Pernah berpikir kenapa kita tidak
bisa melihat peristiwa tanpa kehadiran fisik? Melihat dimensi yang tidak
terlihat? Memahami suara binatang? Memprediksi pergerakan bumi? Mengetahui apa yang
dirasakan oleh orang lain atau membaca pergerakan pikiran mereka? Atau kenapa
kita tidak memiliki kemampuan pengetahuan tanpa batas secara instant tanpa
berpikir?
Buat sebagian kita ini semua
hanya khayalan komik belaka. Namun padahal sebenarnya apa yang tadi kami
sebutkan diatas dalam dunia medis, dikenal sebagai Extrasensory Perception
(ESP) yaitu kemampuan dasar manusia yang terbukti ada, tapi tidak berkembang.
Jadi, dahulu pada saat kita masih
balita kemampuan ESP ini berkembang sangat pesat. Namun seiring waktu kita tumbuh,
justru kemampuan ini berkurang drastis.
Dimana saat kita beranjak dewasa
Extrasensory Perception (ESP) kekuatannya akan berkurang sebanyak 60-75%
lantaran berbagai macam faktor salah satunya yang paling umum adalah lingkungan
yang berpikir itu merupakan ketidaknormalan yang tabu untuk dipertahankan.
Selain pandangan yang
mendegradasi kemampuan tubuh. Ada juga beberapa alasan yang memang turut
mendowngradekan kesempurnaan manusia itu sendiri.
Kalau sekarang kita bertanya
kenapa kita tidak memiliki kemampuan-kemampuan normal dan wajar seperti diatas,
alasannya adalah karena beberapa hal :
1# Jasad yang kemampuannya terus
menurun
Sahabatku… Harus diakui, kalau
selama beberapa generasi. Jasad kita merosot dan ber-evolusi ke bentuk yang
lebih buruk. Alasannya terlalu jelas; Makanan dan minuman yang diolah buruk,
udara yang buruk, tanah yang kehilangan kualitasnya, kimia yang sengaja
diciptakan untuk keuntungan, pola hidup dan keseimbangan jiwa yang tidak
terarah.
Ini semua membuat kita merosot.
Saat jasad kita merosot dalam kualitas, jangankan untuk melatih ESP bahkan
memaksimalkan panca indra lahiriah pun akan susah. Mata yang merabun.
Pendengaran yang melemah. Indra pengecap yang terkontaminasi dan indra perabaan
yang kurang akurat.
Solusinya saat ini adalah, dengan
mencoba perbaiki jasad ini ketahap normal yang seharusnya terlebih dahulu.
Normalnya jasad kita adalah jasad
terbaik. Begitu juga dengan jiwa yang mengoperasikan jasad, harusnya jiwa kita
adalah jiwa yang terbaik juga. SANG PEMBUAT pada awalnya tidak memberikan dan
membuatkan kita apa-apa selain kebaikan.
2# Anggota dan komponen jasad yang tidak dikuasai
dan tidak dilatih
Jujur saja, pengetahuan kita akan
jasad sendiri masih terlalu minim, atau bahkan sangat minim. Dan jujur saja ini
sangat wajar. Karena dalam masa belajar di sekolah kita hanya belajar untuk
mendapatkan nilai A di bidang biologi atau fisika. Dan bukan untuk paham dan
memanfaatkan kepahaman. Kalaupun paham, sebagian kita hanya menjual kepahaman
kita untuk berlembar-lembar uang bukan kemakmuran.
Kemakmuran disini adalah
kemakmuran jasad kita sendiri. Akhirnya, beginilah kita. Ibarat seseorang yang
mengendarai mobil tanpa mengenal apa itu bedanya dan kapan menggunakan gigi 1-5
dan 6. Sehingga mobil yang kita tunggangi itu meluncur bebas dalam kebingungan
arah dan tujuan.
Sahabatku… Kita semua harus
belajar kembali untuk memakmurkan jasad ini. Lalu perlahan-lahan kita melatih
kembali jasad ini agar kembali kedalam wujud terbaik yang dibuatNYA.
Extrasensory Perception (ESP) dalam diri seseorang akan perlahan tertutup
dan mati apabila terbengkalai dan tidak pernah dilatih untuk diaktifkan.
3# Penilaian manusia yang salah
Apa itu mistis? Apakah bagi kita
beberapa jenis utama Extrasensory Perception (ESP) yang kami singkat diatas
adalah ke-anehan, sesuatu yang berhubungan dengan jin, sesuatu yang syirik,
sesuatu yang tabu?
Sahabatku… Kita sering menilai
sesuatu yang berbeda karena kita bahkan tidak mengetahui informasi apa-apa
terhadap apa yang kita nilai.
Sebenarnya ini karena kita tabu
untuk sesuatu yang tidak sama dengan diri kita. Padahal perbedaan adalah
keniscayaan yang diciptakan. Akhirnya kita tidak netral dengan penilaian kita.
Padahal penilaian kita itu adalah pengkerdilan diri kita sendiri. Kita
mengkerdilkan kemampuan SANG PEMBUAT untuk membuat yang Maha Sempurna dan yang
Maha Baik.
Sahabatku… Bukankah kita memang
mengimani kalau Dzat Maha menciptakan kita dalam sebaik-baik rupa dan bentuk?
Lalu apa itu penilaian-penilaian kita?
4# Kehilangan arah untuk mengenal
diri dan jati diri yang sebenarnya
“Siapa yang tidak mengenal
dirinya maka tidak mengenal Tuhannya” bukankah kita terbiasa mendengarnya dan
tetap saja menenggelamkan diri dalam aroma ketidakmengertian akan diri dan ketidakmengenalan
akan jati diri.
Pertanyaannya menjadi sederhana:
Bagaimana kita bisa mengetahui sebuah keagungan kalau kita jauh dari sumbernya?
Akhir kata sahabatku…
CARA MENGAKTIFKAN KEKUATAN SUPER MANUSIA
pada jasad adalah dengan kembali mengenal jati diri, mempelajari jasad,
mengendalikan nafsu, mengendalikan pikiran dan ketenangan jiwa, meningkatkan
spiritualitas dengan senantiasa membenahi iman dan ketakwaan diri, tidak menebar
kebencian dan penilaian, membersihkan hati nurani dengan mengingat kembali
keagungan penciptaan diri, terakhir mentafakurkan serta mentadaburkan kembali
semesta yang ada didalam diri sambil merasakan kebersamaan bersamaNYA.
Anugerah Extrasensory Perception
(ESP) sejak kita lahir sudah ada dalam diri kita tanpa perlu dicari keluar.
Hanya perlu waktu untuk diri kita menemukan diri kita sendiri dan menerima diri
atas apa yang seharusnya kita miliki.
Setiap manusia mempunyai proses
dan mempunyai pilihan juga apakah akan terus berproses atau berhenti berproses.
Peningkatan jasad adalah sebuah pilihan, kita bebas memilihnya.
Cukup pastikan kita memilih dalam
kenetralan. Kita memilih untuk kembali menjadi super human bukan karena sebuah
cap SUPER melainkan untuk sebuah manfaat yang bisa kita sebar sebagai semesta.
Kalaulah kesempurnaan jasad ini
adalah anugerahNYA kepada seluruh manusia agar bisa menyempurnakan tugasnya
sebagai khalifah diatas muka Bumi, maka bagian mana lagi yang akan kita
dustakan dari anugerahNYA ini?
Salam Semesta
Copyright © www.pesansemesta.com