Setiap manusia menyimpan nilai
kesuksesannya masing-masing. Kita memiliki naluri keberhasilan. Seperti sebuah
keniscayaan yang menjadikan setiap diri menyimpan ambisi untuk terus menjadi
pemimpin diri yang sempurna.
Sebuah ambisi yang wajar memang.
Karena sejak awal kita memang hanya hidup untuk menjadi khalifah yang bermakna
dan membawa makna. Jadi sangat wajar, kalau kita memiliki naluri untuk suatu kesempurnaan
yang disebut kesukesan.
Sayangnya, kesuksesan bukanlah
kesempurnaan. Melainkan hanyalah jalan-jalan kesalahan yang telah terpelajari
dengan waras.
Waras bukan kata yang kasar
disini. Tentunya kita harus senantiasa mempersiapkan akal agar mampu
menganalisa, untuk bisa memperbaiki keadaan. Karena kesuksesan, pada wajah yang
sebenarnya adalah kegagalan yang berhasil diperbaiki.
Jadi, kalau saat ini kita masih
merasa menyimpan tembok yang menghalangi diri dari kesuksesan. Maka caranya
adalah dengan mengendalikan diri untuk menggeser penghalangnya.
Setiap manusia memilii naluri
yang setiap naluri apapun itu selalu bisa dikendalikan. Pengendalian sendiri bisa
datang dari dalam diri, bisa juga datang dari luar diri. Dari manapun arah
pengendalian itu, tetap setiap manusia dianugerahi kesadaran yang mampu
memilih. Termasuk memilih sikap.
Tentunya kita harus bersikap
sangat waras, untuk memahami kalau ada beberapa sikap yang menghalangi seorang
khalifah untuk memenuhi nalurinya untuk sukses dan memberi makna.
Mari kita membuka kewarasan akal
untuk menganalisa. Jangan-jangan ada salah satu dari tiga sikap dibawah ini
yang masih kita lakukan untuk terus tidak sengaja menghalangi kesuksesan.
SIKAP PERTAMA : MENGELUH
Sahabatku… Seberapa besar kadar
keluhan kita? Mulai detik ini, jangan sampai kadarnya dibiarkan berlebihan
sampai menghalangi diri dari kesuksesan yang seharusnya terbentuk.
Keluhan yang terlalu berlebihan akan
mengikat diri untuk tidak memahami sebab akibat. Jelas ini berbahaya!
Setiap ronde kejadian dalam semesta
selalu tentang sebab akibat. Kalau kita perhatikan perjalanan mereka yang telah
berhasil makmur dan memakmurkan. Kita akan melihat pola ter-standar yang akan
selalu ada.
Salah satu di antara pola itu
adalah KEGIGIHAN. Dan siapa sangka, kalau dalam kegigihan itu tersimpan begitu
banyak corak KELUHAN yang dengan sengaja diikat erat agar tidak menjadi keluhan.
Perhatikan MCDonald, Facebook, Tesla,
Alibaba, Gojek. Cerita-cerita abad baru yang memiliki pola standar, yaitu KEGIGIHAN.
Bukan berarti mereka tidak
memiliki alasan untuk mengeluh. Aset, status, pengakuan dan makna yang beri saat
ini adalah berkat segala keluhan yang mereka redam.
Saat seseorang memilih gigih,
maka dia akan meredam seluruh keluhannya. Dia akan mengecilkan volume keluhan
untuk sebuah kata, yaitu pencapaian.
Begitulah adanya, saat seorang
khalifah ingin mencapai ujung gunung tertinggi, maka dia tetap harus melalui
dasar gunung yang terendah. Keluhan-keluhan yang berteriak hanya akan mengikat
diri seorang khalifah untuk mencapai bentuk tertingginya.
Jadi sahabatku… Sudahkah kita meredam
keluhan-keluhan itu, atau kita masih sengaja membiarkan volume keluhan itu
mengaung bak singa lapar?
SIKAP KEDUA : MALAS BERPROSES
Kesuksesan seorang khalifah
adalah hasil dari sebuah proses, begitu juga dengan kegagalannya.
Apapun yang kita pilih semuanya adalah
hasil dari sebuah proses. Kita sudah mempelajari pentingnya proses dari awal
kehidupan kita dimulai sampai detik keberadaan kita sekarang. Itulah kenapa
berproses akan selalu menjadi anak tangga yang tidak bisa kita lewati.
Sayangnya meski kita paham, kita
tidak selalu melakukannya. Perhatikan harapan-harapan kita akan kesuksesan saat
ini! Bukankah semuanya hanya berisi hasil?
Anda mendambakan pengakuan, Anda
mengharapkan financial freedom, Anda mengharapkan kedamaian. Apapun nilai
kesuksesan manusia adalah tentang hasil.
