Sahabatku… Mari
kita belajar self control sebentar. Segala kebaikan butuh pengendalian. Manusia
dihidupkan dengan kemampuan untuk mengendalikan. Misalnya saja, jasad kita
dibuat untuk mampu mengendalikan molekul air didalam dirinya sendiri agar seimbang.
.
Tubuh butuh
molekul air untuk sel. Tapi, saat tubuh tidak bisa mengatur kadar air didalam dirinya,
maka akan terjadi overhidrasi. Kelebihan air dalam tubuh menyebabkan kadar
garam tubuh turun dan sel membengkak. Jadi dalam diam, tubuh kita terus mengendalikan
jumlah kebutuhan air yang bisa diserap oleh tubuh kita sendiri. Agar air bisa bergerak
sesuai fitrahnya.
.
Bergerak
sesuai fitrah – inilah fungsinya pengendalian. Fitrah sendiri hanyalah bentuk kebaikan
asal. Segalanya adalah kebaikan kalau segala kebaikan itu mampu dikendalikan. Itulah
fungsi diri sebagai khalifah. Pemimpin selalu mengendalikan, bukan melepas
kendali, apalagi dikendali.
Self control
adalah mengendalikan diri agar menjadi kebaikanNYA yang seimbang.
Jadi bukan berarti
tidak dikendalikan tidak baik. Tetap secara wujud sesuatu yang tidak
dikendalikan memiliki kebaikan. Contoh, air adalah baik, tapi air tetap harus
dikendalikan agar kebaikannya bisa seimbang dan sesuai dengan fitrah atau
kebaikan asal.
.
Oksigen adalah
baik, tapi oksigen tetap harus dikendalikan. Lapar dan kenyang itu adalah baik,
tapi tetap lapar dan kenyang itu harus dikendalikan. Fungsi pengendalian adalah
supaya segala kebaikan yang sudah ada bisa bergerak sesuai fitrah yang baik.
.
Dalam
pengendalian akan terbentuklah keteraturan dan keseimbangan. Saat kebaikan itu
sudah teratur dan seimbang. Maka kebaikan itu bergerak sesuai fitrah. Dan saat
segalanya sudah sesuai fitrah. Maka segalanya bisa kita kembalikan. Akhirnya kita
bisa menjadi khalifah yang menjadi gerbang kebaikannya bagi semesta alam.
.
Pikirkan seperti
ini sahabatku… Kalaulah diri ini adalah wujud kebaikanNYA yang ikhlas. Maka segala
kebaikanNYA harus dikembalikan dengan ikhlas juga bukan?
.
“Ikhlas harus
dibalas dengan ikhlas” dalam hidup ini kita sedang belajar untuk ikhlas menjadi
kebaikanNYA untuk kebaikanNYA. Mari kita membuat mudah pelajaran ikhlas ini
dengan belajar mengendalikan diri dalam kenetralan. Kenapa netral? Karena hanya
dengan kenetralanlah kita bisa belajar ikhlas menerima dan ikhlas memberi.
.
Jadi mari kita
belajar bagaimana cara menjadi pengendali diri yang netral?
.
Pertama:
Kenalilah Diri Sendiri
Kenali manusia,
yaitu diri sendiri. Kenali komponennya, cara kerjanya, sistemnya, sebab akibat
yang diembannya. Kenalilah diri!
.
Seseorang tidak
bisa mengendalikan yang tidak dikenalinya. Diri hanya bisa mengendalikan yang dikenalinya.
.
Tentunya ini
akan merepotkan memang. Selama ini kita belajar untuk menjadi unggul. Tapi bukan
untuk unggul mengenal diri.
.
Salah satu
contoh kita bisa mengendalikan diri apabila mengenal diri adalah seperti ini :
Misalnya saat
kita berbicara tentang alasan kebahagian, maka kita sering memikirkan alasan
kebahagiaan sebagai konsep keadaan, harta benda, atau orang-orang dalam hidup
kita. Padahal pada kenyataannya, kebahagiaan merupakan hasil dari pengalaman
kimiawi.
.
Terdapat empat
neurokimia utama, hormon, dan neurotransmitter yang dihasilkan dalam otak yang
pada dasarnya bertanggung jawab untuk menciptakan sensasi dan emosi yang kita
asosiasikan, termasuk kebahagiaan.
.
Artinya;
apabila jasad tidak bisa mengolah pengalaman kimiawi ini, maka jangan harap diri
akan merasakan kebahagiaan, meskipun diri memiliki segudang alasan untuk
berbahagia. Begitu juga apabila diri berhasil memerintahkan jasad untuk
mengolah kimiawi ini, maka diri bisa merasakan kebahagiaan instant, tanpa
memiliki satu pun alasan untuk berbahagia.
.
Nah, dengan
mengenal kinerja-kinerja diri yang seperti diatas. Maka kita akan MAMPU mengendalikan
diri untuk tidak terjebak pada keadaan yang tidak baik. Lalu bergegas memilih bergerak
dalam fitrah kebaikanNYA.
.
Sudah menjadi
fitrah kebaikanNYA adalah kita mampu berbahagia dengan mengendalikan rasa
syukur dalam diri tanpa menaruh syarat dari luar. Karena tahukan Anda kalau
bersyukur adalah pikiran positif yang mampu meledakkan kadar dopamin tinggi di
otak?
.
