Tips Menulis Jurnal Niat Self-Discovery



MENGAPA HARUS MENULIS JURNAL NIAT 

Niat adalah bahasa jiwa yang terdalam.  Tapi kalau memang bahasa jiwa, mengapa niat harus ditulis? Bukankah akan lebih mudah dibiarkan saja di dalam jiwa sebagai bahasa kalbu kita?

Sahabatku... Menulis jurnal niat memiliki manfaat yang sangat mendalam dalam perjalanan self-discovery dan pengembangan diri. Dengan menuliskan niat, kita membawa apa yang ada di dalam pikiran dan perasaan menjadi sesuatu yang konkrit dan jelas. Proses ini memaksa kita untuk memperjelas tujuan, memberi struktur pada pikiran yang mungkin masih abstrak, serta menghubungkan keinginan dengan tindakan nyata.

Menulis juga membantu kita untuk merefleksikan apa yang benar-benar penting bagi diri kita, menghindari sekadar mengikuti arus atau tekanan eksternal. Menuliskan niat memungkinkan kita memantau perkembangan, mengingatkan diri tentang komitmen kita, dan memberikan arah yang lebih terarah.

Mengapa harus ditulis? Menuliskan niat memfokuskan energi mental dan emosional. Pikiran sering kali berlarian, sementara menulis memperlambat proses berpikir sehingga kita bisa lebih terhubung dengan apa yang kita inginkan secara mendalam. Ini juga membantu kita mengatasi kebingungan atau hambatan emosional, karena dengan menuliskannya, kita mengakui perasaan tersebut dan memberikan ruang bagi perubahan yang lebih besar.

Sahabatku… Niat itu diungkapkan melalui kesadaran diri. Kesadaran diri itu menghasilkan banyak hal termasuk didalamnya pikiran. Namun pernahkah Anda begitu kesulitan untuk menuliskan niat atau tujuan Anda dalam jurnal, meskipun Anda sudah berusaha sedemikian kuat untuk berpikir, tapi Anda hanya menemui kekosongan? Pikiran seakan terhenti, dan ide-ide yang ingin dituangkan mendadak lenyap. 


INILAH MASALAH UTAMA MENULIS JURNAL NIAT

Meski ada dorongan yang kuat dalam hati untuk mengisi jurnal niat. Namun rasa bingung dan "blank" ini adalah pengalaman yang umum ketika seseorang mulai merenung lebih dalam tentang dirinya sendiri. Meskipun tampak seperti hambatan, perasaan ini sebenarnya adalah bagian dari proses self-discovery.

Dalam perjalanan menuju pemahaman yang lebih dalam tentang diri, kebingungan ini menandakan bahwa kita sedang mendekati lapisan yang lebih penting. Dengan kesabaran dan keterbukaan, kita dapat menghadapinya dan membiarkan niat sejati kita perlahan terungkap.

Perasaan "blank" atau bingung saat ingin mengisi jurnal niat sangatlah wajar dan sering dialami oleh banyak orang, terutama saat mencoba menggali hal-hal yang lebih dalam tentang diri mereka sendiri. Beberapa alasan umum mengapa ini terjadi adalah:


1. Kurangnya Keterhubungan dengan Diri

Ketika kita jarang menyadari atau mengamati perasaan, pikiran, dan keinginan terdalam kita, otak kita cenderung "kosong" saat diminta untuk mencatat hal-hal yang berhubungan dengan niat atau tujuan pribadi. Ini karena koneksi dengan diri sejati belum sepenuhnya terbentuk atau terasah. 

Keterhubungan adalah sifat pertama otak. Dimana secara fungsional otak menghubungkan seluruh anggota jasad untuk terus menerima informasi energetis (pikiran) lalu memprosesnya. Dan otak juga menghubungkan kesadaran dengan informasi energetis (pikiran) yang telah dan sedang diproses oleh seluruh anggota jasad itu.