Sukses itu hanyalah hasil
sementara, dan untuk menuju hasil selalu ada satu kata yang tidak akan pernah
terlewat, yaitu PROSES.
Jadi andaikan sukses itu adalah
takdir setiap khalifah, maka tetap kita harus berlari menuju takdir itu
sendiri. Seperti kita harus makan untuk menghilangkan lapar – harus minum untuk
menghilangkan haus – harus berjalan untuk mencapai.
Kalau begitu sahabatku… Kalau
kesuksesan itu adalah takdir. Maka seberapa kuat kita mau berlari menuju takdir
itu sendiri? Pertanyaan jelasnya: Seberapa mau kita untuk berproses?
Seperti mengumpulkan uang 500
rupiah untuk menjadi 1 juta. Lama, tapi tetap akan terkumpul kalau prosesnya
dilalui.
Jangan malas berproses, apalagi
berhenti. Ingatlah untuk meredam keluhan. Karena sudah menjadi keniscayaan
kalau dalam proses selalu ada positif dan negative.
Jangan biarkan diri terfokus pada
hal negatifnya saja. Namun izinkan diri untuk terfokus pada hal-hal positif
yang sudah diraih juga. Dengan begitu, proses kita akan menjadi manis. Bukan
berarti pahitnya tidak ada. Namun kita hanya memilih untuk fokus dengan rasa
manisnya saja dan bukan rasa pahitnya.
Tahu dimana harus meletakan fokus
dalam berproses memang akan menjadi alasan sukses yang utama
SIKAP KETIGA : TIDAK FOKUS
Sahabatku… Dimana seorang
khalifah mengarahkan penglihatan, maka disitulah energi akan terbentuk. Dengan
syarat utama, yaitu fokus.
Jadi bisa saja, sukses masih
menghalangi kita hari ini karena FOKUS – Kemanakah fokus itu kita hilangkan?
Sudah menjadi keniscayaan, kalau
segala tindakan yang dilakukan dengan fokus pasti hasilnya jauh lebih cepat dan
tepat.
Seperti sinar matahari dan sinar
laser. Kita bisa memanfaatkan panas sinar matahari untuk menjemur dan
mengeringkan. Tapi tidak untuk memotong. Sementara panas sinar laser mampu
memotong benda, karena dia mampu memfokuskan panasnya hanya ke satu titik meski
panasnya tidak se-dahsyat sinar matahari.
Begitu juga setelah kita menyusun
dan merencanakan hal penting dalam hidup, maka langkah selanjutnya kita harus
fokus di hal-hal itu sebelum berbelok ke hal penting lainnya. Fokus, fokus dan
fokus!
Fokuslah selalu kepada satu goal
sebelum membuat goal yang lainnya. Kita berhak membuat 1000 goal dalam hidup
ini, namun ke setiap 1000 goal itu juga berhak mendapatkan satu kata dari kita,
yaitu FOKUS.
Menjadi fokus memang bukan
perkara mudah. Kita ini sangat mudah teralihkan, bahkan sebelum kita sampai
dititik pencapaian.
Sahabatku… Saat fokus kita
teralihkan, hanya kekuatan diri lah yang mampu mengingatkan. Kita manusia yang
memiliki kekuatan memilih. Kita bebas memilih, apakah kita akan berjalan
didalam labirin atau diluarnya. Setiap pilihan akan menentukan hasil.
Selalu ingatkan diri, bahwa kita
sedang berjalan menuju pencapaian. Ada garis finish yang sedang menunggu untuk
kita lewati.
Jadi, kesampingkan dulu
pengganggu-pengganggu yang akan membuat fokus kita labil.
Mengamati orang lain,
membandingkan diri sendiri dengan orang lain, mendengar cerita sukses orang
lain tanpa mengambil pelajaran, menakuti diri sendiri. Ini adalah salah satu
diantara pengganggu yang sengaja kita hadirkan secara sadar untuk menggangu
fokus kita sendiri.
Sahabatku… Faktnya untuk menuju
keberhasilan kita tidak perlu membandingkan diri. Setiap khalifah memiliki
tugas yang menjadi tujuan uniknya masing-masing. Cukup FOKUS lurus kedepan tanpa
pernah menengok ke arah manapun. Lepaskan pandangan dari yang lain. Lurus saja,
garis finish kita hanya ada didepan!
Akhir kata sahabatku… Detik ini
kita adalah khalifah berbahagia yang sedang berjalan untuk membentuk,
memperbaiki, dan memberi. Kesuksesan hanya tentang tiga aksi besar ini. Jadi memang
sudah seharusnya seorang khalifah tidak mengeluh, tidak berhenti berproses dan
tetap fokus.
Salam Semesta
Copyright © 2021 www.pesansemesta.com