIPS PERTAMA : INGATLAH KALAU SEMUANYA TIDAK HARUS SAMA
Sahabatku… Dari kecil kita diajarkan
untuk berkelompok dan memilih kelompak. Sehingga tertanam di mindset kita kalau
perbedaan adalah jarak pemisah. Akhirnya kita lupa kalau semesta ini terbentuk
dari kepingan-kepingan perbedaan yang bermanunggal menjadi harmonis.
Jangan jauh-jauh, tengoklah jasad
kita sendiri. Jasad kita adalah kekompakan organ-organ berbeda yang beroperasi
dengan tujuan utama yang sama, yaitu untuk menunjang kehidupan kita.
Namun meski setiap manusia
memiliki sistem operasi jasad yang sama, tetap saja mereka dibuatkan identitas
yang berbeda. Sidik jari yang berbeda dan bahkan otak yang berbeda.
Sebuah penelitian menunjukkan
kalau tidak ada dua orang yang memiliki anatomi otak yang sama. Dimana keunikan
ini merupakan hasil kombinasi faktor genetik dan pengalaman hidup individu.
Dengan perbedaan yang akan terus
kita bawa ini saja kita seharusnya sadar, kalau hal yang sama juga terjadi dengan
kesadaran kita.
Tidak ada yang sama. Setiap kita
memiliki tingkat kesadaran yang tumbuh dari pelajaran hidup kita masing-masing.
Dan sama sekali tidak ada nilai yang lebih baik dari setiap kesadaran itu. Karena
pada wujud yang senetral-netralnya, seluruh kesadaran terbentuk oleh SATU yang
sama.
Jadi, sebagai seseorang yang
sudah mulai tumbuh dengan kesadaran baru. Cobalah lebih memaklumi perbedaan dogma/doktrin
yang ada. Merendahlah dalam tingkatan kesadaran yang telah terbentuk, dan
cobalah menjadi contoh yang baik. Jadilah diri yang bisa menjadi contoh
rahmatNYA bagi semesta alam.
Sahabatku… Tidak perlu memikirkan
perbedaan dogma/doktrin yang ada, karena semuanya tidak harus sama. Izinkan
diri mereka berkembang melewati pelajaran mereka, sementara diri kita terus
berkembang melewati pelajaran kita.
Hargai pelajaran mereka,
santunlah dan ingatlah semuanya tidak harus sama. Sang Pendamping selalu
menghargai perbedaan apapun, dan terus memberi peluang yang sama adil bagi
seluruh apa yang didampingiNYA. Jadi tidak apa kalau semuanya berbeda. Semuanya
akan didampingiNYA dengan manis sesuai dengan porsi yang sengaja kita bentuk.
TIPS KEDUA : INGATLAH KALAU SEMUANYA BERAWAL DARI DALAM DIRI
Sahabatku… Biasanya seseorang
yang menakuti perbedaan, adalah mereka yang masih takut terpengaruhi. Saat diri
masih takut terpengaruhi oleh penilaian yang diluar diri. Maka caranya bukan
menghindari tapi membentuk.
Bentuklah diri yang tidak lagi
tersiksa dengan perbedaan. Saat diri sudah nyaman dengan perbedaan, maka
perbedaan itu pun akan menghilang dengan sendirinya. Kita pun akan lebih
menjadi nyaman, dan mampu membentuk energi yang harmonis ditengah perbedaan
agama atau tradisi apapun.
Bagaimana caranya? Caranya adalah
dengan melangkah apa adanya kedalam diri. Jangan menilai yang diluar diri. Tapi
HANYA jadikan diri sebagai fokus yang utama.
Aplikasinya sederhana; Misalnya dengan
membiasakan diri untuk tidak mengkafirkan orang lain, membiasakan diri untuk
tidak menilai ibadah orang lain, membiasakan diri untuk tidak menilai kebaikan
atau keburukan orang lain, membiasakan diri untuk tidak menilai keilmuan orang
lain, membiasakan diri untuk menilai penampilan orang lain.
Jadi, saat diri sudah mulai
menilai orang lain/kelompok/agama/tradisi orang lain, langsunglah masuk kedalam
diri sendiri, rasakanlah diri sendiri dan mulailah mengendalikan diri sendiri
untuk membentuk diri yang terbaiknya.
Tentunya tips yang kedua ini
perlu dipraktekan dalam proses yang mungkin akan berlangsung seumur hidup. Seumur
hidup kita akan melihat perbedaan, lalu mengendalikan diri untuk memakluminya.
Pada proses seumur hidup ini,
cobalah untuk membawa ketulusan. Dimana kita mencoba tulus memaklumi karena
apapun perbedaan yang terlihat bersumber dari sumber yang sama, yaitu Dzat Maha
Pembentuk Perbedaan.
Dimana perbedaan yang ada ini
hanyalah gerbang kita mengenal bentukanNYA. Lalu secara tulus kita menyaksikan
bentukanNYA itu tanpa penilaian apapun selain hanya kenetralan yang tersisa
dari tiap penyaksian. Ujungnya memang hanyalah harmonisasi yang damai.
Jangan khawatir, proses itu tidak
memerlukan waktu, melainkan terbentuk dalam waktu itu sendiri. Jangan heran
dengan tulisan ini, lakukan saja yang terbaik, suatu hari diri akan paham kalau
apapun perbedaan semuanya hanya bersumber untuk menyaksikan yang seharusnya
tersaksikan.
Agama itu dahulu dibentuk manusia
agar manusia mampu bersaksi, sehingga mampu mengimani yang tersaksikan. Karena
kalau sudah tersaksikan secara sempurna lahir batin, maka barulah seseorang
mampu masuk kedalam gerbang keimanan. Saat keimanan mulai terbentuk maka
barulah rasa SATU itu bisa terpahami.
Gerbang keimanan itu akan
mendekat kalau kita mulai berdamai dengan perbedaan apapun. Pahami saja kalau seluruh
perbedaan itu hanya ada berkat Sang Satu.
Akhir kata sahabatku… Tidak ada
satupun yang akan terpecah belah dariNYA. Genggamlah dirimu sendiri untuk
menemukanNYA didalam dirimu. Doktrin/dogma apapun hanyalah pemanis jalan yang
tidak perlu dikhawatirkan, hanya cukup dihormati saja.
Salam Semesta
Copyright 2020 ©
www.pesansemesta.com