“Energy terbentuk dalam zona netral, bukan zona keinginan”
Mereka bilang hidup ini digerakan oleh keinginan. Kita boleh
menganggap itu betul. Meski pada keniscayaannya keinginan tidak bisa
menggerakan kehidupan.
Bukti sederhananya, cobalah berdiri di depan sepiring
makanan saat lapar. Secara logika, pastinya Anda ingin memakannya karena Anda
lapar bukan? Tapi apakah Anda akan memakannya dengan keinginan Anda, atau
dengan kesadaran Anda yang berhasil menggerakan tangan untuk mengambil makanan
dalam sepiring makanan itu dan menyuapnya?
Iya betul sahabatku…
Keinginan menjadi dasar bagi manusia untuk mau bertindak
lalu memenuhi kebutuhannya. Tetapi keinginan tidak pernah menjadi penggerak
yang alami. Kesadaran kitalah yang bertindak sebagai penggerak dan bukanlah
keinginan kita.
Disinilah letak kemulian manusia dibuat. Dimana manusia
dibuat untuk tidak menjadi budak keinginannya, melainkan pengendali
keinginannya sendiri.
Dimana meski manusia memiliki insting keinginan yang kuat
dalam dirinya. Tetapi tetap dirinya tidak diprogram untuk dikontrol oleh
keinginanya sendiri. Melainkan justru untuk mengendalikan keinginannya agar
dirinya tidak HANYA terperangkap dalam zona keinginan.
Kami sebut perangkap, karena zona keinginan adalah zona
tidak netral seseorang. Dimana seseorang dengan sengaja menempatkan dirinya
pada satu tempat yang belum dimilikinya. Bukan yang sudah dimilikinya.
Kalau kita berhasil menempatkan diri dalam zona tidak
memiliki dan mempertahankan posisinya, maka itulah energy yang kita bentuk. Padahal
sebenarnya kita mengharapkan bentuk yang sebaliknya bukan?
Disinilah pentingnya melepas diri dari ZONA keinginan. Karena
rahasia agar keinginan terwjud sebenarnya sangat sederhana namun sangat
powerfull. Rahasianya adalah, jangan hidup dalam zona keinginan. Tapi rubahlah
keinginan itu menjadi ALASAN.
Kita harus ingat kalau manusia adalah makhluk energetis yang
dibuat dengan keagungan dan kecukupan yang sempurna. Pada core yang
sebenar-benarnya kita adalah energi netral semesta yang juga membentuk energi. Sementara
sekali lagi, energy terbentuk dalam zona netral, bukan zona keinginan.
Energy terbentuk dalam zona netral berdasarkan hukum sebab-akibat.
Jadi, kalau kita berhasil keluar dari zona keinginan untuk merubah segala
keinginan menjadi sebuah sebab untuk akibat yang sesuai dengan keinginan, maka
segala keinginan akan selalu terkabul.
Lalu, bagaimana caranya keluar dari zona keinginan? Ada 3 langkah untuk keluar dari zona
keingainan :
Langkah Pertama : Menerima
untuk mengendalikan
Saat keinginan muncul, maka terimalah. Jangan ditolak! Keluar
dari zona keinginan bukan menutup segala keinginan. Tetapi mengendalikannya. Lalu,
bagaimana cara mengendalikan keinginan?
Caranya sederhana, tapi jujur tidak semudah itu. Hal paling
awal, imajinasikan segala keinginan itu secara detail. Benar-benar detail dan
sangat detail. Jangan lewatkan satu apapun. Anda bisa mempraktekannya dengan
cara apapun. Boleh ditulis, dirangkai, digambar. Apapun itu yang penting
detailnya sangat jelas.
Setelah detail keinginan Anda jelas, maka Anda harus setuju
untuk menjadi pengabul keinginan itu sendiri, dan inilah bagian yang tidak
mudahnya itu.
Kebanyakan manusia terjebak dalam zona keinginan, karena
tidak mau bersusah payah menjadi pengabul keinginan dirinya sendiri. Mereka berdalih,
kalau pengabulan itu tugasnya Dzat Maha.
Padahal mereka hanya tidak mau bersusah payah. Meski Dzat
Maha sendiri sudah berUjar tidak akan merubah kaum, kecuali kaum itu mau
merubah dirinya sendiri. Tetap saja dalih itu digunakan, karena tidak mau
memaksimalkan anugerahNYA.