Neuroscience
telah menemukan hubungan antara pikiran positif dan aktivasi neurotransmitter
tertentu. Jadi dengan memusatkan perhatian pada hal-hal yang disyukuri memaksa
perubahan jasad ke fase yang lebih positif. Karena tindakan sederhana ini mampu
merangsang lebih banyak neurotransmiter di otak kita, khususnya dopamin dan
serotonin, yang meningkatkan perasaan puas. Inilah sebabnya mengapa dopamin dan
serotonin sering disebut sebagai "bahan kimia bahagia."
Bukankah ini hanya bisa terjadi dengan pengendalian?
.
kedua
: jadilah waskita terus menerus
Waskita terus
menerus artinya selalu waspada tanpa putus. Seseorang tidak bisa
mengaplikasikan kewaspadaan kalau tidak sengaja memilih hidup dalam mode pikiran
sadar (conscious).
Pikiran sadar
melibatkan semua hal yang saat ini kita sadari dan pikirkan. Harusnya kesadaran
kita tentang diri dan dunia di sekitar sudah menjaid bagian dari kesadaran kita.
Sayangnya hidup dengan mode conscious penuh tidak terlalu mudah.
Itulah kenapa
para peneliti lebih sering berkata kalau kita hanya mengakses pikiran sadar 5%
dan mengakses pikiran bawah sadar 95%. Mereka juga berkata pikiran sadar mirip
dengan memori jangka pendek dan terbatas dalam hal kapasitas. Padahal kewaskitaan
terletak dalam mode ini.
Karena saat
manusia hidup dalam pikiran bawah sadar yang 95% maka sebenarnya manusia itu
tidak mengendalikan apa-apa. Karena yang mengendalikan dirinya adalah program
bawaan yang mungkin saja bukan program otentik dirinya. Bisa jadi itu program
dari lingkungan dan pengalaman-pengalaman yang bukan fitrah utama dirinya.
.
Jadi singkatnya
untuk mengendalikan seseorang harus waspada. Kewaspadaan hanya aktif dalam mode
sadar. Sementara untuk merubah dari mode pikiran bawah sadar menuju pikiran
sadar, seseorang harus melakukan hal ketiga dengan netral.
.
KETIGA : GUNAKAN AKAL UNTUK BER-AKAL
.
Sahabatku… Apakah
kita ber-akal? Kalau kami lanjut membahas ini, pastinya akan seru. Namun agak
melebar. Jadi akan kami bahas jawaban ini pada kesempatan lainnya. Secara saintifik
sendiri kenapa menggunakan akal untuk ber-akal bisa membuat waskita adalah
seperti ini.
.
Akal yang kami
maksud disini adalah fungsi dari kehadiran pikiran. Kita memiliki aliran
pikiran tapi belum tentu kita memiliki akal yang berfungsi disitu. Akal adalah
kecerdasan yang hadir didalam pikiran. Nah, sayangnya manusia lebih mudah
kehilangan akal dibanding kehilangan pikiran.
.
Kita tidak
perlu jauh-jauh menyebut kata gila untuk menyimpulkan kehilangan akal. Karena
kehilangan akal pada level yang sederhana itu bukan gila, melainkan tidak
menggunakan atau menfungsikan akal itu sendiri untuk membangun kesadaran diri
untuk waskita.
.
Ingat!
Menggunakan akal berbeda hal dengan menggunakan pikiran. Akal kita berpikir,
tapi pikiran tidak berpikir. Pikiran adalah informasi energetic yang tertangkap
oleh kesadaran. Sementara akal adalah milik kesadaran itu.
.
Itulah kenapa
meski kita banyak pikiran kita tetap tidak pernah setingkat lebih cerdas dari
semua pikiran itu, sampai akhirnya kita mau menggunakan akal untuk memikirkan
semuanya.
.
Salah satu tanda
kalau akal yang berpikir, maka kita tidak akan memikirkan semuanya. Karena akal
kita tahu persis bagaimana memilah pikiran. Akal kita tahu pikiran mana yang
harus difokuskan dan mana yang tidak. Akal tahu persis kalau ini adalah pikiran
sampah yang tidak perlu diberpikirkan, sementara yang ini dan itu adalah hidayah,
solusi, ide, awal perubahan, dan perlu di berpikirkan.
.
Tidak hanya
mampu memberpikirkan aliran pikiran, akal juga tahu dengan sangat cerdas
bagaimana caranya memberlakukan aliran pikiran yang berharga itu. Disinilah kewaspadaan
aktif untuk membentuk pengendalian dimulai.
.
Kalau Anda
sampai membaca sampai paragraph ini, maka bergembiralah. Kita telah belajar
mengenal diri. Kita telah berhasil menjadi sadar dengan memikirkan pelajaran. Dan
karenanya kita mengaktifkan kewaspadaan untuk mulai mau bergerak sesuai
fitrahNYA.
.
Bagian sakralnya,
kita menjadi tahu kalau kebaikan butuh pengendalian agar menjadi seimbang. Seimbang
itu bukan berarti baik, bukan juga berarti buruk. Seimbang itu seperti sepotong
sama yang diletakan dalam waktu yang sama.
.
Dari sini
semoga kita bisa melihat kalau kebaikanNYA itu selalu berwujud netral. Jadi memang
kita harus mengendalikannya juga secara netral.
.
Pengendali diri
yang netral adalah diri yang bergerak sesuai fitrahnya Sang Pembentuk.
Resapilah dengan netral sahabatku… Karena ini sungguhlah pelajaran seumur hidup yang mempesona.
.
Salam Semesta
Copyright 2021
© www.pesansemesta.com