Inilah yang membuat otak begitu agung. Dimana otak adalah connector yang menghubungkan diri dengan segala hal. Dan sudah pasti menghubungkan segala informasi yang ada di dalam diri kita. Sayangnya mungkin selama ini kita jarang memberi diri kesempatan untuk terhubung dengan informasi-informasi yang ada di dalam diri, akhirnya ketika mengisi jurnal, terkesan macet dan tak paham jawabannya apa. Itu karena bukan hanya connector, otak juga memiliki sifat kedua, yaitu builder. Artinya, kita bisa membangun apa saja dengan otak ini. Kita bisa membangun kebodohan – kita bisa membangun kecerdasan. Kita bisa membangun kejelasan– kita bisa membangun ketidakjelasan. Kita bisa membangun kebohongan – kita bisa membangun kejujuran. Itu semua dilakukan berdasarkan kebiasaan yang sering kita lakukan. 

Jadi kalau mengisi jurnal masih sulit, mohon paksakan dan jadikan kebiasan agar keterhubungan dengan diri terjalin kembali. 


2. Terlalu Banyak Tekanan untuk Menemukan Jawaban yang "Benar"

Saat mencoba menulis sesuatu yang bermakna, sering kali kita merasa tertekan untuk menemukan jawaban yang sempurna. Tekanan ini dapat membuat pikiran kita kosong, karena kita merasa kebingungan antara apa yang sebenarnya ingin kita tulis dan apa yang kita pikir seharusnya ditulis. 

Apabila hal ini terjadi, maka percayalah bahwa akal tidak akan membohongi hati nurani. Anda tidak perlu memaksa diri berpikiran positif dalam perjalanan spiritual ini. Anda hanya memerlukan kejujuran untuk mengungkapkan diri Anda apa adanya. Apabila Anda begitu menuntut diri untuk berpikiran positif tapi ternyata itu hanya membohongi kenyataan, maka justru Anda akan semakin jauh dari diri yang sebenarnya dan proses self-discovery akan semakin tersendat. 

Jawaban yang sebenarnya itu tidak selalu harus positif, tapi sudah pasti selalu jujur. Itulah kebenaran yang sebenarnya ingin Anda temukan dalam proses self-discovery ini. 


3. Ketidakjelasan Tujuan 

Ketika tujuan atau keinginan belum sepenuhnya dipahami, kebingungan akan muncul. Kadang-kadang, niat kita mungkin masih belum jelas, atau mungkin kita belum benar-benar mengenali apa yang ingin kita capai atau tuju dalam hidup, sehingga terasa sulit untuk mengartikulasikan dalam jurnal. 

Namun pikirkan tentang kolam yang jernih. Tepat di bawah kolam itu ada endapan pasir, batu dan kerikil yang apabila kita aduk-aduk maka sudah pasti kolam itu akan kehilangan kejernihannya. Hal yang sama berlaku di kolom pikiran kita. Ketidakjelasan tujuan adalah hasil dari banyaknya ekspektasi atau keinginan. Tujuan Anda pasti sangat baik, tapi coba pilih satu dan berserahlah dalam pilihan itu. Percayalah pada kekuatan yang sedang membimbing Anda saat ini. 


4. Proses Refleksi yang Dalam Memerlukan Waktu

Mengisi jurnal niat membutuhkan waktu untuk merenung dan menyelam ke dalam diri sendiri. Jika kita terburu-buru, pikiran mungkin tidak memiliki cukup waktu untuk mengeksplorasi niat yang lebih mendalam, sehingga hasilnya adalah kekosongan atau kebingungan. Jadi lagi-lagi beri diri Anda waktu untuk bersantai bersama diri sendiri. Terkadang, hanya dengan duduk santai bersama kebingungan, tanpa berlari darinya, maka perlahan kita akan mulai mengenali niat yang sebenarnya.


5. Emosi atau Pikiran Terpendam

Terkadang, ada emosi atau pikiran terpendam yang belum dihadapi, yang dapat memblokir aliran kesadaran. Ini bisa membuat kita merasa bingung atau bahkan tidak nyaman untuk mulai menulis, karena kita secara tidak sadar menghindari sesuatu yang belum terselesaikan di dalam diri kita. Namun ini pun bisa dihadapi di awal dengan kesadaran penuh dan keberanian untuk menghadapinya. Saat emosi atau pikiran terpendam mulai muncul, alih-alih mengabaikannya, kita dapat menyambutnya sebagai sinyal bahwa ada hal-hal yang perlu dihadapi dan diselesaikan. Latih diri untuk duduk dengan perasaan tersebut, rasakan dan akui tanpa penolakan. Proses ini mungkin tidak mudah, tetapi menghadapi emosi yang terpendam adalah langkah penting menuju kejelasan batin, membebaskan diri dari hambatan internal, dan membuka ruang untuk niat yang lebih jernih muncul. Dengan cara ini, kita dapat mulai menulis dari tempat yang lebih dalam dan lebih autentik.