Jadi pertanyaannya sahabatku… Mampukah kita menerima
keinginan, membentuknya, lalu mengendalikan ego kita untuk bersusah payah?
Kalau jawabannya adalah, iya. Maka mari kita maju ke langkah
kedua.
Langkah Kedua :
Beraksi secara netral
Apa itu aksi netral? Aksi netral adalah aksi seseorang yang
tidak mendikte hasil. Tetapi aksi seseorang yang hanya waskita pada aksinya
untuk menerima akibatnya.
Disinilah posisi membentuk energy berlangsung. Dalam langkah
kedua ini seseorang akan terus berproses-berproses-berproses untuk membentuk ALASAN
agar keinginannya terwujud.
Dalam langkah ini seseorang akan memaksimalkan jasadnya,
akalnya, waktunya, tenaganya untuk sebuah ALASAN. Dengan kata lain, seseorang
sadar dengan segala perangkat yang sudah diamanahkan kepada dirinya sendiri.
Dalam posisi ini seseorang akan melihat dirinya sendiri
tumbuh dan paham betapa berharga segala amanahNYA dalam diri ini.
Akhirnya seseorang akan merasakan kalau dalam setiap proses
membentuk ALASAN selalu ada Dzat Maha yang terus membersamai. Dzat Maha lebih
dekat dari urat nadi pun menjadi kalimat yang nyata!
Sehingga seseoarang itu bisa melangkah menju langkah ketiga.
Langkah Ketiga : Berbahagia
Sahabatku… Ini adalah langkah yang berharga, yaitu saat diri
mampu merasakan kebahagian melihat dirinya berproses untuk sebuah ALASAN. Dimana
keinginan itu tidak lagi menjadi keinginan, melainkan hanyalah sebuah AKIBAT
yang sedang disaksikan untuk terwujud.
Dalam langkah ini bukan berarti Anda sedang nyaman tanpa merasa
lelah. Pasti Anda sangat lelah… Tapi yang membedakan adalah, Anda paham kalau lelah
adalah harga untuk sebuah ALASAN. Anda paham kalau lelah adalah rasa tunduk
Anda kepada Dzat pemberi amanah. Anda juga paham, kalau lelah hanyalah
gemblengan.
Jadi dalam langkah ketiga ini, lelah tidak lagi membuat Anda
sengsara atau menyengsarakan. Dalam langkah ketiga ini Anda akan dipenuhi
dengan kekuatan membentuk karena Anda telah berhasil melakukan langkah kedua,
yaitu beraksi secara netral.
Pikirkan begini : Kalau Anda bisa membersamai Sang Pembentuk
yang membentuk segalanya tentang Anda, tentang keinginan Anda, tentang
kesadaran Anda. Maka apakah Anda akan kekurangan kekuatan? Resapi pelan-pelan
sahabatku…
Percayalah … Ketiga langkah ini apabila dilakukan, maka akan
mewujudkan segala keinginan secara ramah tanpa penyiksaan ego karena harus
terjebak dalam zona keinginan. Anda akan menyadari, kalau pada malam yang begitu
lelah, Anda masih bisa tersenyum dan merasa nyaman dengan segala keinginan, dan
bukan malah sebaliknya.
Jujur saja butuh banyak waktu yang terlewati sebelum
pelajaran ini bisa tertulis apa adanya. Namun kami tidak sedang berbagi kesempurnaan
seorang penulis, kami hanya sedang membagi pelajaran semesta yang masih sedang
dipelajari. Seorang pelajar hanyalah pelajar, dan itulah kami.
Akhir kata sahabatku… Semesta adalah kecukupan yang apa
adanya. Artinya, apapun nilai yang kita tanamkan, selalu akan menjadi nilai kita.
Ini sangat kuat sahabatku… maka itu berhati-hatilah! Karena kita telah lama
meremehkan diri kita sendiri.
Kita meremehkan Dzat Maha yang sudah membentuk kita dengan
bentuk yang sempurna.
Renungkanlah! Kalau kita adalah bentukNYA yang sempurna,
maka apakah kita akan dibentuk untuk merintihi keinginan atau justru untuk mewujudkannya?
Kalau begitu, jangan meremehkan diri yang sedari awal diri
ini sudah dipersiapkan untuk menjadi gerbangNYA yang MAHA Kaya, Maha Utuh, dan
Maha cukup.
Salam Semesta
Copyright 2021 ©www.pesansemesta.com