BAGAIMANA KALAU MASIH SULIT???

Sahabatku… Pemahaman kita tentang menulis niat akan menjadi hal yang sangat penting. Karena masa depan kita tergantung dari seberapa niat kita menyentuh system. Kalau kita berhasil menyentuh system. Maka system akan mengirim dukungannya, inilah yang dikenal dengan semesta mendukung. Semua akan tersetting untuk mendukung niat yang kita buat. Tentu ada syarat tertentu untuk membuat semesta mendukung proses self-discovery, dan syarat pertama itu adalah niat Anda. Ini alasan kenapa kami sebut diatas, bahwa niat adalah dasar segala manifestasi.  

Sayangnya meski niat adalah hal penting, kita sering tidak terlalu sadar dalam berniat dan seakan meremehkannya. Kita lebih sadar dengan membuat rencana, impian, cita-cita, hasrat, keinginan atau penilaian. Tapi kita tidak terlalu sadar dengan niat-niat dibalik itu semua. Contoh kecilnya setiap hari seseorang berangkat kerja dengan membawa niat didalam dirinya; Tapi kalau sekarang secara sadar kami bertanya kepada Anda “Apa niat Anda bekerja?” maka Anda akan berhenti sebentar untuk memikirkan jawabannya.

Mohon jangan tersinggung, ini hanya sebagai gambaran awal saja kalau kita memang tidak terlalu memperhatikan niat. Memperhatikan saja tidak, bagaimana dengan meluruskannya. Jelas kita tidak bisa meluruskan sesuatu yang tidak kita perhatikan. Lalu bagaimana langkah awal kita tentang hal penting ini?

Sahabatku… Langkah kecil yang dilakukan secara sadar, adalah lebih baik dibandingkan langkah-langkah besar yang dilakukan secara sembrono. Artinya; mulai sekarang sebelum memulai aktifitas apapun dalam keseharian kita. Selalu melakukan dengan niat. Meskipun itu hanya makan, tidur atau belajar. Cobalah secara sadar untuk meletakkan dan mencari alasan-alasan yang baik dan positif dalam aktifitas kita.

Misal, sebelum makan jadilah sadar, kalau kita makan bukan hanya dengan membawa niat menghilangkan lapar, tapi juga dengan niat mengambil energy baik yang terkandung dari makanan untuk kebutuhan jasad. Sebelum tidur, kita bukan hanya tidur untuk menghilangkan kantuk dan lelah, tapi juga dengan niat mengistirahatkan jasad agar nanti setelahnya jasad bisa bertugas dengan lebih baik lagi. Sebelum belajar apapun kita bukan sekedar belajar untuk pintar, tapi niat untuk menjadikan proses belajar sebagai sarana memperbaiki diri.

Selalu dan selalu sadar dengan niat Anda dalam aktifitas apapun. Dimulai dari yang tampak remeh, sampai nanti menuju hal-hal yang lebih serius. Karena apapun yang Anda terima, akan selalu berbanding lurus dengan niat yang Anda kirimkan. Luruskanlah niat selurus-lurusnya jiwa Anda mampu dalam kebaikan, dan beginilah cara Anda menyentuh pemilik system YANG MAHA BAIK.

Semoga dengan sadar ini akan mengaktifasi Anda untuk mampu menulis jurnal niat self-discovery ataupun niat-niat yang lainnya. 

Akhir kata Jernihnya niat dapat kita nilai hanya dari seberapa lurus niat kita untukNYA. Seperti pucuk daun yang memegang butiran embun, begitulah niat kita akan berguguran dari jiwa yang terdalam, murni dan jernih. Kemurnian dan kejernihan yang hanya didapat dari niat yang diluruskan hanya untukNYA.


Salam Semesta 


Lebih baru Lebih lama